TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA -Sempat lama tak muncul dalam aksi penolakan,
warga petani pesisir selatan Kulonprogo yang tergabung dalam Paguyuban
Petani Lahan Pantai (PPLP) akhirnya menunjukkan konsistensinya menolak
penambangan pasir besi, di pertigaan Cangkring Garongan Panjatan,
Senin (15/6/2015).
Mereka menggelar aksi penolakan tersebut dengan cara memasang beberapa
baliho dan papan bertuliskan menolak penambangan pasir besi di pesisir
selatan.
Humas PPLP, Widodo, mengatakan bahwa sampai kapan pun warga petani
pesisir tetap menolak rencana penambangan pasir besi.
"Ada sekitar delapan baliho dipasang di tepi jalan lintas selatan,"
kata Widodo, di sela aksi tersebut.
Menurutnya, baliho papan penolakan itu dipasang oleh masing-masing
unit PPLP di desa-desa. Pemasangan dimulai dari wilayah Karangwuni
sampai wilayah Banaran Kecamatan Galur.
"Ini bukti perjuangan kami sebagai petani pesisir menolak penambangan
pasir besi masih ada," ujarnya. Menunjukkan komitmen penolakan itu,
sampai saat ini warga petani tetap menggarap lahan pertanian di
pesisir selatan. Widodo menegaskan bahwa penolakan para petani tidak
akan ada habisnya.
Sengaja memasang papan penolakan saat menjelang ramadan, menurutnya,
agar para pemudik langsung mengetahui di wilayah itu masih ada
penolakan.
Setidaknya 70 perwakilan PPLP terlibat melakukan pemasangan papan
penolakan itu. Selain memasang baliho, mereka juga melakukan aksi
blokade jalan selama sekitar setengah jam.
Di lokasi pun petugas berjaga sekaligus melakukan pengalihan arus lalu
lintas kendaraan yang melintas.
Tokoh PPLP, Sumanto, menyatakan banyaknya proyek pembangunan di
Kulonprogo ternyata harus mengorbankan rakyat dengan penggusuran.
Sebab itu dia menegaskan warga terdampak penggusuran harus bersatu.
"Kami juga mendukung perjuangan WTT yang menolak pembangunan bandara
di Temon," ujarnya.( tribunjogja.com)
warga petani pesisir selatan Kulonprogo yang tergabung dalam Paguyuban
Petani Lahan Pantai (PPLP) akhirnya menunjukkan konsistensinya menolak
penambangan pasir besi, di pertigaan Cangkring Garongan Panjatan,
Senin (15/6/2015).
Mereka menggelar aksi penolakan tersebut dengan cara memasang beberapa
baliho dan papan bertuliskan menolak penambangan pasir besi di pesisir
selatan.
Humas PPLP, Widodo, mengatakan bahwa sampai kapan pun warga petani
pesisir tetap menolak rencana penambangan pasir besi.
"Ada sekitar delapan baliho dipasang di tepi jalan lintas selatan,"
kata Widodo, di sela aksi tersebut.
Menurutnya, baliho papan penolakan itu dipasang oleh masing-masing
unit PPLP di desa-desa. Pemasangan dimulai dari wilayah Karangwuni
sampai wilayah Banaran Kecamatan Galur.
"Ini bukti perjuangan kami sebagai petani pesisir menolak penambangan
pasir besi masih ada," ujarnya. Menunjukkan komitmen penolakan itu,
sampai saat ini warga petani tetap menggarap lahan pertanian di
pesisir selatan. Widodo menegaskan bahwa penolakan para petani tidak
akan ada habisnya.
Sengaja memasang papan penolakan saat menjelang ramadan, menurutnya,
agar para pemudik langsung mengetahui di wilayah itu masih ada
penolakan.
Setidaknya 70 perwakilan PPLP terlibat melakukan pemasangan papan
penolakan itu. Selain memasang baliho, mereka juga melakukan aksi
blokade jalan selama sekitar setengah jam.
Di lokasi pun petugas berjaga sekaligus melakukan pengalihan arus lalu
lintas kendaraan yang melintas.
Tokoh PPLP, Sumanto, menyatakan banyaknya proyek pembangunan di
Kulonprogo ternyata harus mengorbankan rakyat dengan penggusuran.
Sebab itu dia menegaskan warga terdampak penggusuran harus bersatu.
"Kami juga mendukung perjuangan WTT yang menolak pembangunan bandara
di Temon," ujarnya.( tribunjogja.com)