Tourist knows Yogyakarta Indonesia

Top reviews

Sunday, December 27, 2015

Warga Pesisir Kulonprogo Tolak Sertifikasi Tanah Paku Alaman


Minggu,  27 Desember 2015  −  06:17 WIBWarga Pesisir Kulonprogo Tolak Sertifikasi Tanah Paku Alaman(dok.sindonews)
YOGYAKARTA - Tiga petani warga Desa Karangwuni, Kecamatan Wates, Kulonprogo mengadu ke Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Yogyakarta. 

Mereka adalah Suparno, Kamiyo, Suparmin, merasa terancam dengan langkah Kadipaten Paku Alaman yang mencoba mensertifikasi lahan pertanian garapan warga.

Lahan-lahan garapan tiga warga itu seluas total 540.434 meter persegi dengan rincian lahan garapan Suparno seluas 1535 m2 dan 4980 m2, lahan garapan Kamiyo seluas 2.330 m2, dan lahan garapan Suparmin seluas 3.578 m2. 

Warga merasa terancam karena Paku Alaman mengklaim lahan itu masuk dalam Paku Alaman Ground (PAG).

"Orang-orang suruhan Paku Alam meminta kami meninggalkan tanah garapan. Bahkan kini mereka membuat tembok di sekeliling lahan hingga kami tidak bisa masuk. Padahal kami telah garap lahan secara turun-temurun sejak nenek moyang," kata Suparno, di kantor LBH Yogyakarta, kemarin.

Diungkapkannya, sejak tahun 2014 Kadipaten Paku Alaman memang sudah memberikan tiga kali somasi kepada warga agar meninggalkan lahan itu. Namun warga bergeming karena tidak berniat untuk menjual ataupun menukarnya.

Tiba-tiba saja akhir 2015 ini Paku Alaman mendaftarakan lahan-lahan itu ke Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Kulonprogo untuk memperoleh sertifikat hak.

Tokoh Paguyuban Petani Lahan Pantai (PPLP) Kulonprogo Sumanto menyayangkan Pemkab Kulonprogo dan BPN yang justru memuluskan niatan Paku Alaman untuk melakukan sertifikasi tanah padahal dengan jelas ada penolakan keras dari warga.

Dia menduga rencana sertifikasi tanah itu hanya untuk kegiatan tambang pasir besi.

"Sudah jelas untuk eksplorasi pasir besi yang hanya menguntungkan segelintir orang. Susah payah warga mengubah tanah ini menjadi lahan pertanian produktif, kini mau dirusak dengan tambang," ujarnya.   

Kuasa hukum warga Karangwuni dari LBH Yogyakarta, Rizky Fatahillah mengatakan apa yang dilakukan Kadipaten Paku Alaman jelas sebagai upaya mengejar prasayarat usaha tambang yang mendesak ruang hidup para petani dan berpotensi merusak lingkungan hidup.

Sejak tahun 2006, LBH Yogyakarta dan pemerhati lingkungan sudah menolak rencana tambang pasir besi di wilayah itu. Kini Kadipaten Paku Alaman menggunakan cara baru dengan mengatasnamakan Undang-Undang (UU) Keistimewaan untuk mengusir para petani.

Meski UU Keistimewaan No 13/2012 memiliki kekhususan soal pengaturan tanah, tetapi tidak secara otomatis seluruh lahan atau tanah di DIY bisa diklaim menjadi tanah Kasultanan atau tanah Kadipaten Paku Alaman.

LBH menilai bahwa tindakan Pemkab Kulonprogo dan BPN memfasilitasi pandaftaran PAG yang diajukan Kadipaten Paku Alaman tidak dapat dibenarkan.

"Sampai saat ini Perdais yang mengatur pertanahan belum disahkan," katanya.

Apalagi fakta sejak tahun 1984, di DIY telah diberlakukan secara penuh UU Pokok Agraria (UU PA) dengan Kepres Nomor 33 Tahun 1984 tentang Pemberlakuan Penuh UU PA di DIY yang kemudian ditindaklanjuti dengan keputusan Mendagri Nomor 66 Tahun 1984 yang jelas-jelas telah mengakhiri rezim tanah-tanah Swapraja.

"Jika tindakan-tindakan sepihak dengan mendaftarkan tanah-tanah warga sebagai PAG tetap dilakukan, maka potensi pelanggaran hak-hak ekonomi sosial budaya sangat besar terjadi," pungkasnya.


(nag)
Share:

Thursday, December 24, 2015

Terapkan Tanam Jajar Legowo, Produksi Padi Meningkat

Harianjogja.com, KULONPROGO- Produktivitas panen padi di Desa Pleret Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami peningkatan signifikan dari 9,7 ton per hektare menjadi 11,08 ton per hektare gabah kering panen pada 2015.

Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan (Dispertan) Kulon Progo Bambang Tri Budi di Kulon Progo, Rabu, mengatakan peningkatan produktivitas dikarenakan petani menerapkan "tanam jajar legowo" (Tajarwo).

"Produktivitas ubinan rata-rata 6,9 kilogram, kalau dikonfersi sebanyak 11,08 ton per hektare gabah kering panen [GKP]," kata Bambang saat Panen Raya GPTT Kelompok Tani Wonorejo, baru-baru ini.

Ia mengatakan pada Desember 2015, luas lahan yang panen seluas 5.000 hektare, seluas 1.045 hektare di Kecamatan Panjatan. Luas lahan di Desa Pleret Kecamatan Panjatan sendiri yang memasuki masa panen seluas 39 hektare.

Produktivitas padi di Desa Pleret sangat luar biasa karena petani mematuhi pola tanam dan menerapkan Gerakan Pengelolaan Tanaman Terpadu (GPTT).

"Kedepan, petani menerapkan Tajarwo 4:1 dengan sisipan supaya hasilnya lebih optimal," tuturnya, seperti dikutip dari Antara.

Bambang mengatakan pada awal masa taman, tanaman padi di Kulonprogo terserang organisme penggangu tanaman (OPT). Namun dengan peraturan bupati tentang pola tanam, OPT cepat diberantas.

"Pada masa tanam satu golongan satu, sebagian terserang OPT, tapi dapat dikendalikan," ucapnya.

Kepala Desa Pleret Widiyatna mengatakan berdasarkan ubinan tertinggi di Desa Pleret sebanyak 7,93 kg kalau dikonfersi menjadi 12,68 hektare GKP.

"Produksi rata-rata di Desa Pleret 6,9 per ubin atau 11,08 ton per hektare. Tingginya produksi padi di Desa Pleret tidak terlepas dari kerja sama berbagai intansi," ujarnya.

Kepala KP4K Maman Sugiri mengatakan rata-rata produktivitas padi tingkat kabupaten 6,4 ton per hektare GKP. Target peningkatan produksi 0,711 ton per hektare.

"Kenaikan produksi padi di Desa Pleret sangat signifikan karena menerapkan teknologi GPTT," imbuh Maman.

Ia mengatakan petani di Desa Pleret sudah menerapkan 100 persen tajarwo, namun belum menerapoan tajarwo sisipan. "GPTT dengan tajarwo sisipan akan meningkatkan kesehatan tanaman, dan hasil panen akan meningkat," kata dia.
Share:

8 Rumah Sakit Bekerjasama Tangan Korban Kecelakaan

Harianjogja.com, KULONPROGO- Kepolisian Resor Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta, bekerja sama dengan PT Jasa Raharja menandatangani nota kesepahamam dengan delapan rumah sakit di wilayah itu dalam penanganan korban kecelakaan.

Kapolres Kulon Progo AKBP Yuliyanto di Kulonprogo, Rabu (23/12/2015), mengatakan delapan rumah sakit tersebut yakni RSUD Wates, RS Nyi Ageng Serang, Risky Amalia Lendah, Risky Amalia Temon, PKU Muh Nanggulan, RS Santo Yusuf Boro, dan RS Pura Raharja.

"MoU ini dalam rangka memberikan jaminan kepada korban kecelakaan lalu lintas. Sehinga masyarakat tidak perlu resah bila mengalami kecelakaan berkendaraan bermotor. Ada jaminan dari Jasa Raharja, jamkesda dan jamkesmas, sehingga rumah sakit akan memberikan pelayanan kepada korban kecelakaan secara optimal," kata Yuliyanto.

Ia mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penandatangan MoU ini. Ia berharap kerja sama ini bermanfaat bagi masyarakat di Kabupaten Kulonprogo.

"Kerja sama ini dalam rangka memberikan jaminan rasa aman kepada pengguna kendaraan bermotor, khususnya masyarakat yang mengalami kecelakaan lalu lintas," katanya, seperti dikutip dari Antara.

Kepala Cabang Jasa Raharja DIY I Ketut Suardika mengatakan MoU ini bertujuan memberikan pelayanan terpadu dan diharapkan memberikan manfaat. Yakni memberikan kepastian penanganan oleh kepolisian dan rumah sakit, sehingga mengurangi fatalitas korban kecelakaan lalu lintas.

"Kerja sama ini dalam rangka memudahkan pelanan kepada masyarakat Kulonprogo tentang prosedur pengurusan santunan dan pemanfaatan jaminan lain, dan menghindarkan tumpang tindih dalam implementasi jaminan kesehatan nasional," kata Suardika.

Ia mengatakan sebagai wujud komitmen Jasa Raharja, pihaknya memberikan pelayanan prime yaitu proaktif, ramah, iklas, mudah dan empati kepada korban kecelakaan lalu lintas dan angkutan umum.

Selain penandatanganan MoU, pada kegiatan gelar pasukan Operasi Lilin 2015, Jasa Raharja memberikan helm sebanyak 250 helm kepada pelajar dan pengendara sepeda motor.

"Keselamatan dimulai dari diri sendiri. Memakai helm merupakan salah satu upaya dalam menghindari kecelakaan yang berakibat fatal," kata Suardika.
Share:

Monday, December 21, 2015

Sehari Menjelajah Keindahan Pegunungan Menoreh, Tertarik?


 

 

Wisata Kulonprogo kali ini menawarkan keindahan pegunungan Menoreh

 

Harianjogja.com, KULONPROGO-Tren wisata Kulonprogo telah bergeser di kawasan Pegunungan Menoreh. Namun, bukan melulu Kali Biru yang patut dicoba. Banyak pula wisata alam berupa curug yang bermunculan dan naik pamornya, terutama saat memasuki musim hujan seperti sekarang.

 

Salah satu obyek wisata alternatif yang layak dimasukkan daftar destinasi liburan akhir tahun ini adalah Grojogan Sewu di Dusun Beteng, Desa Jatimulyo, Kecamatan Girimulyo. Wisata alam itu baru resmi dibuka untuk umum pada April 2014. Pengunjung hanya perlu membayar Rp3.000 untuk menikmati keindahan air terjun setinggi lebih dari 25 meter itu.

 

Sebelum sampai di Grojogan Sewu, pengunjung perlu berjalan sekitar 300 meter dari tempat parkir. Suara aliran air yang deras membuat kita makin penasaran saat menuruni jalan setapak. Namun, sebaiknya jangan buru-buru karena kondisi jalan setapak yang cukup licin rawan membuat pengunjung tergelicir.

 

Pengelola Grojogan Sewu, Pardi mengatakan, warga setempat juga menawarkan berbagai makanan khas Kulonprogo, seperti geblek dan dawet sambel. "Beberapa rumah warga juga disiapkan sebagai home stay bagi para pengunjung yang ingin menginap," kata Pardi, dikonfirmasi pada Sabtu (19/12/2015).

 

Pardi menambahkan, pengunjung pun bisa meluangkan waktu seharian di Girimulyo. Selain Grojogan Sewu, masih ada obyek wisata alam lain yang semakin populer berkat media sosial. Diantaranya Curug Setawing, Kedung Pedut, Taman Mudal, Curug Kembang Soka, dan Curug Sigembor. "Jadi bisa ke Grojogan sewu dulu lalu main ke curug lain atau sebaliknya," ujar Pardi.

 

 

Girimulyo tidak hanya kaya akan curug. Kalau ingin menikmati Kulonprogo dari ketinggian, datang saja ke Waduk Mini Kleco di Dusun Ngesong, Desa Giripurwo. Jika datang pada pagi atau siang hari, cuaca cerah akan menyuguhkan hamparan biru langit berpadu dengan hijau pepohonan di bawahnya.

 

Kegagahan Gunung Merapi pun bisa terlihat jelas. Jika memilih datang pada sore hari, silakan menikmati pesona terbenamnya matahari dan langit senja.

 

Waduk berkapasitas 8.500 meter kubik di lahan seluas 20 hektare dikerjakan sejak akhir 2013. Wisatawan mulai berdatangan bahkan sebelum pembangunannya selesai pada 2014 lalu. "Sekarang setiap hari ada sekitar 60 orang yang datang. Kalau hari libur bisa 100 orang lebih," kata Kasiran, salah satu pengelola Waduk Mini Kleco.

 

Menurut Kasiran, promosi Waduk Mini Kleco lebih banyak didukung kekuatan media sosial. Banyak pengunjung yang mengunggah foto dan video hingga membuat ulasan melalui blog pribadi. "Malah pengunjung yang jadi ujung tombang promosi, bukan kami," tutur dia.

 

Editor: Nina Atmasari |

Share:

Saturday, November 28, 2015

Kompas Gramedia Sumbangkan 500 Buku untuk SD Muhammadiyah Menguri Kulonprogo

TRIBUNJOGJA.COM, KULONPROGO - Tak kurang dari 500 buku disumbangkan Kompas Gramedia kepada SD Muhammadiyah Menguri, Sabtu (28/11/2015).

Buku yang meliputi buku dongeng dan buku pelajaran tersebut diserahkan langsung oleh Humas Kompas Gramedia Jateng Jogja, Titien Utomo kepada Kepala SD Muhammadiyah Menguri, Uji Ikhtiarini Istiqomah, SAg.

"Terimakasih banyak atas bantuan buku ini. Bantuan ini sangat berarti, koleksi di perpustakaan sekolah kami masih sedikit dan tidak bertambah sejak lama. Dengan adanya bantuan ini jelas akan memperkaya isi perpustakaan ini," terang Uji kepada pihak Kompas Gramedia.

Sementra itu, Titien mengatakan jika sudah menjadi agenda rutin Kompas Gramedia untuk membagikan buku kepada para pelajar.

Tak hanya di kota besar, namun juga sekolah yang berada di wilayah yang berada jauh dari perkotaan.

"Kompas Gramedia menyalurkan bantuan buku kepada sekolah yang kurang mendapatkan perhatian karena aksesnya yang jauh dan sulit dari pusat kota, salah satunya di SD Muhammadiyah Menguri ini. Semoga bantuan ini bermanfaat dan dapat mencerdaskan siswa di sini ya," ungkap Titien.

Kegiatan tersebut terselenggara atas kerjasama Kompas Gramedia dengan Menyapa Indonesia, yakni program pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh penerima beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).

"Program yang dilakukan di Dukuh Sebatang, Desa Hargotirto, Kulonprogo ini fokus di bidang pendidikan dan kebudayaan yang dilakukan oleh penerima beasiswa angkatan PK-43," terang Melisa Pramesti Dewi selaku koordinator acara.

Selain membagikan buku gratis, Kompas Gramedia dan Menyapa Indonesia juga mengundang pendongeng muda Yogyakarta, Rona Mentari, untuk menghibur puluhan murid yang bersekolah di SD Muhammadiyah Menguri.(*)


Share:

Bandara Kulon Progo Dibangun untuk Tingkatkan Sektor Wisata EKONOMI


YOGYAKARTA,(PRLM).- Pembangunan bandara di Kulonprogo diharapkan Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla untuk dipercepat prosesnya. Sebab menurutnya pembangunan ini telah mendesak secara teknis, dalam artian Bandara Adisucipto memang seharusnya tidak lagi menjadi bandara utama di Yogyakarta.

Demikian diucapkan JK saat menghadiri jamu makan siang di kediaman Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, Kepatihan, Yogyakarta, Kamis (26/11/2015).

"Selain membahas soal bandara, kita juga membicarakan bagaimana pembangunan kita percepat. Pembangunan harus dimulai sesegera mungkin," katanya.

Selain itu, JK menuturkan, pembangunan ini juga mendesak secara wisata. Menurutnya, bagaimana bisa wisawatan naik signifikan, namun penerbangan internasional di Yogyakarta terbatas. Oleh karenanya, pihaknya melakukan pertemuan tertutup di Gedung Wilis, Kompleks Kepatihan bersama Gubernur DIY dan pejabat terkait.

Sementara itu, Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) DIY, Arie Yuwirin saat ditemui di kantornya, Jumat (27/11/2015) mengatakan, pihaknya optimis pada 15 Desember 2015, tahap pengukuran lahan calon bandara telah selesai. Hal itu berdasar pada kenyataan tiga hari kerja, tahap pengukuran telah selesai 30% di lima desa.

"Selasa, Rabu, Kamis kami bekerja sudah 30%. Kami yakin 15 Desember sudah selesai. Kami juga prediksi pertengahan Desember, identifikasi dan inventarisasi bidang tanah sudah selesai," ucapnya.

Arie menjelaskan, PMK 13/2013 yang sebelumnya sempat menghambat pihaknya, Menteri Keuangan pada minggu depan berjanji akan merevisi. Sehingga dia meyakini, tim apraisal bekerja efektif pada Februari 2016. Sementara tahap ganti rugi dilakukan pada Mei-Juni 2016.

Untuk ganti rugi lahan, kata Arie, nantinya warga akan diganti untung. Sebab biasanya tim appraisal akan memberikan ganti rugi sebanyak 3 sampai 4 kali Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP).

Jadi tak hanya tanah saja, melainkan tanaman dan bangunan juga dinilai.
"Untuk lahan garapan yang di tanah PAG (Paku Alam Ground) apabila ada magersari nanti diberi ganti garapannya," tuturnya.

Arie mengatakan pihaknya akan membuat kajian dalam rangka memberikan pengertian pada warga yang menolak. Kajian tersebut berupa pemahaman jika IPL telah terbit, pihaknya harus melakukan pengukuran. Selain itu, tiap malam pihaknya juga berkoordinasi dengan lurah maupun kepala dusun.(Wilujeng Kharisma/A-89)

Share:

Belasan Hektare Padi di Kulonprogo Diserang Wereng Putih

Harianjogja.com, KULONPROGO – Lahan pertanian di Kecamatan Panjatan diserang organisme penganggu tanaman (OPT) memasuki musim tanam I (MT 1). Sedikitnya, 18 hektare dari 870 hektare lahan pertanian terserang hama wereng punggung putih dan blas atau jamur tanaman.


 
Kabid Tanaman Pangan Dinas Pertanian dan Kehutanan Kulonprogo Tri Hidayatun mengatakan, lima kecamatan saat ini memasuki MT1. Di antaranya, Kecamatan Kalibawang, Nanggulan, Panjatan, Galur dan Lendah.

"Satu kecamatan, yaitu Panjatan, hampir sebagian besar lahan pertaniannya diserang OPT. Kami mulai intensifkan pengendalian dengan penyemprotan pestisida dan agensia hayati," ujar Tri saat ditemui di kantornya, Jumat (27/11/2015).

Tri mengatakan, luas areal pertanian di Panjatan mencapai lebih drai 870 hektare. Namun, menurut laporan petugas pengendalian yang terserang hama luasannya mencapai 18 hektare. Tri mengungkapkan, lahan pertanian yang terancam OPT di kecamatan ini menyebar di delapan desa.


 
Lebih lanjut Tri mengatakan, upaya pengendalian hama tersebut mulai ditingkatkan para kelompok tani. Upaya pengendalian OPT dilakukan dengan dua metode. Di antaranya penggunaan pestisida atau secara kimiawi dan agensia hayati yakni menggunakan musuh alam.

"Penggunaan agensia hayati lebih diutamakan. Metode ini lebih aman bagi tanaman dan ramah lingkungan. Untuk mengatasi blas atau jamur, digunakan organisme sejenis bakteri yang dapat mengendalikan berkembangnya blas pada tanaman," jelas Tri.

Tri mengungkapkan, serangan OPT semua menyerang areal pertanian di Desa Kanoman. Namun, semakin lama serangan OPT terus meluas. Sutiman mengatakan, tanaman yang rusak di desa tersebut luasnya mencapai 1,5 hektare.

Selain itu, kerusakan tanaman juga mulai terjadi di Desa Krembangan seluas dua hektare, Desa Bugel seluar 1,5 hektare, Desa Cerme dan Desa Panjatan masing-masing tanaman yang rusak mencapai satu hektare. Kerusakan tanaman yang terjadi di empat desa itu masih belum mengkhawatirkan.

"Namun, tanaman yang rusak berat secara total ada sekitar 2,5 hektare," imbuh Tri.

Editor: Nina Atmasari | dalam: Kulon Progo |
Share:

Thursday, November 26, 2015

Demi Bandara Kulon Progo, Bukit Menoreh akan Dibedah

Metrotvnews.com, Kulon Progo: Bandara baru Daerah Istimewa Yogyakarta akan 'digeser' ke Kabupaten Kulon Progo. Guna mendukung akses transportasi antara Jawa Tengah-DIY, bukit Menoreh akan 'dibedah'.

Bedah Menoreh akan dilakukan Pemkab Kulon Progo, DIY bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Magelang. Perlunya, untuk menghubungkan lokasi bandara ke Borobudur, Kabupaten Magelang.

Melansir Antara, Rabu 25 November, Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo mengatakan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-PR) telah menyiapkan anggaran Rp100 miliar untuk program Bedah Menoreh.

"Kemarin, Selasa (24/11), petugas dari PU-PR sudah meninjau lokasi yang akan dibangun jalan dan sekaligus melakukan pengukuran," kata Hasto.

Saat ini, lanjutHasto, Bedah Menoreh sudah mulai dibangun di kawasan utara seperti jalan dari Banjaroya ke Puncak Suroloyo. Lebar median jalan di sana mencapai 14 meter.

Wilayah selatan dari Pasar Siluwok, Jombokan ke Kokap juga sudah dibangun. Selain itu, jalan dari Hargotirto, Kecamatan Kokap, menuju Gua Kiskendo, Kecamatan Girimulyo, luasan jalan sudah cukup, hanya saja kondisi jalan kurang bagus.

"Kami membangun jalan secara bertahap baik di wilayah selatan, tengah dan utara, tapi tetap secara terintegrasi untuk Bedah Menoreh," katanya.

Sebelumnya, Camat Samigaluh Wahyu Pujianto di Kulon Progo mengatakan salah satu pembangunan infrastruktur jalan yang akan digarap dalam Bedah Menoreh, yakni pembangunan jalan raya yang menghubungkan akses dari Wates menuju Magelang, Jawa Tengah.

Ia mengatakan Bedah Menoreh tersebut akan melewati sejumlah desa di Kecamatan Samigaluh yang meliputi Desa Kebonharjo, Banjarsari, Pagerharjo, dan Sidoharjo.

"Status jalan raya yang masuk dalam Bedah Menoreh tersebut memiliki status jalan provinsi, sehingga mampu dilewati oleh bus wisata dengan kapasitas penumpang yang besar," katanya.

Hal tersebut, lanjut Wahyu, akan membuka akses Kabupaten Kulon Progo wilayah utara. Akses jalan raya tersebut akan membuka akses wisata alternatif dari Yogyakarta menuju Candi Borobudur melalui Wates. 
SAN

Share:

Pengukuran Lahan Calon Bandara Kulonprogo Sudah Mencapai 1000 Bidang

TRIBUNJOGJA.COM, KULONPROGO - Setidaknya 1.000 bidang tanah calon lokasi bandara baru, di wilayah Kecamatan TemonKulonprogo, telah dilakukan pengukuran dan pendataan oleh tim satgas A dan B dari BPN DIY hingga hari ketiga, Kamis (26/11/2015).

Informasi tersebut disampaikan Camat Temon, Djaka Prasetya. Menurutnya, pengukuran sampai saat ini masih fokus pada lahan yang diizinkan warga pemiliknya.

"Informasi dari petugas satgas sudah lebih dari 1.000 bidang. Harapan kami bisa selesai tepat waktu," katanya.

Praktis, sampai hari ketiga ini petugas di lapangan meninggalkan lahan yang sudah ditandai papan larangan pengukuran oleh warga pemiliknya.

Hal itu juga untuk menghindari konflik antara petugas dan warga yang menolak pengukuran.

Meski demikian, di hari ketiga pengukuran lahan calon bandara, petugas tidak mendapat halangan berarti.

"Warga yang menolak tetap di lokasi. Tapi sejauh ini tidak ada gejolak dalam proses pengukuran," katanya.

Kades Glagah, Agus Parmono, mengatakan setidaknya sudah enam dusun di desanya yang tanahnya sudah sudah dilakukan pengukuran dan pendataan.

"Masih ada tiga dusun yang belum karena warga belum setuju pengukuran. Sebagian yang belum diukur juga ada yang tanah PAG," katanya. (*)

Share:

Kalla Minta Pembangunan Bandara Kulon Progo Segera Dimulai

TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla menginginkan pembangunan bandara internasional di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta dimulai pada 2016. "Ini mendesak untuk kepentingan pariwisata maupun ekonomi," kata Jusuf Kalla seusai bertemu Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan HB X beserta jajaran SKPD DIY di Kepatihan, Yogyakarta, Kamis, 26 November 2015.

Menurut Kalla, keberadaan bandara dengan nama "New Yogyakarta Internasional Airport" itu akan memberikan dampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan pariwisata di Yogyakarta.



Kepala Badan Pembangunan dan Perencanaan Daerah DIY, Tavip Agus Rayanto mengatakan dalam pertemuan itu, Jusuf Kalla meminta Pemerintah Yogyakarta mempersiapkan daftar kebutuhan infrastruktur jaringan transportasi menuju bandara khususnya berkaitan dengan aspek wisata. "Jadi, infrastrukturnya seperti apa, itu yang diminta disampaikan di Jakarta," kata dia.

Seperti diketahui, saat pembangunan Bandara Internasional di Kecamatan Temon, Kulon Progo masih dalam tahap sosialisasi dan pengukuran lahan. Proses pengukuran lahan bandara Internasional di Kulon Progo sempat tertunda karena anggaran pengukuran lahan yang diajukan oleh Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Yogyakarta dinilai melebihi besaran yang ditentukan dalam Peraturan Menteri Keuangan.

Share:

Jembatan Bantul-Kulon Progo Putus Diterjang Banjir

Jembatan Sesek Cinta putus, warga terpaksa harus menempuh jalan memutar dengan jarak 7 kilometer.
Jembatan Sesek Cinta putus, warga terpaksa harus menempuh jalan memutar dengan jarak 7 kilometer.

Liputan6.com, Kulon Progo - Jembatan Sesek Cinta, yang berada di Ngentakrejo, Lendah, Kulon Progo, Yogyakarta kini tak bisa dilewati warga lagi, akibat diterjangbanjir bandang yang berasal dari Magelang, Jawa Tengah.

Seperti ditayangkan Liputan 6 Malam SCTV, Kamis (26/11/2015), jembatan ini merupakan jalur pintas yang digunakan warga di dua wilayah, yakni Bantul dan Kulon Progo.

Terputusnya jembatan yang dibangun dengan biaya swadaya masyarakat ini sangat menggangu aktivitas. Warga terpaksa harus menempuh jalan memutar dengan jarak 7 kilometer.

Sebenarnya warga dan pihak Kecamatan Lendah telah mengajukan permohonan untuk dibuatkan jembatan permanen kepada Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta. Namun pengajuan belum juga ditanggapi.

Sementara hujan deras yang menguyur Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis siang, membuat jalan di Pasirkoja, Bandung, terendam banjir.

Rumah yang berada dipinggir jalan tergenang air setinggi 50-70 centimeter. Warga yang rumahnya kebanjiran membersihkan tanah dan lumpur yang masuk ke dalam rumah.

Banjir juga membuat beberapa sepeda motor yang melintas mogok. Selain itu arus lalu lintas di Pasirkoja macet. Relawan Kota Bandung yang berada di lokasi banjir berusaha memperbaiki saluran selokan yang menghambat arus air.

Diduga banjir diakibatkan pembangunan jalan yang menyumbat saluran air. (Dan/Dms)


Share:

Monday, November 23, 2015

Juhadi meninggalkan pesan untukmu

Juhadi meninggalkan pesan untukmu
Baca email ini dalam: English, Nederlands, Javanese, Español, Français, dan 32 bahasa lain.
Kamu menerima email in karena Juhadi ingin tersambung dengan juhadi.kp2.kp2014@blogger.com di Twoo. Berhenti langganan.
Juhadi meninggalkan pesan untukmu.
Baca pesan kamu

Kamu bisa segera membalas menggunakan sistem obrolan kami.
Selamat bersenang-senang!
Tim Twoo
Twoo
Tidak ingin menerima email seperti ini lagi? Klik di sini. Massive Media Match NV, Emile Braunplein 18, 9000 Ghent, Belgium BE0537240636. info-id@twoo.com
Share:

Alun-alun Wates Jadi Representasi Cinta Puspa dan Satwa di Kulonprogo

Harianjogja.com, KULONPROGO-Permasalahan terkait kelestarian lingkungan semakin kompleks. Perburuan satwa liar menjadi salah satu ancaman yang harus dicegah karena bisa mengganggu keseimbangan ekosistem.


 
Hal itu diungkapkan Asisten Sekretaris Daerah DIY, Didik Purwadi, pada peringatan hari cinta puspa dan satwa tingkat DIY di Alun-alun Wates, Kulonprogo, Minggu (22/11/2015).

Menurutnya, masyarakat hendaknya berpartisipasi mencegah perburuan satwa liar yang kian marak. Masih banyak orang tidak bertanggung jawab yang memburu satwa liar dan langka untuk diperdagangkan secara ilegal.

Didik menegaskan, hukum harus ditegakkan karena perburuan satwa liar termasuk tindak kejahatan. Di sisi lain, pemerintah juga senantiasa menempuh upaya preventif dengan menumbuhkan rasa kepedulian terhadap kelestarian satwa.


 
Masyarakat juga perlu disadarkan mengenai pentingnya menjaga kelestarian puspa demi keberlanjutan ekosistem alam. "Perlu digalakkan kegiatan yang mampu merangsang seluruh lapisan masyarakat utuk mengenal keanekaragaman hayati dan menjga kelestarian ekosistem," kata Didik.

Masyarakat harus dibiasakan mencintai keindahan puspa dan satwa sehingga secara sadar terdorong ikut dalam upaya pelestarian. "Dengan cara yang tepat, potensi kekayaan alam bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat," tambah Didik kemudian.

Sementara itu, Bupati Kulonprogo, Hasto Wardoyo mengatakan, Alun-alun Wates menjadi representasi cinta puspa dan satwa di Kulonprogo. Keindahan taman dan kebersihan lingkungan terus ditingkatkan dan dibenahi. Puluhan pasang burung dara yang dipelihara di kawasan tersebut juga disebut menjadi lambang cinta satwa.

Upaya melestarikan lingkungan juga diwujudkan dengan mengelola sampah rumah tangga melalui kegiatan kelompok swadaya masyarakat (KSM). KSM bekerja sama dengan masyarakat sekitar untuk mengumpulkan sampah ke tempat pembuangan sementara.

Sampah-sampah tersebut akan dipilah dan diolah sebagian, sebelum akhirnya dikirim ke tempat pembuangan akhir. "Kami juga tidak mau ada kontainer sampah di pinggir jalan agar tidak memicu timbulnya tempat pembuangan liar," ujar Hasto.

Hasto lalu memaparkan, kegiatan hari itu merupakan momentum tepat untuk menyadarkan diri mengenai pentingnya kelestarian dan pemanfaatan keanekaragaman hayati. Dia pun sepakat jika keanekaragaman hayati bisa bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat jika dikelola secara tepat.

Editor: Nina Atmasari |
Share:

Ini Kesan dan Kenangan Bupati Kulonprogo Terhadap Sosok Paku Alam IX

TRIBUNJOGJA.COM, KULONPROGO - Bupati KulonprogoHasto Wardoyo, usai menyaksikan prosesi pemakaman Paku Alam IX, Minggu (22/11/2015) mengaku begitu merasa kehilangan.

Hasto menganggap Paku Alam IX merupakan sosok teladan bagi masyarakat dan pemimpin di mana pun.

Dia pun mengenang ketika pernah bersama-sama Paku Alam IX mengunjungi para transmigran di luar Jawa.

Menurutnya, Wakil Gubernur DIY itu membuatnya terkesan karena rela jauh-jauh memperhatikan transmigran dengan cara datang langsung menyapa mereka di wilayah baru.

"Kunjungan beliau ke para transmigran bahkan sampai malam. Kegigihannya begitu mengesankan, mau memperhatikan rakyat kecil. Beliau patut menjadi teladan bagi pemimpin muda untuk lebih maju," kenang Hasto.

Tepat di hari pemakaman itu pula, sebenarnya Paku Alam IX dijadwalkan untuk hadir dalam Hari Cinta Puspa dan Satwa di Alun-alun Wates.

"Ternyata Tuhan berkehendak lain. Biasanya kalau sakit bisa langsung sembuh," ujar Bupati. (*)

Share:

Tuesday, November 17, 2015

Pengukuran Lahan Bandara Kulon Progo Molor Lagi


Metrotvnews.com, Yogyakarta: Proses sosialisasi dan pengukuran lahan Bandara Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta hingga kini belum terlaksana.

Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X mengatakan, molornya kegiatan ini disinyalir karena terhambat Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 13 tahun 2013.

"Molor karena masalahnya mungkin nunggu (keputusan) Kementerian Keuangan terkait PMK. Masa petugas (pengukur lahan) enggak dibayar," ujar Sultan di Kompleks Kepatihan Yogyakarta, Selasa (17/11/2015).

Dalam PMK tersebut, diatur biaya pengukuran lahan untuk kepentingan umum maksimal Rp1,6 miliar. Sementara, perkiraan biaya untuk proses pengukuran dan inventarisir tanah bandara baru DIY di Kulon Progo secara keseluruhan bernilai Rp9 miliar.

Sultan menambahkan, pihaknya sudah meminta pemerintah pusat membantu penyelesaian persoalan ini, termasuk merevisi PMK tersebut. Malah, sebelumnya, Menteri Agraria/Kepala BPN Ferry Mursyidan Baldan menyebut PMK itu sudah tidak relevan lagi dengan persoalan tanah masa kini.

"Kita sudah rapat koordinasi dengan Deputi Wapres soal itu (PMK). Level atas yang akan menyelesaikan. Tapi sampai sekarang belum ada respons (revisi PMK) dari Kementerian Keuangan," ucap Sultan HB X.

Raja Yogyakarta ini berharap agar proses pertanahan ini bisa selesai sesuai target yakni, Triwulan III-2016. "Harapan saya bisa cepat diselesaikan. Saya masih optimis September 2016 selesai. Tapi kalau ini mundur, kepentingan lain nanti masuk," tegasnya.

Sementara itu, Sekda Pemkab Kulon Progo Astungkara tidak mengetahui alasan molornya proses sosialisasi dan pengukuran lahan. Pihaknya belum mendapat informasi jadwal pengukuran dan sosialisasi dari Badan Pertanahan Nasional (BPN) DIY.

"Wewenang pengukuran dan sosialisasi ada di BPN DIY. Kami hanya menunggu informasi baru ikut pengukuran. Kalau tidak salah BPN DIY hari ini baru merapatkan soal itu," kata Astungkara melalui sambungan telepon di Yogyakarta.

Ketika hendak dicari tahu dari BPN, Kepala BPN DIY Ari Yuwirin belum merespons pesan singkat dan telepon dari Metrotvnews.com.

Seharusnya, kegiatan sosialisasi dan pengukuran lahan dilakukan Senin dan Selasa pekan lalu oleh satgas A dan B BPN DIY. Kemudian, diundur menjadi Senin 16 November. Tapi, hingga kini belum ada kepastian dilaksanakannya pengukuran dan sosialisasi tersebut. 
SAN
Share:

Monday, November 16, 2015

Juhadi meninggalkan pesan untukmu

Juhadi meninggalkan pesan untukmu
Twoo
Baca email ini dalam: English, Nederlands, Español, Français, العربية‏, dan 32 bahasa lain.
Kamu menerima email ini karena Juhadi ingin tersambung dengan juhadi.kp2.kp2014@blogger.com di Twoo. Berhenti langganan
Juhadi
meninggalkan pesan untukmu!
Periksa pesanmu ➔
Kamu bisa segera membalas menggunakan sistem obrolan kami.
Selamat bersenang-senang!
Tim Twoo
Tidak ingin menerima email seperti ini lagi? Klik di sini. Massive Media Match NV, Emile Braunplein 18, 9000 Ghent, Belgium BE0537240636. info-id@twoo.com
Share:

Friday, November 13, 2015

Friendly charm Corals Beach Wediombo Yogyakarta

Pesona Karang-karang Bersahabat di Pantai Wediombo Yogyakarta
Wediombo beach atmosphere, in the village of Jepitu, Girisubo, Gunung Kidul, Yogyakarta. (Photo: MP / Fredy Wansyah)

Travel MerahPutih - Generally not a sandy beach on the rocky edge. However, unlike the case in Wediombo Beach, Gunung Kidul, Yogyakarta. Small corals on the waterfront south beach Wediombo just friends. Corals is actually an ocean back to enjoy the beach atmosphere. Not only that, the small rocks are also not preclude for anyone who wanted to play water beach.

In fact, not a few tourists take advantage of the reefs is to be the location of fishing. Fish, crab, and shrimp are very easy to obtain. In addition, marine animals are often stung too often encountered in turn over the reef. Among these jellyfish and sea urchins. But fear not first, Turkish officials have been wary Wediombo places the animal.

Wediombo beach is one of the attractions dazzling sea in Yogyakarta. It is in the village of Jepitu, Girisubo, Gunung Kidul, Yogyakarta. The distance is approximately 40 kilometers from the city center Wonosari. While traveling from the city of Yogyakarta approximately 80 kilometers. The location was a bit far from the city center, but that does not mean there is no public transport to the attractions most east coast south DI Yogyakarta.

If you want to use public transport, public bus to look for Wonosari.Furthermore, from the town Wonosari switched to special transport to the southern coastal areas, such as Indrayanti and so on. After reaching the coastal areas, looking specifically for a motorcycle taxi driver drove to the beach Wediombo.

It is rather complicated to the beach Wediombo when using public transport. Not so if the choice of transport by private transport, such as motorcycles and cars. The main objectives that must be passed if it departs from the city of Yogyakarta is Wonosari. Furthermore, the directions to the south coast region will be posted along the way. So,no need to worry about getting lost.

Arriving at the location, along a 100-meter risers have been waiting.The distance between the shoreline with a parking location is not near. However, it will all be paid off when the lips look beautiful beaches. Charming and attractive water clarity.

In the discussion of Java, "wedi" means sand. While "Ombo" means the area. So, the name of this beach is defined as a place that has a fairly broad stretch of sand. Sand beach which is the tourist attraction. Moreover, the unique, the sand is not far from the lips of small corals.

For tourists who want to enjoy the sea coast of the south, along the shoreline may be the object of baths. While enjoying the warmth of the sun, the sand beach is very alluring. Not only the shoreline, the manager also provides the location of the seawater baths on one side of the beach. The location is often referred to by the citizens in terms of the pool is a very safe bathing location. Actually, the "pool" is part of the shoreline. Only, its location is limited by the reef. The water was very calm, so no waves. This location specifically for visitors who feel fear bath with waves southern coast.

How, interested in enjoying the corals friends? Come to Wediombo Beach, Gunung Kidul, Yogyakarta. (Fre)

Share:

Themes stretcher 2015 BWCF Volcano

BWCF 2015 Usung Tema Gunung Berapi

ktivitas Mount Barujari in the middle of the lake Segara Anak issued when the volcanic ash erupted in Sembalun, East Lombok, NTB, Sunday (25/10). (AFP PHOTO / Then Edi)

MerahPutih Culture - Samana Foundation again held perhalatan Borobudur Writers and Cultural Festival (BWCF) in 2015 with the theme "Mountain, Disasters, and Myth in the archipelago" on 12 to 14 November, in Yogyakarta and Magelang. BWCF activities initiated at Hotel Garuda, Yogyakarta. Then, a series of events held at the Manohara, Sumbing and Home Semara which three are located in Magelang.

Director Samana Foundation Yoke Darmawan deliver, "Mountain, Disasters, and Myths" became the theme of the event in 2015 because of the close BWCF Nusantara civilization and the role of mountains in the cultural traditions of community rituals.

"Actually, Samana BWCF Foundation as the organizer has announced the theme of the mountain since last year. Throughout the year, related to the theme of the mountain 200 years eruption of Mount Tambora and natural phenomena is quite serious in the spotlight," said Yoke, when contacted merahputih.com viaWhatsapp, Saturday ( 7/10).

(Photo courtesy: Representative Samana Foundation Imam Muhtarom and Seno Joko Suyono open a Press Conference held at Studio Mendut, Magelang regency, Saturday (7/11). Also present were representatives of the Community Five Mountains Sutanto Mendut and intellectual Romo Mudji Sutrisno)

The event BWCF 2015 will be filled seminars, musical performances, art mountain, poetry readings, film screenings, photo exhibitions, a book party, and the award ceremony sanghyang kamahayanikan Award to someone who has been dedicating itself concerning kegunungan in the archipelago.

"This award is an appreciation to those who are faithful kegunungan study. The study was considered to add value to civilization treasures of the archipelago," said Yoke. (Fre)


Share:

5 Places in Yogyakarta Mandatory You Visit

1. Malioboro


Sumber: Twitter @_Jogja_

Malioboro is the most frequented by tourists in the country and abroad. Malioboro is the name of a street in Yogyakarta and are well known to the rest of Indonesia.

Malioboro Street name is derived from the Sanskrit word has meaning wreath.

Mlioboro present shopping and culinary experiences. During the day, along Jalan Malioboro found many sellers crafts such as key chains, batik, clothing, accessories and other unique items. While the evenings, you will find lots of food vendors lesehan of Yogyakarta along Jalan Malioboro.


2. Prambanan


Prambanan is the largest Hindu temple complex in Indonesia.

You must visit this place because it has historical value tinggi.Candi Prambanan decorated with carved around the temple and told the story of Ramayana and Krishnayana.

Prambanan is located sektiar psuat 17 KM from the city of Yogyakarta. If you do not bring personal vehicles, to achieve Prambanan you simply use the bus and get off at the stop Prambanan, very easy to reach Prambanan.


3. Sultan Palace


Source: TwitterDolanDiJogja

Sultan Palace is one of the sights that you should visit.

According anekatempatwisata.com, Sultan Palace is a building which is occupied by the sultanate of Yogyakarta Sultan and his family.

In addition to be able to enjoy the architecture of the ancient sultanate, you can also visit the museum that has a collection of items sultanate of Yogyakarta, which is partly a gift from the king of Europe.

4. Parangtritis


Source: TwitteriArrowLite

This beach is the most famous beach in Yogyakarta.

Located about 25 KM south of downtown Yogyakarta, Parangtritis is a beach located on the shores of the Indian Ocean that has the characteristics of waves and currents are quite hefty.

Not only that, Parangtritis also has its own uniqueness. Yes, this beach has ukit sand called dunes around the beach.


5. Pindul


Source: TwitterJogjaWisata

This attraction of the cave located in the village Bejiharjo, District Karangmojo, Gunung Kidul Regency.

For the sake of enjoying the natural scenery Pindul, you have to climb up the cave with the tube above the underground river in the cave known as cave tubing.

Pindul length of the cave is 350 meters with a width of 5 meters and the distance the water surface with 4 meter cave roof. Pindul cave search takes approximately one hour that ends at a dam. Streams are in Pindul derived from Gedong Seven springs. Tourist attraction Pindul inaugurated on October 10, 2010.


Share:

Archive

Breaking News

Wikipedia

Search results