Tourist knows Yogyakarta Indonesia

Top reviews

Tuesday, February 10, 2015

Tahun 2015, Dua Rusun Akan Dibangun

KULONPROGO ( KRjogja.com)- Tahun 2015 ini akan dibangun rumah susun

sederhana sewa (rusunawa) di Pedukuhan Gununggempal Desa Giripeni

Kecamatan Wates dan rusun buruh di Desa Tuksono Sentolo. Sebelumnya

juga sudah dibangun rusunawa di Triharjo Wates berlantai lima yang

saat ini sudah selesai pembangunan fisiknya dan tinggal pengerjaan

ipal komunalnya serta pemasangan lsitrik.

Kabid Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kulonprogo Zahram

Asurawan ST MT menyatakan untuk rusunawa Gununggempal sudah dilakukan

lelang dan Surat Perintah Kerja (SPK)-nya sudah turun. Sekarang sudah

mulai pengerjaannya, yang diharapkan selesai sekitar bulan September

2015 mendatang.

Rusunawa berlantai lima di Gununggempal ini, kata Zahram, dana yang

disediakan sebesar Rp 13 Miliar dari APBN. Berdiri di atas lahan

5.000m2 dari 4,4 hektar yang disediakan dari tanah kas desa dengan 96

kamar dan 2 kamar untuk difabel.

"Sedangkan rusun buruh di Tuksono baru dilakukan cek lokasi dan belum

dilelang. Tapi akan dikerjakan tahun ini juga, sebab sudah ada MoU

antara Gubernur DIY, Menteri Perumahan, dan Menteri Tenaga Kerja.

Direncanakan akan dibangun dua yakni lantai lima dan tiga,"papar

Zahram, Selasa (10/02/2015).

Sementara untuk rusunawa Triharjo Wates pembangunan fisik sudah

selesai dan kini sedang dilakukan pengerjaan instalasi pengolahan air

limbah (ipal) komunal dan pemasangan listrik. Diharapkan bulan Juni

sudah bisa dihuni.(Wid)
Share:

Monday, February 9, 2015

INFRASTRUKTUR KULONPROGO : Pelebaran Jalan Dudukan Segera Dilanjutkan

Harianjogja.com, KULONPROGO- Pengembangan infrastruktur di kawasan

industri Sentolo akan kembali dilanjutkan dengan pelebaran jalan

sejauh 1,3 kilometer. Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kulonprogo juga telah

menyiapkan dana Rp2,8 miliar untuk pembebasan tanah sepanjang satu

kilometer.

"Rencana pembangunan jalan di kawasan tersebut sepanjang 8,25

kilometer. Tahun 2014 sudah kami mulai tahap pertama yakni tiga

kilometer, tapi baru dikerjakan 1,7 kilometer. Pada tahun ini, sisanya

akan dilanjutkan segera mungkin," ujar Kepala Bidang Jasa Marga DPU

Kulonprogo Gusdi Hartono saat ditemui di kantornya, Jumat (6/2/2015).

Gusdi mengatakan pengembangan jalan pada tahap pertama dilakukan untuk

membuka akses masuk ke kawasan industri. Tahapan pembangunan jalan

tersebut dimulai tahun 2014 dan tanah yang baru dibebaskan baru sejauh

tiga kilometer. Dibukanya akses jalan Dudukan-Ngentakrejo itu akan

menjadi jalan utama memasuki kawasan industri yang menghubungkan jalan

negara dan jalan provinsi.

"Untuk memenuhi sebagai jalan utama menuju kawasan industri, maka

badan jalan harus dilebarkan dengan target pelebaran mencapai 14 meter

dan lebar aspal delapan meter," ungkap Gusdi.

Lebih lanjut Gusdi mengatakan tak hanya melanjutkan pembangunan jalan

yang tersisa dari tahapan lalu. Penyempurnaan jalan dan badan jalan

juga akan dilakukan pada tahun ini. Pasalnya, ketebalan aspal di jalan

yang sudah dilebarkan yang berada di Dusun Giyoso, Desa Salamrejo

masih belum cukup tebal.

"Kami juga akan melanjutkan proses pembebasan tanahnya lagi. Tahun ini

ada satu kilometer tanah yang akan dibebaskan dengan anggaran sekitar

Rp2,8 miliar. Kami sudah melakukan kordinasi dan diskusi dengan pihak

desa terkait hal itu, dan baru akan jalan," jelas Gusdi.

Sebelumnya, Pelaksana Harian Kepala Desa Salamrejo Surono menambahkan,

pelebaran jalan untuk memasuki kawasan industri dilakukan secara

bertahap. Saat ini, kondisi jalan yang berada di kawasan tersebut

sudah cukup baik dan jauh lebih luas, sehingga lalu lalang kendaraan

berat tidak terlalu mengganggu warga.

" Kalau di sisi jalan masuk memang jalan sudah diperlebar, namun masih

akan diaspal untuk diperhalus," imbuh Surono
Share:

Perahu Terbalik, Mulyono Hilang di Progo

KALIBAWANG ( KRjogja.com) - Satu dari sembilan peserta arum jeram atau

rafting yakni Mulyono (47) warga Polokerto, Bekonang Kabupaten

Sukoharjo Jawa Tengah mengalami kecelakaan hanyut dan hilang setelah

perahu karet yang ditumpangi bersama delapan rekannya terbalik di

Sungai Progo tepatnya di wilayah Pantog Wetan Desa Banjaroya Kecamatan

Kalibawang, Minggu (08/02/2015).

Hingga berita ini ditulis Tim Search and Rescue (SAR) Merapi masih

melakukan pencarian di sepanjang Sungai Progo. Anggota Polsek

Kalibawang Bripka Santoso menjelaskan, musibah terbaliknya perahu

peserta arum jeram tersebut bermula ketika sejumlah tenaga medis Rumah

Sakit (RS) Moewardi Solo selesai melaksanakan ujian anastesi.

Usai ujian, para peserta refreshing dengan ikut rafting dari pertemuan

Sungai Pabelan dan Progo di wilayah Magelang. Dalam pelaksanaan

kegiatan, peserta yang berjumlah 30 orang dibagi dalam enam perahu.

Mereka menyusuri derasnya arus Sungai Progo yang memang sedang dalam

kondisi banjir. Saat melintas di intake Kalibawang, di wilayah Pantog

Wetan, Banjaroya perahu yang dinaiki korban bersama 8 rekannya

terbalik.

"Tiga orang terjatuh dan dua orang berhasil menepi. Korban yang

merupakan perawat IGD tenggelam dan tidak nampak. Dari lokasi kejadian

ke finish sebenarnya jaraknya hanya tinggal satu kilometer lagi, tapi

perahu mengalami musibah terbalik," kata Bripka Santoso.

Tim SAR dan petugas kepolisian serta warga setempat terus melakukan

pencarian dengan menyusuri Sungai Progo. Dalam proses pencarian

sebenarnya Tim sempat melihat dayung dan pelampung mengambang.

"Kemungkinan pelampung yang dikenakan lepas dan korban tidak bisa

berenang," ujarnya.(Rul)
Share:

Thursday, February 5, 2015

BANDARA KULONPROGO : Puluhan Warga Glagah Hengkang dari Konsultasi Publik

Harianjogja.com, KULONPROGO-Puluhan warga Desa Glagah, Kecamatan

Temon, yang terdampak pembebasan lahan hengkang dari Aula Balaidesa

Glagah saat diminta mengisi formulir persetujuan atau penolakan

rencana pembangunan bandara, Selasa (3/2/2015).

Kegiatan yang berlangsung dari pukul 10.00 WIB dihadiri 85 dari 154

undangan yang disebar. Tim Pengadaan Lahan Bandara memaparkan rencana

akuisisi lahan selama 45 menit. Setelah itu, tim menyuruh warga

mendatangi petugas yang sudah berjajar di meja untuk mengisi formulir

persetujuan atau penolakan. Tak disangka, sebanyak 27 warga yang hadir

pergi meninggalkan aula Balai Desa tanpa mendatangi petugas.

Salju, warga Pedukuhan Glagah, mengaku enggan mengisi formulir

konsultasi publik dan memilih pergi karena tidak setuju dengan

pembangunan bandara di Temon. "Saya datang ya mendengarkan saja,

tetapi tidak ada rencana mengisi," ujarnya.

Sementara, Sukiyem, warga Pedukuhan Sangkretan, mengaku sebenarnya

tidak setuju dengan pembangunan bandara di Temon.

"Saya datang untuk memenuhi undangan, tetapi soal mengisi formulir ya

tergantung warga lainnya," tuturnya.

Diakuinya, sikap warga terkait pembangunan bandara ditentukan oleh

mayoritas suara warga di satu wilayah.

Lain halnya dengan Supadmi, warga Pedukuhan Kepek, yang justru datang

untuk kedua kalinya ke konsultasi publik. Ia mengatakan, dalam

konsultasi publik pertama sudah mengisi formulir persetujuan, tetapi

kembali mendapatkan undangan untuk hadir di konsultasi publik

lanjutan.

"Katanya ada kesalahan administrasi, jadi saya disuruh mengisi ulang

formulir," ungkapnya.
Share:

Tuesday, February 3, 2015

Toyota Indonesia Donasikan Kendaraan untuk SMK

WATES ( KRjogja.com) -Toyota Indonesia menyumbangkan satu unit mobil

Etios senilai kepada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 2

Kulonprogo sebagai bagian dari rangkaian donasi kendaraan utuh kepada

Universitas dan SMK yang diawali dengan penyerahan kepada Universitas

Indonesia pada September 2014 lalu.

Upaya ini merupakan salah satu wujud komitmen Toyota Indonesia untuk

mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia,

khususnya dalam menyiapkan SDM lokal yang handal. Donasi diserahkan

Ketua Yayasan Toyota & Astra (YTA), Mintarejo Darmali didampingi oleh

General Manager PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Teguh

Trihono kepada Kepala Sekolah SMK Negeri 2 Kulonprogo, Dra Rr

Istihari Nugraheni MHum dalam acara yang dihadiri Kepala Dinas

Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) DIY dan Bupati

Kulonprogo.

"Total Toyota Indonesia mendonasikan 18 unit kendaraan utuh kepada

beberapa perguruan tinggi dan SMK di Indonesia guna mendukung kegiatan

praktikum teknik. Kualitas sumber daya manusia lokal sangat penting

terutama dalam menghadapi era persaingan yang kompetitif Masyarakat

Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Menyikapi hal ini, kami berupaya untuk bisa

membantu peningkatan kualitas SDM dengan memperkenalkan teknologi di

dunia otomotif sebagai salah satu industri yang akan langsung terkena

dampak penerapan MEA," kata Teguh Trihono dalam keterangan tertulis

yang disampaikannya kepada KR, Selasa (03/02/2014).

Teguh mengatakan penyerahan bantuan ini merupakan wujud dari komitmen

Toyota Indonesia untuk terus mendukung peningkatan kualitas SDM

Indonesia yang handal sesuai dengan semangat Toyota Berbagi. Total

nilai ekonomis dari donasi kendaraan utuh ini adalah lebih dari Rp 4

miliar. Sebelumnya, Toyota Indonesia telah mendonasikan kendaraan utuh

dan komponen kendaraan kepada lebih dari 60 SMK Teknik di seluruh

Indonesia.(M-3)
Share:

Sunday, February 1, 2015

Konflik Sosial Pesisir Selatan Temon Hendaknya Segera Dihentikan

TEMON ( KRjogja.com)- Konflik sosial yang terjadi di wilayah pesisir

selatan Kulonprogo dewasa ini menyusul adanya rencana pembangunan mega

proyek bandara dan penambangan pasir besi mengundang keprihatinan

Lembaga Kajian Resolusi Konflik. Perbedaan pendapat terhadap rencana

pembangunan wilayah tersebut telah mengganggu kerukunan hidup

masyarakat sehingga muncul kelompok pro dan kontra yang berakibat

diterapkannya sanksi sosial.

"Kami sangat prihatin atas kondisi yang terjadi saat ini. Hanya karena

berbeda pandangan timbul konflik sosial serius di masyarakat," kata

Ketua Lembaga Kajian Resolusi Konflik, Muqoffa Mahyudin, SAg MHum usai

Mujahadah Perdamaian dan Kebersamaan Dalam Islam, Masyarakat Pesisir

Kulonprogo di Masjid Ainul Jariyah Pedukuhan Ngelak Desa Jangkaran

Kecamatan Temon, Minggu (1/2/2015).

Mujahadahan dihadiri warga pesisir selatan Kecamatan Temon yang

terkena pembangunan bandara, baik kelompok yang pro maupun kontra.

Ketua Wahana Tri Tunggal (WTT) Martono bersama sejumlah pengurus

paguyuban yang selama ini menolak bandara nampak hadir dan berbaur

dengan jamaah lain. Mujahadahan, tahlil dan doa dipimpin KH Drs

Muttaqim Mujid.

Menurut Muqoffa, dari hasil survey, konflik sosial ternyata telah

menyatu dalam diri masyarakat. Hal tersebut tercermin dengan adanya

warga yang tidak mau menghadiri hajatan pernikahan ataupun takziyah

antaranggota kelompok. Pihaknya khawatir kondisi tersebut akan

diwariskan kepada anak cucu hingga waktu yang sangat lama. Muqoffa

berharap, mujahadah bisa menginspirasi semua kelompok untuk mengakhiri

konflik sosial. Pendekatan agama seperti mujahadah diharapkan bisa

jadi media penyembuh hati sehingga masyarakat kembali hidup rukun.

"Minimal dengan berdoa dan makan bersama bisa jadi langkah awal warga

untuk kembali ke kehidupan lama yang lebih tentram," jelasnya.

Dalam upaya mengembalikan kerukunan hidup masyarakat di wilayah

pesisir selatan Temon, Lembaga Kajian Resolusi Konflik akan

menggandeng para tokoh agama untuk terus mengkaji penyebab-penyebab

sekaligus mencari solusi agar persoalan-persoalan yang timbul segera

bisa berakhir.

"Mereka (tokoh agama-Red.) akan kami ajak untuk aktif menggelar

pengajian sekaligus memberikan pencerahan. Mudah-mudahan ke depan

mujahadah dan pengajian bisa dilaksanakan di masjid-masjid lain di

Temon," harapnya.

Tokoh Desa Jangkaran, M Sururudin mengapresiasi Lembaga Kajian

Resolusi Konflik yang telah memprakarsai upaya penyatuan umat di

wilayah pesisir selatan Kulonprogo. Pihaknya yakin acara tersebut bisa

menyadarkan masyarakat dan tidak terjebak dalam kepentingan pragmatis.

Mujadahan dan kajian bisa jadi pintu gerbang bagi rekonstruksi

kemanusiaan.

"Menurut kami acara seperti ini cukup penting, karena itu kami

berharap ke depan kegiatan-kegiatan serupa bisa berlanjut, sehingga

jalinan tali silaturrahmi warga menjadi harmonis kembali," jelasnya.

Martono sepakat dengan pernyataan Muqoffa. Bahkan dirinya juga

berharap kegiatan keagamaan tersebut bisa dilaksanakan rutin sebagai

upaya mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hanya saja untuk

diwilayah Desa Glagah dan sekitarnya, pihak penyelenggara perlu

berkoordinasi secara intensif.

"Karena di sana tidak semudah membalikkan telapak tangan, perlu

proses," terangnya.(Rul)
Share:

Breaking News

Wikipedia

Search results