Tourist knows Yogyakarta Indonesia

Top reviews

Tuesday, November 10, 2015

Sosialisasi Pengukuran Lahan Bandara Kulonprogo Ditunda

TRIBUNJOGJA.COM, KULONPROGO - Rencana sosialisasi pengukuran lahan calon lokasi bandara baru Kulonprogo di wilayah Kecamatan Temon ditunda.

Sekda Kulonprogo, Astungkoro, mengatakan sampai kapan penundaan sosialisasi itu belum dapat dipastikan.

Menurutnya, mundurnya jadwal sosialisasi yang semula direncanakan dua hari antara Selasa - Rabu (10-11/11/2015) diperkirakan karena adanya pergantian direksi PT Angkasa Pura I.

Dengan demikian, menurutnya, proses lanjut mengenai rencana sosialisasi itu pun berubah.

"Adanya proses itu juga berarti harus ada pergantian penandatanganan dari AP I ke BPN. Semua di bawah BPN," kata Astungkoro, Selasa (10/11/2015).

Meski belum dapat menyebutkan kepastian waktu sosialisasi, Astungkoro mengatakan pelantikan direksi baru di PT AP I telah dilakukan pada Jumat pekan lalu. Dia pun memperkirakan sosialiasi bakal dilakukan tidak lama lagi.

"Pelantikan kalau tidak salah Jumat lalu, setelah itu bisa kumpul panitia dan turun lapangan," lanjutnya.

 

Sesuai rencana, menurutnya, sosialisasi itu akan dilakukan oleh tim BPN DIY. Dalam tim tersebut, selain dari BPN juga dari Pemda DIY, Kanwil BPN, PT AP I, Pemkab Kulonprogo, dan kecamatan serta desa. Pastinya, proses itu juga dalam pengamanan aparat.

"Sampai saat ini sebenarnya materi sosialisasi telah siap. Sebenarnya tinggal turun lapangan lalu pengukuran," katanya.

Terkait alasan mundurnya sosialisasi pengukuran lahan bandara, Pimpro Bandara Baru dari PT Angkasa Pura I, Sujiastono, mengatakan hal itu sebenarnya tidak berkaitan dengan pergantian direksi di perusahaan pemrakarsa bandara baru tersebut.

Penundaan sosialisasi, menurutnya, karena adanya perubahan schedule oleh BPN. "BPN sebagai ketua pelaksana pengadaan tanah," katanya.

Bupati Kulonprogo, Hasto Wardoyo, semula mengatakan sosialisasi akan terbagi dalam beberapa tim. Untuk wilayah Glagah dan Palihan, menurutnya, masing-masing ada dua tim.

Sementara di desa lainnya seperti Kebonrejo, Jangkaran dan Sindutan akan digabung menjadi satu tim. (*)

Share:

Megaproyek Kulonprogo menjadi “magnet” bagi sejumlah orang untuk menetap di kawasan tersebut.

Harianjogja.com, KULONPROGO – Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kulonprogo mencatat adanya tren peningkatan perpindahan penduduk ke kabupaten berjuluk Binangun ini.

 

Daya tarik megaproyek dan pembangunan yang tengah berjalan di Kulonprogo mulai sedikit berdampak pada kependudukan. Sejak Januari hingga Oktober 2015, tercatat ada 3.492 penduduk baru yang masuk ke kabupaten ini. Kepala Bidang Data TI Disdukcapil Kulonprogo Tri Ariyani mengungkapkan, berdasarkan data penduduk yang masuk ada empat kecamatan yang menjadi tujuan utama perpindahan domisili.

“Rata-rata penduduk baru yang mengajukan permohonan pindah itu mayoritas ke Sentolo, Pengasih, Wates dan Temon,” ujar Tri kepada Harianjogja.com, Selasa (10/11/2015).

Tri memaparkan, kecamatan yang paling banyak dituju pendatang adalah Kecamatan Wates. Tercatat sejak awal tahun jumlah penduduk baru yang masuk mencapai 450 orang. Lokasi strategis Kecamatan Pengasih sebagai penyangga Kota Wates juga menjadi tujuan pendatang untuk pindah domisili. Ada kurang lebih 396 penduduk yang pindah ke kecamatan tersebut.

 

Lebih lanjut Tri menandaskan, domisili penduduk baru yang mengajukan permohonan tak hanya lintas kabupaten saja. Justru mayoritas perpindahan penduduk banyak yang berasal dari luar DIY atau antar provinsi. Dari total jumlah penduduk yang masuk, yakni 3.492 penduduk, sebanyak 2.679 penduduk berasal dari luar provinsi DIY.

Sedangkan jumlah penduduk yang keluar dari Kulonprogo juga hampir mendekati angka yang sama. Hanya saja, jumlah pendatang masih mendominasi penduduk Kulonprogo yang keluar daerah. Tercatat jumlah penduduk yang keluar ada 2.990 penduduk.

“Kebanyakan [penduduk] yang keluar dari Kulonprogo banyak yang pindah lintas provinsi,” imbuh Tri.

Kepala Disdukcapil Kulonprogo Djulistya tak menampik adanya pertambahan penduduk, seiring dengan pesatnya pertumbuhan pembangunan di kabupaten ini. Apalagi daya tarik megaproyek tak dielakkan telah memberikan dampak positif terhadap semua aspek, termasuk persoalan kependudukan.

Meski begitu, Djulistya mengaku adanya megaproyek seperti pembangunan bandara baru belum terlalu berpengaruh signifikan terhadap pertambahan penduduk. Jika pembangunan sudah terlaksana, kemungkinan adanya peningkatan jumlah penduduk bisa saja terjadi.

“Kalau saat ini, belum terlalu signifikan [dampak bandara]. Apalagi orang sedang disibukkan dengan isu-isu bandara jadi [dibangun] atau tidak,” ungkap Djulistya.

 
 
Editor: |
Share:

Bendungan ancol kalibawang

Bendungan Ancol Kulonprogo, Situs Penting Kurang Terjamah
 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Bendungan Ancol, merupakan sebuah bendungan yang disebut-sebut sebagai hulu dari air yang mengalir di sepanjang Selokan Mataram.

Bendungan ini diselesaikan pada tahun 1951-an, saat Sri Sultan Hamengku Buwono ke IX bertahta menjadi raja Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.

Tentunya Sri Sultan Hamengku Buwono ke IX merupakan sosok yang berperan penting dalam pembangunan bendungan tersebut. Karena bendungan tersebut, air yang mengalir di sepanjang Selokan Mataram dapat mensejahterakan seluruh masyarakat DIY.

Dalam rangka mengeksplore kembali cerita dan sejarah yang terdapat pada Bendungan Ancol yang berada Desa Banjaroyo, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulonprogo DIY, pihak Dinas Kebudayaan DIY bersama Pussaka Institute menyelenggarakan kegiatan Napak Tilas Petilasan Kulonprogo, bertajuk "Nandur Banyu Panguripan, Ngabuk Paseduluran", pada (13/11/2015) nanti.

Kegiatan yang akan diselenggarakan pada kegiatan itu di antaranya ada Kirab Budaya, Pentas Jathilan, Ritual dan Penanaman Pohon, Pelepasan Ikan, Pentas Kesenian dan masih banyak lagi.

Situs Bendungan Ancol ini masih aktif hingga saat ini, walau usianya sudah tidak lagi muda. Namun yang menjadi miris adalah ketika keberadaannya tidak banyak diketahui oleh masyarakat DIY sendiri.

 

Hal itu dikatakan oleh katakan oleh Leonardi Budi Setiawan, Direktur Pussaka Institute dalam jumpa pers Napak Tilas Petilasan Kulonprogo, Selasa (10/11/2015) pagi di Pendopo Dinas Kebudayaan DIY.

Bendungan yang terletak di Pegunungan Menoreh yang memiliki keterbatasan sumber air, menurutnya memberi pesan pentingnya berbagi kepada sesama di dalam sebuah keterbatasan.

Kegiatan yang juga melibatkan pihaknya ini juga merupakan sebuah perayaan yang dimaksudkan untuk mengingatkan kembali situs kaya manfaat tersebut kepada masyarakat luas.

"Kami pun sempat beberapa kali berkunjung ke sana, yang mana dalam keterbatasan itu para masyarakatnya pun memiliki kebudayaan dalam pengolahan air," ungkap Leo.

Lucia mengatakan, sebanyak 1.000 pohon pun akan ditanam di daerah Pegunungan Menoreh, yang juga pelepasan bibit ikan di sana.

Hal itupun dimaksudkan untuk membantu kesejahteraan masyarakat yang ada di sana. Selain itu, dalam kegiatannya akan dilakukan penanaman 9 pohon beringin putih, yang dalam penanamannya akan diikuti oleh perwakilan dari Kraton Yogyakarta, Kadipaten Pakualaman, Pemerintah Daerah Kulonprogo dan lainnya.

Leo menuturkan, beringin putih itu mengisyaratkan perilaku yang mengayomi dan dibalut dengan sifat yang suci yang terdapat pada warna putihnya.

Sementara untuk 9 pohon itu sendiri merupakan pentingnya Sri Sultan HB IX untuk daerah tersebut dan pembangunan bendungan yang menjadi faktor kesejahteraan masyarakat DIY.

"Karena bendungan itu sudah diproses pembangunannya saat masa kekuasaan Belanda. Sri Sultan HB ke IX meneruskan pembangunannya, namun memiliki rancangan sendiri dalam menyelesaikan bendungan ini," papar Leo. (tribunjogja.com)

Share:

Monday, November 9, 2015

LDII Kulonprogo Gelar Diklat Soft Skill

Harianjogja.com,KULONPROGO -Masih banyak masyarakat yang yakin kesuksesan seseorang semata ditentukan dari tingginya jenjang pendidikan yang berhasil dilalui. Padahal sekedar belajar saja tidak cukup. Setiap individu harus melengkapinya dengan soft skill untuk meraih kesuksesan.


 
Hal tersebut diungkapkan Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Kulonprogo, Pandaya, pada pembukaan diklat bertajuk The Soft Skill of Leadership and Entrepreneurship di Gedung Kaca, Wates, Sabtu (7/11/2015). Menurutnya, banyak orang tua yang berpikir jika anaknya sukses di bangku sekolah, sudah pasti memiliki masa depan cerah.

Sebenarnya, anggapan itu tidak sepenuhnya salah. Namun, selain memiliki kompetensi dan keterampilan di bidang keahlian tertentu, seseorang juga perlu membekali dirinya dengan soft skill.

"Kami berharap generasi muda memiliki kompetensi soft skill yang bermanfaat untuk mengembangkan diri, terutama terkait kepemimpinan dan kewirausahaan," kata Pandaya.


 
Pandaya lalu memaparkan, masyarakat harus menyadari bahaya bonus demografi yang ditandai dengan peningkatan proporsi penduduk usia produktif dan turunnya jumlah penduduk usia tidak produktif. Sebab, penduduk usia produktif yang terlalu banyak bisa memicu bencana demografi. Hal itu ditandai dengan melonjaknya angka pengangguran dan kemiskinan. "Pencari kerja baru terus bertambah, bukannya pembuat kerja baru," ujarnya.

Diklat soft skill hari itu diikuti sekitar 350 orang yang terdiri dari kalangan pemuda, mahasiswa, dan pelajar kader LDII. Para peserta diharapkan termotivasi untuk lebih mengembangkan diri agar nantinya menjadi generasi yang mandiri.

Sementara itu, Bupati Kulonprogo, Hasto Wardoyo mengapresiasi langkah LDII mengembangkan potensi generasi muda. Dia juga berpendapat, program-program LDII yang berjalan selama ini turut mendorong upaya pemerintah menggalakkan pendidikan karakter.

Hasto kemudian mengingatkan, generasi muda dan masyarakat pada umumnya harus siap menghadapi kemajuan teknologi. Setiap orang dituntut cepat beradaptasi dengan perubahan. "Kita juga harus terbiasa dengan tuntutan publik. Kalau sering dapat proses, itu sekarang sudah biasa," ucap Hasto.

Editor: Mediani Dyah Natalia | dalam: Kulon Progo |

Share:

88 Kades di Kulonprogo Mendapat Pengarahan di Kejari Wates

88 Kades di Kulonprogo Mendapat Pengarahan di Kejari Wates

TRIBUNJOGJA.COM, KULONPROGO - Sejumlah kepala desa diKulonprogo dipanggil ke Kejaksaan Negeri (Kejari) Wates, Senin (9/11/2015) siang. Mereka dipanggil terkait penggunaan dan pengelolaan dana desa.

Sebanyak 88 kades termasuk 35 kades baru tersebut diikutkan dalam penerangan mengenai pengelolaan dana desa oleh tim kejari.

Tidak hanya para kades, Bupati Kulonprogo Hasto Wardoyo pun ikut hadir memberikan pengarahan.

Kades Banjaroyo Kalibawang, Anton Supriyono, mengatakan undangan ke kejari untuk mengikuti peningkatan kapasitas dalam pengelolaan dana desa.

"Selama ini memang ada kendala. Terutama soal administrasinya," ujar Supriyono.

Kajari Wates, Edwin Kalampangan, mengatakan penerangan diberikan agar para kades mengelola dana desa dengan baik. Pasalnya, tahun depan dana desa jauh lebih besar.

"Kalau tidak sesuai rencana bisa timbulkan masalah hukum," katanya. (*)

Share:

1.686 Pelanggar di Kulonprogo Ditindak dalam Dua Pekan

TRIBUNJOGJA.COM, KULONPROGO - Dalam dua pekan, Satlantas Polres Kulonprogo menindak 1.686 pelanggaran lalu lintas di wilayah Kulonprogo.

Penindakan itu dilakukan selama berlangsungnya operasi Zebra yang berakhir pekan kemarin.

Kasatlantas Polres Kulonprogo, AKP Ahmad Hidayat, mengatakan bahkan puluhan sepeda motor terpaksa harus ditahan karena surat-suratnya tidak lengkap.

Penahanan sepeda motor tersebut juga karena kondisi kendaraan tidak sesuai standar.

"Mayoritas pelanggaran berupa pelanggaran marka jalan dan pengendara tidak memakai helm. Ini menunjukkan kesadaran masyarakat untuk keselamatan dengan mengenakan helm masih rendah," katanya, Minggu (8/11/2015).

Menurutnya, pelanggaran pengendara tidak mengenakan helm itu kebanyakan ditemukan di jalur sekitar wilayah Galur dan Panjatan.

Selain itu di jalur wilayah perbukitan seperti Nanggulan dan Kalibawang, masyarakatnya juga banyak yang tidak berhelm saat berkendara.

"Hanya karena bukan jalur besar sehingga banyak yang tidak memakai helm. Jalur itu memang jarang dijaga polisi, tetapi dalam operasi kali ini kami menyasarnya untuk kesadaran pengendara," lanjutnya.

Berdasarkan jumlah pelanggaran lalu lintas selama dua pekan tersebut, AKP Akhmad memastikan bahwa terjadi peningkatan pelanggaran dibanding tahun sebelumnya.

Menurutnya, pada 2014 jumlah pelanggar mencapai 1.661 pelanggaran. "Tahun ini meningkat sekitar 1,4 persen," katanya.

Meski melakukan penindakan secara tegas, namun beberapa lainnya tetap mendapat toleransi dan hanya ditegur secara lisan. Kasatlantas mengatakan jumlah pengendara yang hanya mendapat teguran lisan sebanyak 215 pengendara.

"Ini tentu harus dengan pertimbangan mengenai kepemilikan surat-suratnya. Kalau tidak membawa surat atau tidak memakai helm tetapi rumahnya dekat kami suruh pulang segera mengambilnya," jelas Akhmad.

Kepala Posko Operasi Zebra Progro 2015 Polres Kulonprogo, Ipda Priya Tri Handaya, mengatakan wilayah operasi selama dua pekan itu memang tidak hanya di jalur utama atau nasional.

Jalur kendaraan di wilayah pelosok juga menjadi sasaran karena selama ini banyak terjadi kecelakaan akibat pelanggaran lalu lintas.
Adapun jumlah kecelakaan selama operasi tersebut sebanyak 11 peristiwa atau sama dengan kejadian tahun lalu. "Untungnya tidak ada korban jiwa," katanya. (tribunjogja.com)


Share:

Festival Dalang Cilik Peringati Hari Wayang Sedunia di Kulonprogo

Festival Dalang Cilik Peringati Hari Wayang Sedunia di Kulonprogo

TRIBUNJOGJA.COM, KULONPROGO - Sebanyak 22 dalang cilik asal DIY - Jawa Tengah unjuk kebolehan dalam Festival Dalang Cilik memeringati Hari Wayang Sedunia, di Sanggar Bodronoyo wilayah Kecamatan Girimulyo, Kulonprogo, Minggu (8/11/2015).

Festival dalang cilik dalam rangka peringatan hari Wayang Sedunia, sebagaimana ditetapkan Unesco, ini sekaligus juga untuk melestarikan budaya adiluhung.
Secara keseluruhan, meski penampilan peserta kebanyakan hanya didukung para kerabatnya, mereka tampil maksimal dan mampu menjiwai lakon.
Selain dari Sleman, mereka juga tampil sebagai wakil dari Kulonprogo, Kota Yogyakarta, Bantul, Gunungkidul, Solo, Boyolali, dan beberapa daerah lain di Jawa Tengah.


Pemilik Sanggar Bodronoyo, Mulyono, mengatakan festival tersebut sebagai kesempatan bagi generasi muda termasuk anak-anak untuk mengembangkan kemampuannya.
Menurutnya, pengalaman pentas merupakan bekal untuk menjadi lebih terampil sebagai dalang.


"Kami sangat mendukung festival seperti ini. Anak-anak dan para generasi muda memang harus memiliki kesempatan tampil atau pentas agar lebih baik," kata pemerhati wayang ini.


Ketua Panitia festival tersebut, Guntur Songgo Langit, mengatakan pengembangan keterampilan mendalang sekaligus untuk membentuk karakter anak sehingga menjadi bertanggungjawab dan pemberani.
Menurutnya, festival itu juga memiliki latarbelakang keprihatinan minimnya generasi dalang belakangan ini.


"Sebab itu kami tergugah untuk merintis dalang muda," kata Guntur.
Adapun festival tersebut digelar selama tiga pekan sejak 25 Oktober lalu. Penampilan dalang cilik pada Minggu ini merupakan yang terakhir.
Harapannya, mereka menemukan ruang berkreasi dan berekspresi sehingga potensi terpendam dapat dimunculkan dan dilestarikan sebagai bagian budaya adiluhung. (tribunjogja.com)


Share:

Friday, November 6, 2015

Salurkan Raskin 14 Kali Antisipasi Paceklik

KULONPROGO ( KRjogja.com) - Sebagai upaya antisipasi melonjaknya harga

dan dampak El Nino dengan kondisi musim hujan mundur sehingga musim

tanam ikut mundur pula, maka bulan-bulan akhir tahun 2015 ini

pemerintah tidak hanya mendistribusikan raskin 13 saja, tapi adapula

raskin ke 14. Pendistribusian akan dimulai 10 November dimulai dari

Kecamatan Pengasih.



Kabulog Divre DIY Langgeng Wisnu Adi Nugroho menjelaskan,� kebijakan

tersebut karena pemerintah tidak ingin mengulang adanya lonjakan harga

beras di pasaran seperti tahun lalu. "Masyarakat selama tiga bulan

tidak ada distribusi raskin, karena telah diterimakan di awal tahun

waktu itu. Selain itu tahun ini juga ada El Nino, sehingga hujan belum

turun dan diperkirakan Desember baru hujan, bila musim tanam padi maka

diperkirakan Maret baru panen, di musim tanam itu terjadi paceklik,"

kata Langgeng, dalam Rakor Raskin di aula Dinsosnakertrans, Kamis

(5/11/2015).



Menurut Kadinas Dinsosnakertrans Kulonprogo Drs Eka Pranyata, hasil

evaluasi pendistribusian raskin ke 13 di seluruh Kulonprogo pada

Oktober relatif lancar. "Kita berharap pendistribusian raskin sampai

akhir tahun ini lancar sesuai rencana, bulan Oktober lalu dua kali

distribusi termasuk raskin 13-an, lalu November ini yang akan diawali

tanggal 10 sampai 19," katanya.



Jadwal distribusi raskin bulan November akan diawali kecamatan

Pengasih (10/11/2015), Girimulyo dan Kalibawang (11/11/2015), Sentolo

(12/11/2015), Lendah dan Galur (16/11/2015), Nanggulan dan Samigaluh

(17/11/2015), Panjatan dan Kokap (18/11/2015), dan terakhir Temon dan

Wates (19/11/2015). (Wid)
Share:

Destinasi Perbukitan Dongkrak Pendapatan Pariwisata Kulonprogo

TRIBUNJOGJA.COM, KULONPROGO -Meski promosi wisata terbatas minimnya

anggaran, penerimaan pendapatan retribusi pariwisata Kulonprogotahun

ini menembus angka Rp2 miliar.



Selain Pantai Glagah yang selalu menyumbang pendapatan retribusi

terbesar, munculnya destinasi baru di perbukitan juga mendongkrak

pendapatan objek wisata yang sudah ada.



Kepala Disbudparpora Kulonprogo, Krissutanto, mengatakan tercapainya

pendapatan retribusi lebih dari Rp2 miliar ini berarti telah melampaui

target.



Padahal, target senilai Rp2 miliar tersebut baru saja ditetapkan pada

APBD perubahan.

"Sebelumnya berdasarkan APBD 2015 targetnya sekitar Rp1,68 miliar.

Lalu dinaikkan, malah sekarang belum akhir tahun sudahoverdari target

terbaru di perubahan," kata Krissutanto, Jumat (6/11/2015).



Dia menjelaskan target pendapatan retribusi pariwisatamemang dinaikkan

karena berdasarkan target awal di APBD 2015 sudah terlampaui.



Peningkatan pendapatan akhir-akhir ini, menurutnya, terjadi karena

beberapa objek wisata yang dikelola pemerintah ikut terdongkrak

munculnya destinasi baru di wilayah perbukitan.



Disebutkan, objek wisata Pantai Glagah tetap menjadi penyumbang

pendapatan retribusi terbesar. Nilai pendapatannya mencapai Rp1,3

miliar.



Meski tidak banyak perubahan dalam hal fasilitas maupun sarananya,

Pantai Glagah memiliki tren positif untuk menarik wisatawan semakin

banyak dari tahun ke tahun.



Sementara, Waduk Sermo yang semula ditarget memberikan pendapatan

retribusi sebesar Rp59,5 juta, nyatanya sampai saat ini dapat

menyumbang senilai Rp263 juta.



"Waduk Sermo mengalami kenaikan signifikan sejak adanya destinasi baru

di wilayah perbukitan misal di Kokap," kata Krissutanto.(*)
Share:

Warga Kulon Progo Bawa Ratusan Sertifikat Tanah ke DPRD DIY




Metrotvnews.com, Yogyakarta: Aksi penolakan terhadap rencana pembangunan bandara di Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta kembali berlanjut.

Puluhan warga penolak pembangunan bandara yang tergabung dalam paguyuban Wahana Tri Tunggal (WTT) bersama aktivis dan mahasiswa melakukan aksi di gedung DPRD DIY, Kamis (5/11/2015).

Tak hanya berorasi, mereka juga menunjukkan ratusan dokumen salinan, baik itu sertifikat tanah, KK, dan KTP warga yang terancam terdampak pembangunan bandara. Setidaknya, dokumen yang mereka bawa, di antaranya 223 sertifikat tanah, 213 KK, dan 399 KTP.

"Ini baru sebagian masyarakat Glagah (Kecamatan Temon). Masih ada warga desa lain yang terdampak, seperti Jangkaran, Sindutan, Tibonrejo, dan Palihan. Ada sekitar 9.500 jiwa yang terdampak," ujar Ketua WTT, Martono.

Martono menegaskan pihaknya tetap menolak rencana pembangunan bandara. Pihaknya meminta pemerintah mencabut Perda RTRW Kabupaten Kulon Progo Nomor 1/2012. Selain itu, ia mendesak Pemerintah DIY mencabut SK Gubernur 68/KEP/2015 tentang Izin Penetapan Lokasi (IPL) pembangunan Bandara.

"Kami menolak pembangunan bandara. Lahan lokasi pembangunan bandara merupakan lahan produktif," kata dia.

Massa aksi sebelumnya mengehendaki untuk audiensi dengan anggota DPRD DIY. Namun, permohonan audiensi itu tak bisa terlaksana lantaran surat permohonan tak mendapat disposisi.

Terpisah, Bupati Kabupaten Kulon Progo, Hasto Wardoyo mengatakan tetap melanjutkan pembangunan bandara. Rencananya, 9 November akan melakukan sosialisasi untuk memetakan bidang tanah pembangunan bandara.

Ia meminta masyarakat yang tidak sepakat dengan rencana pembangunan bandara tidak melakukan tindakan-tindakan ilegal. Menurutnya, tindakan melanjutkan rencana pembangunan bandara sudah sesuai dengan putusan MA yang mengabulkan kasasi IPL Pembangunan Bandarta.

"Jika tidak ingin diukur, tidak melakukan tindakkan yang tidak baik. Proses sudah jalan," kata dia. (san) 
SAN

Share:

Archive

Breaking News

Wikipedia

Search results