Tourist knows Yogyakarta Indonesia

Top reviews

Saturday, February 27, 2016

BANDARA KULONPROGO Investor Berdatangan

Harianjogja.com, KULONPROGO-Bupati
Kulonprogo, Hasto Wardoyo berpendapat jika kawasan industri di wilayah
Sentolo dan Temon akan berkembang pesat dengan banyaknya investor yang
tertarik berinvestasi untuk bandara New Yogyakarta International
Airport (NYIA). Meski begitu, Pemkab Kulonprogo tetap melakukan upaya
penyaringan dengan mengedepankan pemberdayaan potensi lokal.




“Kita tetap harus screening dengan memita setiap calon investor
mempresentasikan program, diskusi bersama, lalu dievaluasi,” kata
Hasto, Jumat (26/2/2016).


Menurut Hasto, keberadaan bandara NYIA nantinya harus bisa
dioptimalkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kulonprogo.
Para investor juga dituntut mendukung komitmen tersebut sesuai
peraturan yang berlaku.


“Menurutnya, tidak hanya bisa tapi memang harus menguntungkan masyarakat,” tegas dia.




Sementara itu, salah satu warga terdampak pembangunan bandara NYIA,
Mawarno mengaku percaya jika keberadaan bandara akan memberikan manfaat
secara makro bagi Kulonprogo.


“Jika bisa menyejahterakan masyarakat, kami siap mendukung,” kata warga Desa Palihan, Kecamatan Temon,Kulonprogo itu.







Editor: | dalam: Kulon Progo |
Share:

Friday, February 26, 2016

BANDARA KULONPROGO NYIA Jadi Magnet Investor, Investasi Capai Rp1,040 Triliun



Harianjogja.com, KULONPROGO-Proyek pembangunan bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA) dinilai mempengaruhi dinamika ekonomi Kulonprogo. Membaca potensi yang ada, kalangan investor mulai melirik Kulonprogo sebagai lokasi penanaman modal melalui berbagai kegiatan usaha.



Kepala Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Kabupaten Kulonprogo, Agung Kurniawan mengatakan, pergerakan grafik nilai investasi selama tiga tahun terakhir menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Dia mengakui jika pembangunan bandara NYIA merupakan salah satu megaproyek yang menjadi magnet bagi pada investor.

“Tahun 2015 kemarin, total nilai investasi tercatat mencapai sekitar Rp1,040 triliun,” ungkap Agung kepada Harianjogja.com, Rabu (24/2/2016).

Agung memaparkan, sebanyak 27 investor skala menengah ke atas tercatat masuk ke Kulonprogo pada 2015 lalu. Sebanyak 14 di antaranya telah sampai pada tahap realisasi dan proses perizinan. Sisanya masih dalam tahap penjajakan dan penyusunan feasibility study atau studi kelayakan.



Kehadiran bandara juga menjadi daya tarik pengembangan sektor properti dan usaha restoran maupun rumah makan. Agung mengatakan, sudah ada delapan pengembang yang bakal membangun perumahan di wilayah Wates, Pengasih, dan Sentolo pada tahun 2015-2016 ini. Sebuah perusahaan jaringan hotel berskala nasional juga diketahui telah membeli lahan untuk mendirikan hotel bintang tiga.

“Ada juga lima calon investor [perhotelan] lain yang berminat dan sedang mengadakan penjajakan di Kulonprogo,” ujar Agung.

Calon investor bidang pertambangan juga mulai muncul karena melihat adanya peluang untuk memenuhi kebutuhan infrastruktur bandara. Iklim investasi yang bergerak menuju arah positif tersebut kemudian ditindaklanjuti Pemkab Kulonprogo dengan mengeluarkan regulasi berupa Perbup No.62/2015 tentang tata cara pemberian insentif dan kemudahan penanaman modal.

“Kami juga terus meningkatkan kualitas kinerja melalui pelayanan terpadu satu pintu,” ucap Agung.

Agung mengungkapkan, peningkatan investasi menjadi kesempatan yang baik untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dia lalu menegaskan jika semua investor selalu diminta membuat pakta integritas untuk memprioritaskan potensi tenaga kerja lokal hingga menjalankan program corporate social responsibility (CSR) yang bermanfaat bagi masyarakat Kulonprogo.

Agung kemudian berharap masyarakat tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga bagian dari dinamika ekonomi di Kulonprogo. Masyarakat dituntut meningkatkan kompetensi, kemampuan, dan daya saing. Hal itu salah satunya bisa ditempuh dengan mengikuti berbagai pelatihan kerja yang disiapkan Pemkab Kulonprogo maupun lembaga swasta.

Editor: Mediani Dyah Natalia | dalam: Kulon Progo |
Share:

Polres Kulon Progo Sita Puluhan Minuman Keras

KULON PROGO] Kepolisian Resor Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta menyita puluhan botol minuman keras berbagai mereka dalam operasi cipta kondisi di wilayah ini.
Kanit Dalmas Polres Kulon Progo Ipda Yudha Satyo di Kulon Progo, Jumat, mengatakan minuman keras tersebut disita dari J.LO Cafe yang ada di wilayah Karangwuni, Kecamatan Wates, pada Kamis (25/2).
"Pelaksanaan razia ini dalam rangka cipta kondisi di wilayah hukum Polres Kulon Progo karena banyaknya laporan dari warga masyarakat yang resah dengan kegiatan di J.LO Cafe yang berada di wilayah Karangwuni, dikwatirkan bisa mengganggu ketertiban dan keamanan masyarakat lainnya," kata Yudha.
Petugas pada kesempatan menyita 24 botol miras berbagai merek. Selain razia di kafe, operasi cipta kondisi juga dilaksanakan di Hotel Kusuma Wilayah Wates Kulon Progo. Namun di Hotel Kusuma petugas tidak mendapatkan hasil.
"Semua barang bukti tersebut dibawa ke Markas Polres Kulon Progo guna penyidikan lebih lanjut. Kami akan mengintensifkan operasi pekat untuk menjaga ketertiban masyarakat," katanya.
Kasi Objek dan Sarana-Prasarana Disbudparpora Kulon Progo Kuat Tri Utama mengatakan peninginapan tumbuh dengan pesat di Kawasan Pantai Glagah. Begitu juga, kafe tumbuh berkembang seiring pertumbuhan ekonomi di Kulon Progo.
"Kami hanya mengurusi kegiatan usaha pariwisata. Kalau tidak sesuai harus ditindak. Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu (BPMPT) juga harus meninjau izinnya," kata dia. [Ant/L-8]

Share:

BANDARA KULONPROGO Relokasi Gratis Tak Terpenuhi, Warga Pilih Kontra





Harianjogja.com, KULONPROGO– Warga terdampak pro-bandara menyatakan akan berubah haluan menolak pembangunan bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA) apabila permintaan relokasi gratis mereka tak dipenuhi. Hal ini juga secara khusus disebutkan dalam surat pernyataan warga terdampak yang diserahkan kepada Bupati Kulonprogo, Hasto Wardoyo.


Sebelumnya, warga terdampak pro bandara ini memiliki tiga tuntutan yang berisi nota kesepahaman jaminan pekerjaan, kompensasi Pakualam Ground (PAG), dan relokasi gratis. Meski menyatakan diri mendukung bandara sejak awal, warga meminta pemkab Kulonprogo untuk mencarikan solusi atas permintaan relokasi gratis tersebut dan bukan hanya dibenturkan dengan undang-undang. Mereka juga telahmenyatakan sikap yang tegas terkait relokasi gratis.

Mawarno, warga Desa Palihan, Kulonprogo menyatakan apabila permintaan tersebut tidak dipenuhi, warga akan berganti sikap.

“Kami akan berubah haluan menjadi menolak,” tegasnya kepada wartawan seusai pertemuan dengan bupati, Jumat(26/2/2016).


Ia menguraikan dengan pembangunan bandara tersebut warga kehilangan rumah, tanah serta mata pencaharian sehingga pantas untuk diperhatikan.

Pulung Raharjo, warga yang juga ikut serta dalam aksi tersebut menyatakan warga sudah berkorban untuk pembangunan bandara selama ini. Namun mereka menolak jika harus dikorbankan lebih lanjut Terlebih lagi, selama ini warga telah mengikuti tahapan yang dijalankan oleh pemkab sehingga semestinya pula hak mereka dipenuhi.

“Kami akan menolak secara multi tafsir,”ujarnya.

Ancaman penolakan ini juga berdasarkan pada kekhawatiran nantinya warga yang tergusur akan memiliki kehidupan yang lebih sengsara. Karena itu, pemkab wajib mencarikan solusi untuk sumber penghidupan mereka setelahnya berupa relokasi gratis.

Editor: Mediani Dyah Natalia | dalam: Kulon Progo |

Share:

7 Pasangan Diamankan, Anak Dibawah Umur Ikut Terjaring

Harianjogja.com, KULONPROGO-Sebanyak tujuh pasangan tak resmi terjaring razia yang dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol) PP Kulonprogo dan Satpol PP DIY di objek wisata Pantai Glagah, Kamis(25/2/2016) siang. Dari jumlah tersebut, satu orang anak di bawah umur ikut terjaring penertiban jenis non-yustisi tersebut.



Dalam pemeriksaan diketahui beberapa merupakan pasangan selingkuh, pacaran, dan dugaan praktik prostitusi.

“Teman kencan, hampir-hampir seperti prostitusi,”ujar Kepala Seksie Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat Satpol PP Kulonprogo, Sartono saat pemeriksaan berlangsung.

Pasalnya, ada beberapa perempuan yang di malam hari diketahui bekerja sebagai pemandu karaoke. Terlebih lagi, beberapa wanita ini tinggal di penginapan tersebut sehingga dicurigai memiliki pekerjaan yang berbeda di siang hari.



Karena merupakan jenis operasi non-yustisia, sejumlah pasangan ini tidak akan dikenakan hukuman melainkan pembinaan dan arahan agar tidak mengulangi perbuatannya. Selain itu,warga yang terjaring akan diminta membuat surat pernyataan. Sartono menyatakan bahwa harapannya dengan tertangkap razia asusila dan prostitusi ini akan memberikan efek jera bagi pasangan-pasangan tersebut.

Dalam razia tersebut, ada pula seorang anak dibawah umur yang ikut terjaring  dan bekerja sebagai pemandu karaoke di Glagah. NZ(17) mengaku sudah bekerja menjadi pemandu karaoke selama dua tahun terakhir sejak lulus SMP. Ia sendiri menolak anggapan sedang melakukan praktik prostitusi.

“Sedang sama teman saya kok,”ujarnya.

Saat pemeriksaan, ia tidak membawa satu tanda pengenal apapun.

Dari total 14 orang yang terjaring dalam razia, seluruhnya memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) Purworejo. Dalam pemeriksaan, umumnya mereka mengaku sedang berwisata ke Pantai Glagah dan hanya ingin melepas lelah di penginapan tersebut. Bahkan, Arfa’I (27), salah satu buruh harian lepas yang tertangkap berkeras perempuan yang ditangkap bersamanya merupakan tunangannya dan menyatakan siap dinikahkan di tempat.

“Dia calon istri saya kok,” ujarnya kepada petugas saat pemeriksaan.

Editor: Mediani Dyah Natalia | dalam: Kulon Progo |


Share:

Dukung Transportasi Bandara Kulonprogo, Stasiun Kedundang Diaktifkan

Harianjogja.com, KULONPROGO- Pengaktifan kembali Stasiun Kedundang sebagai stasiun penghubung transportasi ke bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA) diharapkan dapat menjadi jalan rezeki warga sekitar dengan berjualan.



Selain itu, pembangunan yang akan dilakukan seiring pengaktifan kembali juga diharapkan bisa memberikan efek dengan adanya layanan listrik di kawasan tersebut.

Tumini, warga Dusun Trukan, Desa Kulur, Kecamatan Temon, Kulonprogo menyatakan bahwa ia sudah mendengar kabar mengenai Stasiun Kedundang yang akan diaktifkan kembali terkait dengan transportasi menuju bandara tersebut selama beberapa waktu belakangan.

Ia sendiri menyambut baik wacana tersebut karena bisa membuka peluang untuk berwiraswasta. “Paling tidak kan bisa jualan di stasiun,”ujar wanita yang tinggal beberapa meter dari stasiun tersebut, Rabu (23/2/2016).


Selain itu, ia berharap dengan wacana tersebut maka stasiun tersebut bisa menjadi pusat keramaian yang diiringi dengan beberapa pembangunan, salah satunya penyambungan aliran listrik.

Tumini menguraikan bahwa lima rumah yang berdiri di sekitar stasiun tersebut hingga saat ini belum memiliki aliran listrik dan hanya mengandalkan penyambungan darurat dari satu rumah yang dibagi ke empat rumah lainnya. “Daya 900VA dibagi untuk lima rumah,”jelasnya.

Meski dinyatakan akan menjadi stasiun penghubung bandara, warga berharap bahwa stasiun tersebut juga bisa mengakomodir kebutuhan transportasi warga sekitar.

Tumini menyatakan bahwa alangkah lebih memudahkan jika warga tidak harus naik kereta dari Stasiun Wates untuk menuju Jogja ataupun kota-kota lainnya.

Jika memang akan diaktifkan kembali, ia menyebutkan bahwa diperlukan pembangunan jalan menuju ke stasiun tersebut. Pasalnya, meskipun jalan menuju stasiun tersebut cukup lebar untuk dilalui kendaraan roda empat namun kondisinya masih sangat sederhana. Jalan selebar 2,5 meter tersebut masih berupa tanah dan kerikil-kerikil serta rerumputan.

Stasiun Kedundang sendiri sudah tak lagi digunakan sejak sistem rel ganda diaktifkan pada tahun 2007 silam. Meski demikian, stasiun ini masih sempat dijaga oleh petugas selama setahun pasca penonaktifan.

Stasiun yang masih memiliki papan namanya ini terdiri dari beberapa ruangan yakni ruang tunggu penumpang, pelayanan tiket, kepala stasiun, dan ruang pengatur perjalanan kereta api (PPKA).

Editor: Nina Atmasari | dalam: Kulon Progo |
Share:

Ribuan Warga Usia 15-59 Tahun di Kulonprogo Buta Huruf

KULONPROGO - Dinas Pendidikan (Dindik) Kabupaten Kulonprogo memiliki pekerjaan rumah besar untuk menekan jumlah warga buta huruf. Pasalnya, sebanyak 6.700 orang berusia sekitar 15-59 masih tercatat belum melek huruf per Desember 2015 lalu.

Kepala Bidang Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal (PAUDNI) Dindik Kulonprogo, Tutik Sriyani mengatakan, jumlah warga buta huruf sebelumnya mencapai 7.540 orang.
Program pengentasan buta huruf terus digencarkan melalui Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).

“Semua kabupaten/kota bersama Pemda DIY sudah bersepakat untuk bersama-sama mengentaskan buta aksara,” ucap Tutik, dikutip Okezone dari Harianjogja, Kamis  (25/2/2016).
Tutik memaparkan, Dindik Kulonprogo juga mendapatkan dukungan dari Kodim 0731/Kulonprogo yang menerjunkan para babinsa sebagai tutor di sejumlah PKBM.

Mereka bertugas secara sukarela dan tanpa honor khusus. Tutik lalu mengakui jika keterbatasan kemampuan anggaran daerah memang menjadi salah satu kendala program penuntasan buta huruf.
“Kalau tutor resmi ada insentifnya sebesar Rp125.000 per bulan tapi itu juga baru bisa kami berikan lima bulan dalam setahun,” kata dia.

Tutik lalu menjelaskan, setiap warga belajar yang telah sukses menjalani program penuntasan buta huruf akan menerima surat keterangan melek huruf. Jika kondisinya memungkinkan, mereka lalu diarahkan untuk mengikuti pendidikan kesetaraan, baik paket A, B, maupun hingga C.

Sementara itu, Bupati Kulonprogo, Hasto Wardoyo mengungkapkan jika angka melek huruf Kuloprogo terus mengalami peningkatan selama tiga tahun belakangan. Terakhir, data sementara Badan Pusat Statistik (BPS) Kulonprogo menyebutkan jika angka melek huruf pada 2015 lalu mencapai 94,19 persen.

Hasto pun merasa bangga karena semua penduduk Kulonprogo berusia 15-44 tahun diketahui telah melek huruf. Dia lalu berharap, angka buta huruf bisa terus ditekan secara bertahap. “Usia 15-44 tahun sudah tidak ada yang buta huruf di Kulonprogo. Sleman dan Jogja juga sudah seperti itu,” ujar Hasto.
(amr)

sumber:
http://news.okezone.com/read/2016/02/25/510/1321490/ribuan-warga-usia-15-59-tahun-di-kulonprogo-buta-huruf
Share:

Thursday, February 25, 2016

KULONPROGO – Stasiun Kedundang, Temon, Kulonprogo akan dijadikan stasiun penghubung antara jalur kereta api utama menuju jalur kereta api bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA).

Executif Vice President (EVP) Daerah Operasional (DAOP) VI, Hendy Helmy menyatakan ke depan stasiun bandara baru yang khusus melayani penumpang dari dan menuju bandara Kulonprogo segera dibangun.

Hendy menjelaskan dari Stasiun Kedundang nanti akan dibuatkan jalur yang berbelok ke kiri dan menuju bandara baru sebagai alternatif transportasi menuju bandara. Meski saat ini Stasiun Kedundang merupakan stasiun non-aktif, tak sulit menghidupkan stasiun tersebut selama pemetaan jalurnya jelas.

“Tinggal kita pasang wesel dan berbagai perlengkapan lainnya,”ujarnya di Stasiun Wates, Wates pada Selasa (23/2/2016).

Sebagai pelengkap, nantinya juga akan dibangun stasiun khusus bandara yaag berlokasi di sisi utara di Stasiun Tugu, Jogja, dan Stasiun Balapan, Solo. Hal ini dilakukan untuk melayani pengguna kereta api yang berasal dan ingin menuju ke bandara baru tersebut. Terkait persiapan pembangunan jalur kereta menuju bandara, Hendy menyatakan pemasangan rel kereta api bisa dilakukan selama enam bulan.

Terlebih lagi, jarak yang yang diperlukan juga hanya berkisar 3-4 kilometer sehingga dirasa tidak terlalu jauh. Ia menyebutkan pihaknya tinggal menunggu rekomendasi trase dari pemerintah daerah mengenai jalur yang akan digunakan beserta izinnya. Hendy meyakinkan pemasangan rel dapat dilakukan setahun sebelum bandara NYIA beroperasi.

“Pemasangan kami pasti lebih cepat selesai daripada pembangunan bandara,”ujarnya.

kamera digital
Menimbang frekuensi penggunaan kereta yang jauh lebih tinggi daripada kereta lainnnya, nantinya juga akan dilakukan pemasangan aliran atas untuk jalur kereta api listrik (KRL).

“Nanti akan dibangun seperti KRL Jakarta, agar lebih handal dari Prameks [prambanan ekspres],” ujarnya.

Pemasangan aliran atas ini akan dilakukan di jalur kereta api dari Stasiun Kutoarjo hingga stasiun di Solo. Terlebih lagi, menurutnya saat ini prameks yang merupakan kereta modifikasi dari kereta listrik menjadi kereta diesel ini sudah dalam kondisi kurang baik karena dimakan usia.

Hal ini bertepatan dengan kebutuhan penggantian kereta prameks menjadi jenis KRL. Ia menjelaskan pemasangan aliran atas ini akan membuat tranpotrtasi mode kereta akan lebih maksimal. Hendi menyatakan pemasangan aliran atas ini akan dilakukan paling lambat tahun 2017 mendatang.

Terpisah, Kepala Bidang Terminal, Angkutan, dan Perparkiran Dinas Perhubungan (Dishub) Kulonprogo, Joko Trihatmono menyatakan persiapan pembangunan jalur kereta menuju bandara masih dalam tahap pengumpulan data. Meski demikian, ia optimis pembangunan jalur kereta ini pasti akan terealisasi.

“Dananya pasti ada, tahun ini PT KAI prioritaskan bandara Soekarno-Hatta, Kualanamu, dan Kulonprogo,” ujar Joko.(Sekar Langit Nariswari/JIBI/Harian Jogja)

Share:

Tempat Indekos Jadi Sasaran Pencurian di Kulonprogo

KULONPROGO – Aksi pencurian dengan sasaran tempat indekos mahasiswa gegerkan warga Kulonprogo. Setidaknya, ada dua tempat indekos yang dibobol maling sepanjang hari ini. Mereka mengincar barang elektronik, seperti laptop dan kamera digital.
Aksi pencurian ini terjadi di Pedukuhan Serut dan Pedukuhan Terbah yang ada di wilayah Desa Pengasih, Kecamatan Pengasih. Dua tempat indekos tersebut dalam kondisi kosong saat dibobol pencuri. Seluruh penghuni indekos sedang kuliah atau bekerja.
“Begitu pulang dari kampus, jendela ini sudah terbuka,” tutur Oktafiana Irma, penghuni indekos di Serut, Rabu (24/2/2016).
Di tempat indekos tersebut ada delapan kamar, dengan enam kamar di antaranya dibobol pencuri. Barang yang hilang berupa laptop dan sebuah kamera. Pencuri masuk dan keluar melalui kamar melalui jendela yang dirusak dengan cara dicongkel.
Menurutnya, sejak pagi tempat indekos ini dalam posisi kosong. Seluruh penghuni kuliah dan ada yang sebagian bekerja. Kebetulan pemilik indekos juga sedang ada acara keluarga di Jakarta. Di tempat indekos ini pun tidak ada penjaganya.
Sebelum kejadian, Okta mengungkapkan, ada tetangga yang sempat mencurigai seorang pengendara motor. Dia berhenti di tepi jalan dekat tempat indekos. Pria itu kemudian masuk ke dalam.
“Kemungkinan sudah tahu, kondisi rumah dalam kosong,” ujar Okta.
Kanit Reskrim Polsek Pengasih, Ipda Suparno mengatakan, begitu ada laporan pencurian pihaknya langsung berkoordinasi dengan tim identifikasi untuk melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP). Seluruh jendela diperiksa dengan ketat dan diidentifikasi sidik jari.
Pelaku merusak jendela indekos. Pelaku keluar indekos melalui jendela tersebut setelah mengobrak-abrik isi kamar. Kemungkinan pelaku pencurian di Serut dan Terbah sama. Hal ini bisa dilihat dari modus pencurian dan sasaran yang dibawa adalah barang elektronik. Sangat dimungkinkan sebelum beraksi pelaku sudah mengamati kondisi rumah yang akan disasar terlebih dahulu.
“Ini masih dalam penyelidikan,” tuturnya.
Kasus pencurian dengan sasaran tempat indekos ini menjadi prioritas penanganan. Setelah kampus UNY berdiri, kini banyak muncul tempat indekos baru. Hal inilah yang akan diwaspadai dengan lebih mengintensifkan patroli. Pemilik rumah indekos juga disarankan menambah kunci pengaman dan sebisa mungkin tidak meninggalkan rumah dalam keadaan kosong.
(erh)
sumber: http://news.okezone.com/read/2016/02/24/510/1320135/tempat-indekos-jadi-sasaran-pencurian-di-kulonprogo
Share:

Didik Nini Thowok Bangun Kampung Wisata di Kulonprogo

REPUBLIKA.CO.ID, Seniman tari kenamaan Yogyakarta yang sudah keliling dunia, Didik Nini Thowok, saat ini tengah menggarap satu kampung wisata di daerah Kulonprogo, DI Yogyakarta (DIY). Kampung wisata yang kelak akan dinamakan Kampung Wisata Didik Nini Thowok ini tepatnya terletak di Kampung Bendungan Kayangan, Pendowoharjo, Kulonprogo.

"Kita mencontoh kampung wisata yang ada di Thailand yang sudah memiliki standar internasional," ujarnya, Rabu (24/2).

Menurutna, ide kampung wisata ini dikemukakan pertama kali ke Bupati Kulonprogo Hasto Wardoyo, pertengahan 2015 lalu. Ternyata gayung bersambut Bupati Kulonprogo mendukung penuh ide seniman tari Yogyakarta tersebut.

Di kampung itu kata Didik, selama ini sudah ada adat saparan yang digelar setahun sekali dan akan terus dikembangkan.

Nantinya Kampung Wisata Didik Nini Thowok ini hanya bisa dijangkau dengan kendaraan tanpa polusi atau bukan kendaraan bermotor. Di kampung ini akan ada pendopo khusus Didik Nini Thowok dimana pengunjung dan penduduk desa bisa bebas belajar gending, tarian bahkan nyanyian Jawa khas Didik Nini Thowok.

"Nanti juga akan dibangun balai-balai untuk belajar membatik khas Kulonprogo, kuliner dan aneka kerajinan tradisional," katanya.

Di desa itu juga akan digalakkan penanaman tanaman organik dan akan didirikan pasar khusus tanaman organik sepekan sekali.

Proyek ini menurutnya akan selesai pada November 2016 mendatang. Bahkan kata dia, rumah-rumah penduduk di sana nanti juga akan disiapkan sebagai home stay standar desa wisata internasional.

"Dengan begitu turis asing tidak perlu cari hotel, cukup di situ saja," katanya.

Pengembangan desa wisata dengan standar internasional berbasis budaya dan seni ini menurut Didik untuk mendukung perpindahan bandara Adisutjipto ke Kulonprogo. Selain Kulonprogo, proyek Kampung Didik ini juga akan dikembangkan di Temanggung. "Itu daerah lahir saya," ujarnya.
Share:

Archive

Breaking News

Wikipedia

Search results