Tourist knows Yogyakarta Indonesia

Top reviews

Saturday, January 30, 2016

WORM TEAK & UNGKRUNG: Delicious, Savory, and Challenging Nyali


image
Rain a blessing for anyone who is grateful. If Eat Mania furious when the rain comes and spoil a birthday party or other agenda, we are entitled to see this fascinating story.
THE HUNTER ENTUNG
Teak forests in Grogol Region I, Bejiharjo Village, District Karangmojo, Gunung after the rain stopped definitely crowded by hunters or entung teak caterpillars and pupae ungkrung ie. They carry a plastic bag, crouching and picking leaves dark brown teak leaves that fall on the ground.
image
That's where teak and ungkrung caterpillars are often found to be processed so unique and delicious cuisine. It appears some hunters found a black worm measuring approximately three inches with fur that makes aching and tingling. Arriving home, caterpillars and ungkrung boiled with a mixture of charcoal in order to reduce the levels of toxins that do not trigger allergies. Another way to enjoy the caterpillar teak and ungkrung is by membacemnya and serving it with rice warm Tiwul. It seems incredible let alone the whole family enjoyed.
Price per kilo, which reached 70,000 so blessing for caterpillar hunter teak and ungkrung. They called entertainment that makes money. Interested in trying this unique culinary Jogja?
Jogja culinary greetings!

Share:

Gudeg DJUMINTEN: Recipe 3 Generation Pastimes President Soekarno

Wet warm Juminten picture Source: ceremende.blogspot.com
Wet Gudeg Juminten
Homecoming this year was memorable because of the presidential election process has been completed and safe. The new president has been elected and let Mania Eat all create an atmosphere of calm that life back smoothly and surely we Jogja culinary hunting hobby honed neatly.
The story of what a successful culinary editorial and Eat Jogja can be shared on all colleagues in the country who happened to stop in this student city?
Gudeg Djuminten culinary throne is obliged to enter into a culinary exploration plans Mania Eat in Yogyakarta. These stalls are older than 80 years show if its presence has graced the repertoire of culinary tastes Jogja. Now, the manager of this shop is the grandson of Mrs. Djuminten Pak Agung.
Source image: kotajogja.com
Source image: kotajogja.com
ATMOSPHERE ASRI and FUN
Beraksara writing Java "Sugeng Rawuh" or Welcome obviously tacked on the wall clean room with tables and chairs arranged neatly. There are also paintings and photographs of the Eiffel tower Bu Djuminten on the other side of the wall. The room is painted light green flavored Java graceful old days and reassuring.
The location of this warm stall Jalan Asem Gede 14 Kranggan Region. Every moment, stalls crowded by visiting Jogja culinary addicts. Entered the room, the waiter immediately greeted friendly and offers a menu list to Eat Mania select. Choose a complete warm rice shredded chicken and eggs. It feels incredible guaranteed!
Gudeg offered Djuminten stalls are open from 7 am to 9 pm in the form of warm wet. Is different from the dry warm offered many sellers warm, warm wet Djuminten has peculiarities, namely:
Wear areh. Not dry warm.
Areh sort of thick coconut milk pure, dry warm while wearing blondo.
Flavor inherent in gideg Djuminten is kelegitannya that does not make eneg. So anyone can enjoy a menu of Jogja sweet. Additionally, Eat Mania can be brought by the form of warm kendil with all incoming lauknya and durable even without preservatives.
Completing Djuminten warm wet rice, a typical drink rice kencur citaras lock in the tongue Eat Mania. This drink has properties that refresh the body sweat profusely.
Gudeg Djuminten a favorite of President Sukarno, Megawati, and Puan Maharani. So, enjoy it as Eat Mania had blood closeness to breed Sukarno. Want to try the delights of warm wet Djuminten?
Jogja culinary greetings!
Share:

Sunday, January 10, 2016

Hasto Dukung Gerakan Ekonomi NU Kulonprogo


Hasto Dukung Gerakan  Ekonomi NU Kulonprogo

 

 

KULONPROGO – Bupati Kulonprogo Hasto Wardoyo meluncurkan Gerakan Ekonomi Nahdlatul Ulama Kulonprogo di Kantor NU Kulonprogo, Kedunggong, Wates, kemarin (10/1). Launching ditandai pengguntingan pita dan pelepasan balon.

Gerakan ini dipercaya akan menjadi wadah generasi muda NU untuk mencintai NU dan berkiprah menyambut megaproyek di Kulonprogo. Gerakan Ekonomi NU ini dimotori para generasi muda yang tergabung dalam Himpunan Santri Indonesia (Hipsi).

"Hipsi sendiri lahir dan telah menjadi lembaga resmi NU dari pusat yang diteruskan di tingkat wilayah dan cabang. Di Kulonprogo sudah hadir sejak beberapa bulan lalu. Banyak anggota yang sudah memiliki usaha dan rutin menggelar diskusi," terang Ketua Hipsi Suharyanto Waskito.

Para santri NU ini juga siap menyambut megaproyek di Kulonprogo. Mereka akan selalu mendukung program bela dan beli Kulonprogo dengan mengusung bisnis berjamaah. Sebab, banyak potensi NU yang mandiri, yang harus dikelola secara bersama.

Wakil PCNU Kulonprogo Wasiludin memberikan apresiasi atas gerakan ekonomi para santri. Ini menjadi modal bagi rakyat untuk aktif dalam menyambut megaproyek. "Jangan sampai kehadiran bandara, pelabuhan dan industri, hanya akan menjadikan masyarakat sebagai penonton. Gerakan seperti ini akan menyelamatkan NU dan generasi muda," terangnya.

Hasto mengakui kepemimpinan Gus Dur yang berhasil memajukan ekonomi pesantren dengan sangat luar biasa. Ekonomi berbasis kerakyatan memang harus terus dikembangkan. Salah satunya dengan membangun mental dan ideologi.

"Melawan produk asing saat MEA diberlakukan sangat sulit. Maka butuh ideologi, batik gebleg renteng misalnya, akan menjadi gerakan membangun ideologi dan mampu mengangkat kesejahteraan masyarakat," tuturnya.

Acara dipungkasi dengan tausiyah oleh KH Yusuf Chudori (Gus Yusuf) dari Tegalrejo, Magelang. Menurutnya, Nabi Muhammad SAW telah mengajarkan kegiatan berdagang. Hal inilah yang perlu diikuti para santri untuk bisa berkembang. (tom/laz/ong)

Share:

Puro Pakualaman Akan Terapkan Community Development untuk PA Ground di Kulonprogo

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Paku Alam Ground (PAG) yang sebagian besar dijual oleh Puro Pakualaman untuk pembangunan bandara di Kulonprogo, diminta oleh kubu Anglingkusumo untuk dipertanggungjawabkan.
Sebab penjualan tanah tersebut disinyalir melanggar ketentuan hukum, baik pidana maupun perdata.
Menanggapi itu, Penghageng Urusan Pambudidaya Puro Pakualaman, KPH Kusumo Parasto mengatakan, penjualan tanah untuk pembangunan bandara di Kulonprogo tak melanggar hukum.
Terlebih pembangunan itu merupakan proyek negara dan untuk kemaslahatan masyarakat umum.

"Kalau PAG yang dijual untuk pembangunan bandara karena aturannya begitu. Lagipula kan ini proyek pemerintah dan bukan untuk memperkaya salah satu pihak saja," ucap Kusumo Parasto, Minggu (10/1/2016).
Pun saat pihaknya telah menerima uang dari penjualan PAG di Kulonprogo, lanjut dia, nantinya keluarga besar Puro Pakualaman akan dipanggil untuk membahas terkait penggunaan uang tersebut. Sesuai Undang-undang (UU) nomor 13 tahun 2012 tentang Keistimewaan DIY, Puro Pakualaman yang kini telah berbadan hukum harus menata asetnya dengan baik.
Namun demikian, Kusumo Parasto mengaku bahwa Puro Pakualaman sudah memiliki konsep pemanfaatan uang dari penjualan PAG tersebut. Dikatakannya, Puro Pakualaman ingin mengalihkan pemanfaatan asetnya untuk masyarakat dalam bentuk lain. Tetapi tetap mengedepankan kesejahteraan masyarakat.


"Sekarang ini kita, Puro Pakualaman dan Keraton Yogyakarta dihargai masyarakat dalam tanda petik. Ada hubungan dnegan tanah. Kalau tanah hilang, konstruksinya jadi repot. Maka harus kita alihkan dalam bentuk lain," ujarnya.
Adapun pemanfaatan bentuk lain yang dia maksudkan seperti konsep community development di Thailand. Kusumo Parasto mencontohkan, nantinya Puro Pakualaman memberi benih pohon jati ke masyarakat, kemudian saat dijual dilakukan bagi hasil. Menurutnya cara ini akan menguntungkan bagi kedua belah pihak.
"Kalau kita narik pajak dari tanah Pakualaman kan kecil-kecil. Lagian kasihan kalau ditarik pajak. Nanti kita akan lebih ke sistem bagi hasil, model-model begitu harus dilakukan. Masyarakat dapat, kita juga dapat," jelas Kusumo Parasto.

Istri dari Penghageng Kawedanan Kadipaten Puro Pakualaman versi Anglingkusumo, BRAy Wijoyokusumo berharap, penjualan PAG untuk pembangunan bandara di Kulonprogo harus dipertanggungjawabkan kepada keluarga.
Sebab tanah tersebut merupakan warisan leluhur.
"Harus dipertanggungjawabkan kepada keluarga meski sekarang sudah bergelar Paku Alam X. Ini amanah leluhur, bukan main-main," pesannya. (*)
Share:

Ini 3 Area Rawan Laka Lantas


Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/Dok)

Kaposko Operasi Lilin 2015 Polres Kulonprogo, Iptu Wiyana menyampaikan laka lantas paling banyak terjadi masih di area jalan provinsi yakni daerah Sentolo, Temon, dan Jl. Daendels.

"Paling sering di daerah Sentolo, mungkin karena jalannya lurus,halus jadi membuat konsentrasinya berkurang," ujar pria yang juga Kepala Urusan Administrasi dan Tata Usaha (Kaurmintu) ini Minggu (10/1/2016)

Ia menambahkan jika Sentolo sendiri merupaka titik tengah perjalanan antara Jogja dan Wates.

"Mungkin karena sudah lelah juga,mengantuk,kewaspadaan jadi kurang," ujar Wiyana.

Berdasarkan hal inilah maka Wiyana mengimbau masyarakat untuk lebih meningkatkan pengetahuan berlalu lintas

"Bukan sekadar bisa tarik gas lalu naik motor," jelas Wiyana.

Laka lantas ini umumnya merupakan buah dari pelanggaran-pelanggaran lainnya yakni tidak mengenakan helm atau ketidaan surat izin berkendara.

Sebelumnya Kanit Yasa, Iptu Prio menyatakan bahwa Operasi Lilin 2015 disiagakan di titik-titik rawan ramai,macet dan kecelakaan lalu lintas. Selain daerah rawan, Polres Kulonprogo juga mengerahkan personil di daerah-daerah wisata. Hal ini untuk mengantisipasi tren peningkatan wisata Kulonprogo yang makin meningkat.

Polres Kulonprogo sendiri mengerahkan total 245 personil dari berbagai satgas. Jumlah personil ini juga didukung oleh personil dari polsek sekitar.

"Prinsipnya memadai jadi kami kerahkan semua dan sesuai kebutuhan " jelas Prio.

Editor:  | dalam: Kulon Progo |

Share:

Pemkab Kulonprogo Berencana Buka Jalur Baru Antara Calon Bandara Kulonprogo - Magelang

TRIBUNJOGJA.COM, KULONPROGO - Jalur transportasi selebar lebih kurang 14 meter akan dibangun dari perbatasan Magelang menuju wilayah Kulonprogo.
Rencananya, jalur ini membedah perbukitan Menoreh dan bakal menembus kawasan Bandara Baru Kulonprogo.
Hal itu sudah diwacanakan Bupati Hasto Wardoyo sejak beberapa tahun terakhir, rencana tersebut juga sudah disampaikan kepada Kementerian PU.
Meski demikian, saat ini progres dari bagian program Bedah Menoreh itu masih dalam tahap survei ulang.

Kepala DPU Kulonprogo, Sukoco, menyampaikan beberapa rapat terkait program bedah menoreh belakangan digelar bersama pemerintah DIY.
Menurutnya, saat ini sedang proses survei ulang karena sejumlah ruas yang diusulkan tidak memungkinkan untuk diperlebar.
"Kondisi jalan terlalu sempit, sedangkan batas kanan-kirinya berupa tebing gunung dan jurang," kata Sukoco, Minggu (10/1/2016).

Survei ulang itu juga berkaitan dengan ketentuan jalan yang direncanakan. Sesuai ketentuan, jalur yang diharapkan menjadi bagian bedah menoreh tersebut lebarnya lebih kurang 11 meter dan dapat menjadi jalan provinsi.
"Rencana besarnya kan dari utara di Kalibawang batas Magelang menuju Kulonprogo dan Purworejo. Nanti menembus Temon kawasan bandara," lanjutnya.
Beberapa merupakan jalur lama yang harus diperlebar, sebagian harus membangun jalan baru. Pada 2015, menurutnya, sejumlah pembangunan dilakukan Pemkab Kulonprogo menggunakan dana APBD. Namun secara keseluruhan, proyek tersebut diperkirakan harus menelan anggaran lebih dari Rp 100 miliar.
"Jadi kami minta dukungan pusat," katanya.

Sekda Kulonprogo, Astungkoro, membenarkan program bedah menoreh akan menghubungkan kawasan bandara di Kulonprogo dari wilayah Magelang.
Melalui perbukitan di sisi utara Kulonprogo, diharapkan kawasan perbukitan Menoreh itu pun akan lebih hidup. Pasalnya, selama ini jalur di wilayah itu terbilang kurang memadai.
"Ini akan menjadi jalur memotong, selebar 14 meter, menghubungkan Magelang dengan bandara Kulonprogo," ujarnya.

Astungkoro mengatakan pembicaraan antara Bupati Kulonprogo dan Kementerian PU sejauh ini masih dalam konteks proposal.

Rencananya, proyek jalan program bedah menoreh itu akan memakan ratusan miliar rupiah. Astungkoro pun berharap komunikasi dengan kementerian berjalan lancar karena pemkab harus melakukan pembebasan lahan memastikan desainnya. (*)
Share:

Friday, January 8, 2016

Number of tourist arrivals to DIY Exceeds Target

Rep: Neni Ridarineni / Red: Israr Itah
,
TOUR AFTER ERUPTION Merapi. A pair of local tourists in the region photographed Kinahrejo, DIY, Saturday (23/4), damaged by the eruption of Mount Merapi, some time ago. Some location at the foot of Mount Merapi were destroyed by the eruption of the volcano into one
TOUR AFTER ERUPTION Merapi. A pair of local tourists in the region photographed Kinahrejo, DIY, Saturday (23/4), damaged by the eruption of Mount Merapi, some time ago. Some location at the foot of Mount Merapi were destroyed by the eruption of the volcano into one

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - The visit of foreign tourists (tourists) to the Special Region of Yogyakarta (DIY) in 2015 has exceeded the target. DIY is targeting 280 thousand foreign tourists in November 2015 the position has been reached.

'' I expect the end of 2015 tourist arrivals to DIY reached 290 thousand people, '' said the Head of Tourism DIY Aris Riyanta reporters in Parliament Office DIY, Wednesday (30/12).

The target of domestic tourists in 2015 as many as 3.4 million people. Tourists positions in this country until November 2015 had 3.3 million people. Aris optimistic domestic wsatawan number of visits until the end of 2015 reached USD 3.5 million.

Assuming he has the increase in the number of local tourists in December 2015 could reach 400-500 thousand, because there are holidays Prophet Muhammad's Birthday, Christmas, and New Year.

According to Aris, the number of tourists is increasing compared to 2014. The increase for tourists around 5-10 per cent, while domestic tourists around 10-15 percent.

The number of tourists which is calculated by the Department of Tourism DIY is just staying in the hotel and non star recorded in IHRA (Association of Indonesian Hotels and Restaurants) numbering about 200 pieces.

"Though there are many hotels in the province that has not been recorded in the IHRA and tourists who stay in the hotel but in the home of friends or relatives. So if I counted all of the number of tourists who come to DIY more than the amount we had anticipated, '' he said.

Furthermore, he said that foreign tourists coming to DIY this year is still the largest of the Netherlands which is about 30 thousand, then Japan around 27 thousand and Malaysia. He admitted foreign tourists coming to DIY mostly from countries once colonized Indonesia.

"This is because there is an emotional attachment. They want to see the colony of his father or grandfather, '' he said.

The majority of domestic tourists who come to Yogyakarta from Jakarta, followed by West Java, East Java, Central Java and Banten.

Share:

Sunday, December 27, 2015

Warga Pesisir Kulonprogo Tolak Sertifikasi Tanah Paku Alaman


Minggu,  27 Desember 2015  −  06:17 WIBWarga Pesisir Kulonprogo Tolak Sertifikasi Tanah Paku Alaman(dok.sindonews)
YOGYAKARTA - Tiga petani warga Desa Karangwuni, Kecamatan Wates, Kulonprogo mengadu ke Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Yogyakarta. 

Mereka adalah Suparno, Kamiyo, Suparmin, merasa terancam dengan langkah Kadipaten Paku Alaman yang mencoba mensertifikasi lahan pertanian garapan warga.

Lahan-lahan garapan tiga warga itu seluas total 540.434 meter persegi dengan rincian lahan garapan Suparno seluas 1535 m2 dan 4980 m2, lahan garapan Kamiyo seluas 2.330 m2, dan lahan garapan Suparmin seluas 3.578 m2. 

Warga merasa terancam karena Paku Alaman mengklaim lahan itu masuk dalam Paku Alaman Ground (PAG).

"Orang-orang suruhan Paku Alam meminta kami meninggalkan tanah garapan. Bahkan kini mereka membuat tembok di sekeliling lahan hingga kami tidak bisa masuk. Padahal kami telah garap lahan secara turun-temurun sejak nenek moyang," kata Suparno, di kantor LBH Yogyakarta, kemarin.

Diungkapkannya, sejak tahun 2014 Kadipaten Paku Alaman memang sudah memberikan tiga kali somasi kepada warga agar meninggalkan lahan itu. Namun warga bergeming karena tidak berniat untuk menjual ataupun menukarnya.

Tiba-tiba saja akhir 2015 ini Paku Alaman mendaftarakan lahan-lahan itu ke Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Kulonprogo untuk memperoleh sertifikat hak.

Tokoh Paguyuban Petani Lahan Pantai (PPLP) Kulonprogo Sumanto menyayangkan Pemkab Kulonprogo dan BPN yang justru memuluskan niatan Paku Alaman untuk melakukan sertifikasi tanah padahal dengan jelas ada penolakan keras dari warga.

Dia menduga rencana sertifikasi tanah itu hanya untuk kegiatan tambang pasir besi.

"Sudah jelas untuk eksplorasi pasir besi yang hanya menguntungkan segelintir orang. Susah payah warga mengubah tanah ini menjadi lahan pertanian produktif, kini mau dirusak dengan tambang," ujarnya.   

Kuasa hukum warga Karangwuni dari LBH Yogyakarta, Rizky Fatahillah mengatakan apa yang dilakukan Kadipaten Paku Alaman jelas sebagai upaya mengejar prasayarat usaha tambang yang mendesak ruang hidup para petani dan berpotensi merusak lingkungan hidup.

Sejak tahun 2006, LBH Yogyakarta dan pemerhati lingkungan sudah menolak rencana tambang pasir besi di wilayah itu. Kini Kadipaten Paku Alaman menggunakan cara baru dengan mengatasnamakan Undang-Undang (UU) Keistimewaan untuk mengusir para petani.

Meski UU Keistimewaan No 13/2012 memiliki kekhususan soal pengaturan tanah, tetapi tidak secara otomatis seluruh lahan atau tanah di DIY bisa diklaim menjadi tanah Kasultanan atau tanah Kadipaten Paku Alaman.

LBH menilai bahwa tindakan Pemkab Kulonprogo dan BPN memfasilitasi pandaftaran PAG yang diajukan Kadipaten Paku Alaman tidak dapat dibenarkan.

"Sampai saat ini Perdais yang mengatur pertanahan belum disahkan," katanya.

Apalagi fakta sejak tahun 1984, di DIY telah diberlakukan secara penuh UU Pokok Agraria (UU PA) dengan Kepres Nomor 33 Tahun 1984 tentang Pemberlakuan Penuh UU PA di DIY yang kemudian ditindaklanjuti dengan keputusan Mendagri Nomor 66 Tahun 1984 yang jelas-jelas telah mengakhiri rezim tanah-tanah Swapraja.

"Jika tindakan-tindakan sepihak dengan mendaftarkan tanah-tanah warga sebagai PAG tetap dilakukan, maka potensi pelanggaran hak-hak ekonomi sosial budaya sangat besar terjadi," pungkasnya.


(nag)
Share:

Thursday, December 24, 2015

Terapkan Tanam Jajar Legowo, Produksi Padi Meningkat

Harianjogja.com, KULONPROGO- Produktivitas panen padi di Desa Pleret Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami peningkatan signifikan dari 9,7 ton per hektare menjadi 11,08 ton per hektare gabah kering panen pada 2015.

Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan (Dispertan) Kulon Progo Bambang Tri Budi di Kulon Progo, Rabu, mengatakan peningkatan produktivitas dikarenakan petani menerapkan "tanam jajar legowo" (Tajarwo).

"Produktivitas ubinan rata-rata 6,9 kilogram, kalau dikonfersi sebanyak 11,08 ton per hektare gabah kering panen [GKP]," kata Bambang saat Panen Raya GPTT Kelompok Tani Wonorejo, baru-baru ini.

Ia mengatakan pada Desember 2015, luas lahan yang panen seluas 5.000 hektare, seluas 1.045 hektare di Kecamatan Panjatan. Luas lahan di Desa Pleret Kecamatan Panjatan sendiri yang memasuki masa panen seluas 39 hektare.

Produktivitas padi di Desa Pleret sangat luar biasa karena petani mematuhi pola tanam dan menerapkan Gerakan Pengelolaan Tanaman Terpadu (GPTT).

"Kedepan, petani menerapkan Tajarwo 4:1 dengan sisipan supaya hasilnya lebih optimal," tuturnya, seperti dikutip dari Antara.

Bambang mengatakan pada awal masa taman, tanaman padi di Kulonprogo terserang organisme penggangu tanaman (OPT). Namun dengan peraturan bupati tentang pola tanam, OPT cepat diberantas.

"Pada masa tanam satu golongan satu, sebagian terserang OPT, tapi dapat dikendalikan," ucapnya.

Kepala Desa Pleret Widiyatna mengatakan berdasarkan ubinan tertinggi di Desa Pleret sebanyak 7,93 kg kalau dikonfersi menjadi 12,68 hektare GKP.

"Produksi rata-rata di Desa Pleret 6,9 per ubin atau 11,08 ton per hektare. Tingginya produksi padi di Desa Pleret tidak terlepas dari kerja sama berbagai intansi," ujarnya.

Kepala KP4K Maman Sugiri mengatakan rata-rata produktivitas padi tingkat kabupaten 6,4 ton per hektare GKP. Target peningkatan produksi 0,711 ton per hektare.

"Kenaikan produksi padi di Desa Pleret sangat signifikan karena menerapkan teknologi GPTT," imbuh Maman.

Ia mengatakan petani di Desa Pleret sudah menerapkan 100 persen tajarwo, namun belum menerapoan tajarwo sisipan. "GPTT dengan tajarwo sisipan akan meningkatkan kesehatan tanaman, dan hasil panen akan meningkat," kata dia.
Share:

8 Rumah Sakit Bekerjasama Tangan Korban Kecelakaan

Harianjogja.com, KULONPROGO- Kepolisian Resor Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta, bekerja sama dengan PT Jasa Raharja menandatangani nota kesepahamam dengan delapan rumah sakit di wilayah itu dalam penanganan korban kecelakaan.

Kapolres Kulon Progo AKBP Yuliyanto di Kulonprogo, Rabu (23/12/2015), mengatakan delapan rumah sakit tersebut yakni RSUD Wates, RS Nyi Ageng Serang, Risky Amalia Lendah, Risky Amalia Temon, PKU Muh Nanggulan, RS Santo Yusuf Boro, dan RS Pura Raharja.

"MoU ini dalam rangka memberikan jaminan kepada korban kecelakaan lalu lintas. Sehinga masyarakat tidak perlu resah bila mengalami kecelakaan berkendaraan bermotor. Ada jaminan dari Jasa Raharja, jamkesda dan jamkesmas, sehingga rumah sakit akan memberikan pelayanan kepada korban kecelakaan secara optimal," kata Yuliyanto.

Ia mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penandatangan MoU ini. Ia berharap kerja sama ini bermanfaat bagi masyarakat di Kabupaten Kulonprogo.

"Kerja sama ini dalam rangka memberikan jaminan rasa aman kepada pengguna kendaraan bermotor, khususnya masyarakat yang mengalami kecelakaan lalu lintas," katanya, seperti dikutip dari Antara.

Kepala Cabang Jasa Raharja DIY I Ketut Suardika mengatakan MoU ini bertujuan memberikan pelayanan terpadu dan diharapkan memberikan manfaat. Yakni memberikan kepastian penanganan oleh kepolisian dan rumah sakit, sehingga mengurangi fatalitas korban kecelakaan lalu lintas.

"Kerja sama ini dalam rangka memudahkan pelanan kepada masyarakat Kulonprogo tentang prosedur pengurusan santunan dan pemanfaatan jaminan lain, dan menghindarkan tumpang tindih dalam implementasi jaminan kesehatan nasional," kata Suardika.

Ia mengatakan sebagai wujud komitmen Jasa Raharja, pihaknya memberikan pelayanan prime yaitu proaktif, ramah, iklas, mudah dan empati kepada korban kecelakaan lalu lintas dan angkutan umum.

Selain penandatanganan MoU, pada kegiatan gelar pasukan Operasi Lilin 2015, Jasa Raharja memberikan helm sebanyak 250 helm kepada pelajar dan pengendara sepeda motor.

"Keselamatan dimulai dari diri sendiri. Memakai helm merupakan salah satu upaya dalam menghindari kecelakaan yang berakibat fatal," kata Suardika.
Share:

Archive

Breaking News

Wikipedia

Search results