Harianjogja.com, KULONPROGO-Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kulonprogo, Muntachob menilai kerukunan umat beragama di Kulonprogo sepanjang 2015 lalu relatif kondusif. Kendati demikian, masyarakat perlu mewaspadai sejumlah persoalan.
Dalam pengamatannya, masyarakat Kulonprogo cenderung tidak mudah terprovokasi sehingga hampir tidak ada perkara yang berkepanjangan. Namun, tegas dia, masyarakat tetap perlu selalu mewaspadai sejumlah faktor yang bisa mengusik kerukunan umat beragama. Di antaranya adalah perkawinan antar pemeluk agama yang berbeda, pendirian tempat ibadah, kasus penistaan agama, perbedaan kepentingan politik, serta konflik sosial budaya lainnya.
“Kegiatan sosial oleh kelompok agama tertentu yang sasarannya kalangan lintas agama juga bisa menjadi pemicu jika tidak transparan,” ucap Muntachob, Kamis (18/2/2016)
Masyarakat juga diminta lebih hati-hati terhadap pendatang yang membawa ajaran agama tertentu, terlebih jika terdapat perbedaan pada pola ibadah maupun ajaran lainnya.
“Pemerintah dan tokoh masyarakat diharapkan berupaya meningkatkan pemahaman beragama masyarakat agar tidak mudah terbujuk aliran menyimpang. Eksklusivisme, fanatisme, dan radikalisme juga bisa memicu konflik umat beragama,” papar Muntachob.
Sementara itu, Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kabupaten Kulonprogo, Tri Wahyudi pun sepakat jika eksklusivisme dapat menjadi faktor yanggancam kerukunan umat beragama.
“Misalnya saat ada kelompok tertentu yang tidak membuka diri dengan kelompok lain atau masyarakat umum serta mengabaikan ajaran dan pola kebiasaan masyarakat di suatu wilayah,” papar Tri.
Editor: Mediani Dyah Natalia | dalam: Kulon Progo |