Tourist knows Yogyakarta Indonesia

Top reviews

Tuesday, October 20, 2015

Tolak Bandara, Warga Kulon Progo Mogok Makan

Metrotvnews.com, Yogyakarta: Puluhan warga Kabupaten Kulon Progo yang tergabung dalam Wahana Tri Tunggal (WTT) bersama sejumlah elemen mahasiswa menggelar aksi penolakan rencana pembangunan bandara. Mereka melakukan aksi mogok makan di halaman DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin (19/10/2015).

Ketua WTT Martono mengatakan aksi mogok makan yang dilakukan 10 orang perwakilan warga terdampak akan dilakukan selama 15 hari. Dari aksi itu, ia berharap Pemerintah DIY tak melanjutkan rencana pembangunan bandara dengan membatalkan izin penatapan lokasi (IPL).

"Ini penolakan kami. Akan kami lakukan sampai 2 November nanti. Sampai pingsan. Kalau tensi sudah 60 kan pingsan," ujar Martono.

Martono mengatakan, aksi tersebut juga sebagai respons terhadap pemerintah Kulon Progo, dalam hal ini Bupati Hasto Wardoyo, yang hingga kini menyetujui rencana pembangunan itu. Padahal, pihak pemerintah setempat belum pernah mendatangi langsung warga terdampak. 

"Hanya satu kata, pindahkan bandara baru ke tempat lain," ujarnya.

Ia mengklaim jika mayoritas warga di lokasi rencana pembangunan menolak proyek itu. "Gubernur tidak membuka hatinya bahwa warga menolak dengan tulus," katanya.

Juru bicara WTT Agus Subiyanto mengungkapkan bentuk penolakan tak hanya dilakukan sebatas aksi di depan kantor pemerintahan. Bahkan, ia bersama warga lain akan melakukan penutupan jalan sepanjang tiga kilometer di dekat lokasi megaproyek itu.

"Penutupan jalan dilakukan mulai dari depan Balai Desa Gagah sampai depan Gereja Palihan. Kita pilih lokasi itu karena cukup ramai namun tak merepotkan pengguna jalan," ujarnya.

Ketua DPRD DIY Yoeke Indra Agung Laksana menerima aspirasi masyarakat penolak rencana pembangunan bandara. Sebagai tindak lanjut, pihaknya akan lebih dulu melakukan rapat dengan fraksi mengenai permintaan warga untuk membatalkan IPL. 

"IPL ini sudah masuk jalur hukum. Kita tidak masuk ke sana. Tapi kita akan adakan pertemuan dengan fraksi nanti," ungkapnya.

IPL pembangunan bandara Kulon Progo sebelumnya telah digugat di Pengadilan Tata Usaha Negara Yogyakarta yang dimenangkan warga. Kalah di PTUN, Pemerintah DIY mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung dan dikabulkan. Hingga kini, warga Kulon Progo bersama pendamping hukum berkukuh proyek itu telah melanggar RTRW Nasional maupun provinsi.
SAN                        
Share:

Thursday, October 15, 2015

Akses Menuju Bandara Kulonprogo Terhalang, AP I Bakal Bangun Underpass

JAKARTA- PT Angkasa Pura (AP) I memastikan pembangunan Bandara

Kulonprogo, Yogjakarta tetap berlanjut. Seperti diketahui Bandara

Kulonprogo merupakan pengganti Bandara Adi Sutjipto, yang akan

dikemblikan kepemilikannya kepada TNI-AU.



Meski begitu perseroan tak menampik masih menemui beberapa kendala,

salah satunya yakni jalan provinsi yang akan menghalangi proses

pembangunan bandara di Kulonprogo.



"Kemarin juga baru terlihat betapa kompleksnya jalan ini belum masuk

dalam APBN 2016. Jadi hanya menggunakan jalan yang dibangun bina

marga, yang memotong jalur terminal," ujar Corporate Secretary Farid

Indra Nugraha di Jakarta, Kamis (15/10).



Solusinya, AP I harus menyediakan lahan untuk membangun underpass agar

akses dari dan menuju ke bandara tidak terganggu.



"Kemarin diambil kebijakan untuk AP I, menyedikan lahan supaya jalan

itu tidak terpotong. Mungkin solusinya dengan menggunakan teknik

underpass jalan yang akan dibangun di sana," tandas Farid.(chi/jpnn)





Lihat arsip:

http://kwkp.blogspot.com
Share:

WTT Tetap Tolak Pembangunan

Harianjogja.com, KULONPROGO-Menanggapi rencana pemerintah

menyelesaikan pembangunan bandara pada 2020, tokoh Wahana Tri Tunggal

(WTT) Agus Subiyanto mempersilahkan kebijakan tersebut. Namun,

pihaknya akan tetap menolak rencana pembangunan bandara tersebut.



Agus menegaskan, pada dasarnya warga yang tergabung dalam paguyuban

tersebut dan terdampak pembangunan masih memiliki hak atas tanah di

lokasi pembangunan bandara. Hal itu bisa dibuktikan dengan adanya

sertifikat tanah.



"Kami akan tetap menolak dan mempertahankan tanah kami, sampai titik

darah penghabisan. Kami juga masih akan berupaya mengajukan peninjauan

kembali terhadap kasasi IPL," jelas Agus, Rabu (14/10/2015).



Agus menambahkan, selain pengajuan PK, WTT juga akan berkonsultasi

dengan Mahkamah Agung, Komisi Yudisial dan Komisi Pemberantasan

Korupsi (KPK). Dia menegaskan, kasasi tersebut belum final karena

sampai saat ini, baik pemda DIY maupun pemkab hingga pelaksana

pembangunan masih belum menerima salinan

putusan kasasi IPL.



"Warga yang masih keberatan bisa ajukan PK, nanti dengan dilengkapi

kajian-kajian dan fakta baru, sehingga dapat mengubah hasil aksasi,"

tandas Agus
Share:

Mantan Bupati Meninggal di Hari Jadi Kulonprogo

KULONPROGO– Peringatan hari jadi Kabupaten Kulonprogo ke-64 diwarnai

kabar duka. Mantan Bupati Kulonprogo Suratidjo meninggal dunia di RS

Panti Rapih Yogyakarta.



Bupati ke-7 Kulonprogo ini meninggal di usia 77 tahun. Sebelumnya, dia

sempat dirawat di ruang ICU RS Panti Rapih selama beberapa hari karena

menjadi korban kecelakaan lalu lintas.



Kasubag Humas pada Bagian Humas dan TI Setda Kulonprogo, Arning Rahayu

mengatakan, kabar duka diperoleh sekira pukul 08.30 WIB. "Meninggalnya

di rumah sakit, dan sempat dirawat beberapa hari," kata Arning, Kamis

(15/10/2015).



Suratidjo menjadi sebagai Bupati Kulonprogo selama dua periode, dari

tahun 1991 hingga 2001, sebelum digantikan oleh Toyo S. Dipo. Mantan

ajudan Suratidjo, Sri Widodo mengatakan, almarhum dikenal sebagai

sosok yang sederhana dan taat pada peraturan. Dalam kegiatan

kedinasan, Suratidjo lebih memilih menggunakan kereta api ketimbang

pesawat terbang.



"Beliau cukup tegas, sederhana dan mau mendengarkan masukan dan saran

dari siapapun," jelasnya.



Selama 10 tahun menjabat, Suratidjo juga sangat konsisten

memperjuangan pembangunan infrastruktur di wilayah Kulonprogo. Jalan

aspal masuk desa yang dirintis pendahulunya, KRT Wijoyohadiningrat,

dilanjutkannya dengan peningkatan pengaspalan. Usai melepas jabatan

sebagai bupati, Suratidjo banyak menghabiskan waktunya untuk kegiatan

keagamaan.(fds)
Share:

Wednesday, October 14, 2015

Jamasan Pusaka Kitab Daun Lontar Kalimasodo Tarik Antusiasme Warga

TRIBUNJOGJA.COM, KULONPROGO -Prosesi jamasanpusaka kitab daun lontar

kalimasodo yang diturunkan sang pemilik Mangun Sendjoyo kembali

dilakukan di rumah Mugiharjo, warga Dusun Klebakan, Desa Salamrejo,

Sentolo, Rabu (14/10/2015).



Bertepatan moment menyambut 1 Suro, pembersihan pusaka berupa kitab

itu juga melibatkan dan disaksikan warga sekitar.



Mugiharjo kini merupakan generasi kelima dari Mangun Sendjoyo. Sebagai

pemegang kitab daun lontar yang diturunkan leluhurnya itu, Mugiharjo

pun berkewajiban melakukan jamasansetiap tahunnya.



Prosesi itu dimulai pagi. Warga selain beberapa terlibat dalam

jamasan, banyak pula yang datang untuk menyaksikan.



Mugiharjo memulainya dengan mengeluarkan kitab berusia ratusan tahun

itu dari peti penyimpanan.



Kitab yang memang harus dijaga secara hati-hati oleh ahli warisnya ini

dikeluarkan masih dalam bentuk gulungan. Ahli waris dan warga pun

melakukan prosesi dengan mengoleskannya minyak kasturi.



Intinya, pembersihan dilakukan agar tulisan di dalamnya terjaga utuh.



"Dulu hanya keluarga yang boleh menjamas. Sekarang warga terlibat. Ini

agar semua ikut melestarikannya," kata Mugoharjo.



Kitab sepanjang 40 sentimeter dan lebar lima sentimeter berbahan daun

lontar kalimasodo itu diyakini ada sejak zaman Sultan Agung di

Kerajaan Mataram. Isinya merupakan tulisan bahasa Jawa Kawi.



Meski demikian, sampai saat ini belum ada yang dapat membaca pesan

tulisan secara detail.



Inti yang dapat diungkap, sejauh ini kitab daun lontar itu berisi

kalimat syahadat petunjuk jalan kehidupan manusia.



Menurutnya, dahulu kitab itu diberikan Sultan Agung kepada eyangnya

bernama Kyai Jlegong Kethok. Hal ini sebagai penghargaan atas jasa

kyai mengusir bangsa penjajah.



Begitu sang kyai meninggal, konon kabarnya dihukum mati akibat suatu

peristiwa, kitab itu diturunkan kepada adiknya, Panji Darmo Gathi,

yang tak lain adalah leluhur Mangun Sendjoyo. Di tangan Mugiharjo,

kitab itu berarti telah sampai ke generasi kelima.



Seorang warga, Gunanto, menganggap prosesi tersebut merupakan bagian budaya.



"Saya dua kali ikut prosesi ini. Nampaknya kali ini lebih halus

jamasannya," ujarnya.(*)
Share:

Tuesday, October 13, 2015

Persiapan Pembebasan Lahan Bandara Terus Dilakukan

KULONPROGO ( KRjogja.com)- Persiapan pembebasan lahan untuk lokasi

bandara baru DIY di wilayah pesisir selatan Kecamatan Temon,

Kulonprogo terus dilakukan oleh pemkab setempat. Demi kelancaran

proses tersebut, dalam waktu dekat akan dibentuk satuan tugas (satgas)

yang akan bekerja sesuai tahapan-tahapan yang diatur

perundang-undangan. Di tingkat desa, para kepala desa (kades) dan

perangkat desa (perades) yang wilayahnya masuk lokasi bandara terus

berkoordinasi dengan Badan Pertanahan Nasional (BPN).



"Saat ini tahapannya memang masih persiapan untuk pengadaan lahan,"

jelas Sekretaris Daerah (Sekda) setempat Ir RM Astungkoro, Senin

(12/10/2015).



Mengingat proses pengadaan lahan semua kewenangan ada di BPN DIY maka

untuk menyelesaikan tugas-tugasnya akan dibentuk beberapa satgas.

Sehingga begitu salinan petikan kasasi Mahkamah Agung (MA) turun,

satgas-satgas tersebut bisa langsung bergerak. "Sekarang prosesnya

sedang melengkapi dokumen yang diperlukan," ujarnya.

Secara terpisah Camat Temon Jaka Prasetya membenarkan pihaknya dan

para kades serta perades telah mengadakan pertemuan dengan BPN. Dalam

pertemuan dimaksud para pihak masih sebatas koordinasi dan belum ada

hal detail dan teknis yang dibahas. "Masih sebatas persiapan dan belum

membahas hal teknis," tuturnya.



Dalam waktu dekat rencananya tim akan melakukan sosialisasi kepada

warga untuk proses lebih lanjut. Sosialisasi akan dilaksanakan secara

cepat untuk memberikan pemahaman konsep pembebasan lahan. Pasca ada

putusan Mahkamah Agung (MA), pihaknya aktif memantau perkembangan

khususnya terhadap warga yang terdampak. Di lapangan, masyarakat tetap

kondusif meski di wilayah yang banyak warga menolak rencana

pembangunan bandara.



Hal senada disampaikan Pejabat sementara (Pjs) Kades Jangkaran Masruh

Effendi. Permasalahan yang dibahas bersama BPN masih seputar

persiapan-persiapan identifikasi atas lahan. Tim justru lebih banyak

meminta masukan dari desa, agar proses kedepan lebih baik.



"Sampai saat ini belum ada keputusan apapun termasuk pembentukan tim

khusus. Pembentukan akan dilakukan ketika nanti sudah ada salinan

petikan keputusan kasasi dari MA. Pertemuan hanya persiapan awal dan

BPN lebih banyak minta masukan tentang langkah terbaik yang harus

ditempuh," terangnya.



Kalangan pemdes yang wilayahnya masuk lokasi bandara berharap sebelum

ada pengukuran dan penilaian harga atas lahan hendaknya dilakukan

sosialisasi. Hal tersebut penting dalam upaya meminimalisir

permasalahan yang akan muncul. "Termasuk menjaga kondusifitas agar

tidak ada gejolak," katanya.(Rul)
Share:

Para Desainer Batik di Kulonprogo Bakal Unjuk Gigi

TRIBUNJOGJA.COM, KULONPROGO -Para desainer batik di Kulonprogo bakal

tampil memeriahkan Fashion Day Carnival yang dikemas bersamaan dengan

Kirab Budaya Menoreh di Kulonprogo pada 14 Oktober 2015 mendatang.



Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olarga Kulonprogo,

Krissutanta, mengatakan acara tersebut terilhami oleh kegiatan serupa

di Jember.



Dalam event tersebut, Kulonprogo bakal menampilkan kelompok desainer,

terutama batik.



Mereka akan melakukan kirab mulai dari kompleks UNY Wates menujut

halaman Pemkab Kulonprogo.



"Kegiatan ini sekaligus memeriahkan hari jadi Kabupaten Kulonprogo ke

64," kata Krissutanta, Minggu (11/10/2015).

Kabid Kebudayaan, Joko Mursito, menambahkan selain kirab para desainer

batik, acara itu juga akan dimeriahkan penampilan kesenian unggulan

Kulonprogo.Panitia bahkan tidak hanya memberi kesempatan pada pelaku

seni lokal, tetapi juga menampilkan kesenian dari luar Kulonprogo

termasuk Jawa Tengah.



"Sudah ada 20 grup yang terdaftar. Mereka juga berasal dari

Temanggung, Kebumen, Solo, dan sekitarnya," ujarnya.



Selain kirab budaya dan para desainer, acara tersebut juga akan

menampilkan arak-arakan gerobak sapi yang sebagaimana biasanya tampil

lengkap dengan dekorasinya.

Joko menambahkan bahwa acara tersebut melibatkan pelaku seni dan

budaya dari berbagai daerah karena Kulonprogo dahulu pernah menjadi

pertemuan wilayah kerajaan Mataram.( tribunjogja.com)
Share:

Masa Paceklik, Nelayan Kulon Progo Beralih Jadi Petani

REPUBLIKA.CO.ID, KULONPROGO -- Sekitar 100 nelayan di Kabupaten Kulon

Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, beralih mata pencarian sementara

menjadi petani karena kondisi laut yang sedang pasang dan paceklik

ikan.



"Jumlah nelayan yang memiliki kartu anggota sebanyak 500 orang,

sebanyak 20 persennya beralih profesi sementara menjadi petani," kata

Kepala Dinas Kelautan, Perikanan dan Peternakan (DKPP) Kulon Progo

Sudarna di Kulon Progo, Selasa (13/10).



Menurut dia, alih profesi sementara yang dilakukan nelayan Kulon Progo

merupakan hal yang wajar. Ia mengatakan di Kulon Progo tidak ada

nelayan murni karena nenek moyang mereka adalah petani sehingga sangat

wajar ketika gelombang tinggi dan paceklik ikan beralih menjadi

petani.



"Hampir tidak ada nelayan Kabupaten Kulon Progo yang mengandalkan

hidupnya dengan melaut," katanya.

Ia mengatakan nelayan yang beralih sementara menjadi petani merupakan

optimalisasi potensi. Ketika tidak melaut, mereka dapat bercocok

tanaman seperti menanam cabai, semangka, atau sayur-sayuran.



"Apa yang mereka lakukan ini demi kelangsungan hidup mereka," katanya.

Sudarma mengatakan nelayan Kulon Progo akan menggantungkan hidupnya

dari melaut, ketika sarana dan prasarana sudah ada, yakni ketika

Pelabuhan Tanjung Adikarto sudah dibuka.



"Saat ini, Pelabuhan Tanjung Adikarto belum dapat difungsikan. Apa

yang menjadi impian dan harapan petani supaya pelabuhan beroperasi

belum terwujud," katanya.



Anggota nelayan Pantai Bugel Warto mengatakan nelayan yang tidak

melaut beralih bercocok tanam. Mereka menanam cabai, melon, semangka

dan sayur-sayuran supaya dapat bertahan hidup.



Ia mengatakan sudah beberapa tahun terakhir, jumlah nelayan Pantai

Bugel yang melaut sangat sedikit. Hal ini dikarenakan adanya abrasi di

pantai tersebut dan gelombang sangat tinggi.



"Untuk sementara waktu, kami beralih menjadi petani. Kami memiliki

ladang, sehingga kami dapat bercocok tanam saat tidak melaut,"

katanya.



Red:Nur Aini

Sumber:antara
Share:

Saturday, October 10, 2015

BPBD Kulonprogo Sebut Kekeringan Capai 200 Titik



Ilustrasi Liputan Khusus El Nino
Ilustrasi Liputan Khusus El Nino

Liputan6.com, Yogyakarta - Musim kemarau masih akan terjadi hingga akhir tahun ini. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daerah Yogyakarta menyebut kemarau ini dampak dari El Nino, sehingga beberapa daerah mengalami kekeringan.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kulonprogo Untung Waluyo mengatakan kekeringan di wilayahnya semakin meluas. Merujuk data BPBD Kulonprogo, ada 200 titik kekeringan.

Menurut Untung, jumlah ini lebih banyak dibandingkan tahun 2014 yang mencapai 118 titik kekeringan. 200 Titik ini ada di 6 kecamatan, yakni Kokap, Girimulyo, Kalibawang, Samigaluh dan sebagian Pengasih dan Sentolo, lalu di Panjatan dan Lendah.

"Ya dampak dari musim kemarau yakni kekeringan memang makin meluas di Kulonprogo," Ujar Untung Waluyo, saat dihubungi wartawan Sabtu (10/10/2015).

Menurut Untung kekeringan di Kulonprogo sudah melanda wilayah di tingkat RT padahal sebelumnya hanya di tingkat RW. Sementara di dalam satu RW ada beberapa RT. Oleh karena pihaknya terus memasok air ke masyarakat. Namun dropping air terkendala armada yang hanya 1 unit saja.

"Dulu kita punya 2 armada tangki air, 1 pinjam. Tapi sekarang sudah diambil jadi tinggal 1 saja, padahal kita harus dropping sampai tingkat RT, ya tidak bisa cepat," ucap Untung.

Ia meminta kepada masyarakat agar sabar menunggu dropping air karena minimnya armada. Ia pun akan segera berkoordinasi dengan dinas terkait untuk meminjam satu armada tangki air.

"Saya harap masyarakat bersabar menunggu antrean, kita akan usahakan tambahan armada," pungkas Untung Waluyo.

El Nino di Yogya

Kekeringan yang melanda berbagai daerah Indonesia diperkirakan akan sampai akhir tahun ini. Hal ini karena adanya dampak El Nino yang terjadi pada tahun ini.

Staf Data dan Informasi BMKG DIY Etik Setyaningrum mengatakan, fenomena El Nino masih akan terjadi sampai Desember 2015. Alhasil, fenomena El Nino ini menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berkurang termasuk di Yogyakarta.

"El Nino akan sampai bulan Desember. Pada awal Januari El Nino sudah mulai luruh atau mulai menurun intensitasnya," ujar Etik di Yogyakarta, Sabtu 10 Oktober 2015.

Etik menjelaskan, dampak dari El Nino ini membuat pengurangan curah hujan sampai bulan September 2015. Hal inilah yang membuat kekeringan terjadi di Indonesia.

Pemantauan BMKG hingga September lalu, anomali suhu permukaan laut di wilayah Pasifik Tengah, El nino semakin kuat. Sejak pertengahan Agustus 2015, indeks El Nino bertahan di sekitar batas ambang El Nino kuat yaitu +2.

Dengan demikian, Etik memperkirakan El Nino menguat hingga akhir tahun 2015. Prediksi BMKG, sebagian besar wilayah Indonesia mulai memasuki musim hujan pada Oktober dan November. Namun bagi daerah terkena dampak El Nino, maka hujan diprediksi terjadi mundur pada November dan Desember mendatang.

"Ini prediksi awal musim hujan 2015/2016 wilayah DIY umumnya terjadi pada bulan November dasarian (10 hari) 2 dan November dasarian 3. Kecuali Gunungkidul bagian selatan terjadi pada bulan Desember dasarian 1," ujar Etik.

Etik mengatakan adanya dampak El Nino di DIY ini ia menyarankan kepada warga Yogya untuk menghemat air. Sebab pada awal musim hujan baru akan dimulai pada pertengahan November.

"Sarannya ya, hemat air saja," pungkas Etik. (Ans/Vra)

Share:

Gua Kebon, Alternatif Wisata untuk Pendidikan


Sejumlah pelajar dari seluruh Kecamatan Panjatan menyerbu kawasan Taman Tirta Wiyata Gua Kebon di Dusun VII Krembangan, Desa Krembangan, yang mulai resmi dilaunching, Kamis (8/10/2015). (Harian Jogja/Holy Kartika N.S)Sejumlah pelajar dari seluruh Kecamatan Panjatan menyerbu kawasan Taman Tirta Wiyata Gua Kebon di Dusun VII Krembangan, Desa Krembangan, yang mulai resmi dilaunching, Kamis (8/10/2015). (Harian Jogja/Holy Kartika N.S)
"Taman ini memiliki salah satu objek alam yang menarik, yakni Gua Kebon. Gua tersebut terbentuk secara alami dari endapan kapur yang berlangsung cukup lama," ujar  Sudarmanto disela peluncuran Taman Tirta Wiyata yang diresmikan Wakil Bupati Kulonprogo Sutedjo, Kamis (8/10/2015).

Sudarmanto mengatakan, taman tersebut memiliki luasan tiga hektare dan akan dikembangkan beberapa spot wisata edukasi. Potensi alam selain gua, yakni area budidaya ikan, sungai dan taman alam dengan suasana pedesaan. Taman ini dapat menjadi ruang belajar bagi pelajar untuk mengeksplorasi keanekaragaman hayati.

Lebih lanjut Sudarmanto memaparkan, guna mengembangkan wisata tersebut pihaknya berharap dukungan dari sejumlah satuan kerja perangkat daerah. Pasalnya, untuk mengembangkan destinasi wisata berbasis pendidikan ini perlu peran serta dari sektor pendidikan, pertanian, peternakan hingga pariwisata.

"Kami sudah berkoordinasi juga dengan Dinas Pertanian untuk mendukung pengembangan destinasi pendidikan ini. Salah satu yang kami upayakan adalah pembangunan embung tak jauh dari objek wisata ini," jelas Sudarmanto.

Dinas Pendidikan Kulonprogo turut mengapresiasi ide masyarakat Panjatan untuk mengembangan potensi wisata berbasis edukasi. Kepala Dinas Pendidikan Kulonprogo Sumarsana mengungkapkan, sampai saat ini belum ada objek wisata yang mengkhususkan diri sebagai destinasi wisata edukasi. Meskipun banyak objek wisata yang menawarkan wisata edukasi di dalamnya.

"Maka dari itu, kami sangat mengapresiasi pembentukan objek wisata edukasi ini. Namun, kami akan melihat dulu peran serta masyarakat, sejauh mana dapat mendorong dan mendukung objek wisata tersebut," tandas Sumarsana.

Sumarsana menambahkan, pihaknya akan mengikuti ide atau gagasan masyarakat dalam mengembangkan wisata ini. Untuk mendukung edukasi yang akan diusung objek wisata tersebut, Sumarsana akan mencoba mengundang para pelaku pendidikan, guru dan akademisi. Tujuannya, untuk memberikan masukan kepada Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) yang mengelola taman tersebut.

"Tentunya akan membutuhkan masukan dari guru maupun pelaku pendidikan tentang apa saja fasilitas wisata yang dapat menunjang wisata edukasi di tempat tersebut. Khususnya, jika objek wisata itu ditujukan sebagai tempat pendidikan bagi anak usia dini dan pendidikan dasar," jelas Sumarsana.

Editor:  | dalam: Kulon Progo |
 
Share:

Archive

Breaking News

Wikipedia

Search results