Tourist knows Yogyakarta Indonesia

Top reviews

Wednesday, July 29, 2015

PAD Obyek Wisata di Kulonprogo Lampaui Target

TRIBUNJOGJA.COM, KULONPROGO -Perolehan PAD dari kunjungan objek

wisataselama masa Lebaran di Kulonprogo melampaui target. Dari target

senilai Rp 300 juta, PAD yang masuk Disbudparpora Kulonprogo selama

Lebaran hingga 26 Juli 2015 mencapai Rp 424,103 juta.



Kasi Objek dan Sarana Prasarana Pari wisataDisbudparpora Kulonprogo,

Kuat Tri Utomo, mengatakan pencapaian itu berarti telah lebih dari

target. Tahun lalu, menurutnya, pada periode yang sama selama libur

Lebaran tercapai PAD Rp 280 juta dari target senilai Rp 250 juta.



"Tahun ini target naik menjadi Rp 300 juta. Sekarang pencapaian bahkan

melampaui target," katanya, Selasa (28/7).

Pencapaian terbesar tersebut berasal dari retribusi Pantai Glagah.

Lebih dari Rp 300 juta pendapatan terkumpul karena pengunjung pantai

tersebut cukup padat. Sumber pendapatan objek wisatalainnya dari

Pantai Trisik, Congot, Waduk Sermo, Goa Kiskendo, dan Suroloyo.

Kuat mengatakan selama libur Lebaran tersebut retribusi yang

diterapkan masih berdasarkan aturan lama. Pasalnya, aturan sesuai

perda baru yang menyebutkan tarif masuk dihitung per kepala masih

dalam penggodokan oleh biro hukum Pemda DIY.



Kabid Pengembangan Wisata Disbudparpora Kulonprogo, Totok Subroto,

mengatakan optimisme pencapaian target PAD selama libur Lebaran memang

telah terasa hingga pertengahan pekan lalu. Saat itu, meski

perhitungan PAD belum secara total karena laporan belum semua masuk,

namun perolehannya cukup signifikan.



"Pekan kemarin sebelum masa Lebaran ditutup pendapatan sudah Rp 246

jutaan. Jadi memang optimistis dan akhirnya tercapai." imbuhnya.(*)



Lihat arsip:

http://kwkp.blogspot.com, http://infokwkp.blogspot.com
Share:

Tuesday, July 28, 2015

Tujuh kecamatan di Kulon Progo terancam kekeringan

Kulon Progo (ANTARA News) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah

Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, memprediksi 118

dusun di tujuh kecamatan akan mengalami kekeringan dan kesulitan air

bersih selama kemarau 2015.



Kepala BPBD Kulon Progo Untung Waluyo di Kulon Progo, Senin,

mengatakan enam kecamatan tersebut yakni Kokap, Girimulyo, Samigaluh,

Kalibawang, sebagian Sentolo, sebagian Pengasih dan sebagian

Nanggulan.



"Berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika

(BMGK) Yogyakarta kekeringan diperkirakan sampai November. Pada

Agustus, September dam Oktober merupakan puncak kekeringan di Kulon

Progo," kata Untung.



Untuk mengantisipasi kekeringan, kata Untung, pihaknya telah

mengumpulkan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) seperti PMI,

pemerintah kecamatan, Dinsosnakertrans, dan PDAM. Hasil pertemuan,

mereka siap mendistribusikan air bersih di daerah-daerah yang

membutuhkan air bersih.



"Kami telah menyiapkan lima tangki yang siap mendistribusikan air

bersih," kata dia.



Meski demikian, ia mengatakan, hingga saat ini belum banyak proposal

permintaan air bersih dari masyarakat. Sejauh ini baru 10 titik yang

meminta air bersih sebelum lebaran yakni dari warga Kecamatan Kokap,

Girimulyo, Sentolo satu titik dan Nanggulan satu titik.



"Kami memperkirakan, permintaan air bersih akan naik diperkirakan

terjadi pada Agustus," katanya.

Namun pihaknya belum bisa menetapkan Kulon Progo siaga bencana sebelum

ada surat resmi BMKG Yogyakarta yang menyatakan kemarau panjang.

Ia juga mengatakan bahwa untuk meminimalisir jumlah kekeringan di

Kulon Progo, BPBD DIY telah membangunkan tempat penampungan air dan

pipanisasi di tiga titik yakni Jatimulyo (Girimulyo), Gerbosari

(Samigaluh) dan Sentolo.



Meski demikian, dalam pengoptimalan sumber mata air ini seringkali

juga menghadapi kendala yakni debit air yang masih kecil hingga sumber

mata air di desa tertentu yang dimanfaatkan untuk desa lain.



"Dengan adanya pipanisasi, dropping air ke daerah kekeringan jauh

berkurang, dan daerah kekeringan juga berkurang. Kami berharap, ada

bantuan dari BPBD DIY ataupun BNPB, minimal satu atau dua titik

pipanisasi," katanya.



Dia mengatakan apabila setiap tahun Kabupaten Kulon Progo mendapat

satu atau dua titik pipanisasi, persoalan kekeringan di wilayah ini

akan cepat teratasi.



"Pada 2015, baru satu kecamatan yang telah mengajukan bantuan

pemanfaatan sumber air bersih yakni Kecamatan Kalibawang," katanya.



Editor:Suryanto

COPYRIGHT ©ANTARA2015



Lihat arsip:

http://kwkp.blogspot.com
Share:

Pegunungan Menoreh Menyimpan Potensi Batu Akik

Harianjogja.com, KULONPROGO—Kulonprogo ternyata menyimpan beragam

jenis batu akik yang berkualitas tinggi. Batu akik jenis pancawarna

gembor dan fire opal pun menjadi ikon batu mulia Bumi Menoreh.



Pengawas Pertambangan Bidang ESDM Dinas Perindustrian Pertambangan dan

Energi Sumber Daya Mineral Kulonprogo Aris Yamyuri mengungkapkan

potensi batu mulia di kabupaten ini tersebar di hampir semua

kecamatan.

Potensi yang cukup besar hanya ada di beberapa kecamatan, seperti

Girimulyo, Kokap, Samigaluh, dan sebagian Pengasih.



"Potensi tambang terbesar ada di Girimulyo. Belum lama ini telah

ditinjau potensi akik di Dusun Wadas, Desa Giripurwo, Kecamatan

Samigaluh. Potensi akik terbesar ada di Desa Purwoharjo dan Desa

Pagerharjo," ujarnya, Jumat (24/7/2015).



Aris mengatakan Pegunungan Menoreh menyimpan beragam tambang batu

mulia yang menarik. Sampai saat ini upaya menggali potensi tersebut

belum dapat dilakukan maksimal namun ke depannya diharapkan potensi

tambang tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal.



Pengurus Paguyuban Batu Mulia Giri Sela Aji, Patrika Yuniarta

Wicaksana, mengungkapkan sebelum batu akik naik pamor, Kulonprogo

lebih dulu memperkenalkan batu akik calsedon dan fosil koral sebagai

ikon kabupaten ini.



Perlahan seiring munculnya potensi akik yang ada, kini terdapat dua

jenis batu akik yang ditetapkan sebagai ikon baru batu mulia

Kulonprogo, yakni pancawarna gembor dari Curug Si Gembor, Girimulyo

dan fire opal.



Patrika mengungkapkan kedua jenis batuan tersebut tidak kalah mahal

dengan batuan akik yang tenar saat ini. Batu pancawarna gembor setiap

bongkah dapat bernilai Rp2 juta sampai Rp6 juta per kilogram.



"Kalau sudah dipotong, diasah dan jadi cincin biasanya sampai Rp10

jutaan mungkin," paparnya.



Patrika menegaskan potensi batu mulia Kulonprogo masih sangat besar.

Namun, penambangannya terbilang lamban bila dibandingkan daerah lain

yang lebih dulu dikenal sebagai sentra batu mulia, seperti Pacitan.



"Jika mau digali lagi, potensinya sangat banyak. Saat ini, paguyuban

sedang mengangkat jenis batu mulia baru yang ada di Kulonprogo, yakni

giok air. Warnanya cenderung kuning dan kuning kehijauan," tandasnya.



Lihat arsip:

http://kwkp.blogspot.com
Share:

Monday, July 27, 2015

SEKOLAH BERBASIS BUDAYA : Di Kulonprogo, SDN Mendiro Menjadi Sekolah Pertama

Harianjogja.com, KULONPROGO-Bupati Kulonprogo Hasto Wardoyo meresmikan

SD Negeri Mendiro, Lendah sebagai Sekolah Berbasis Budaya, Sabtu

(25/7/2015). Sekolah tersebut menjadi sekolah pertama yang

mendeklarasikan diri sebagai sekolah yang menjunjung tinggi

kebudayaan.



Hasto mengakui, hal tersebut merupakan terobosan yang luar biasa bagi

dunia pendidikan di Kulonprogo. Dia juga bangga akan keterampilan para

siswa sekolah dasar yang pandai membatik.



"Dengan membatik, dapat meningkatkan olah rasa siswa. Karena saat

membatik, harus dengan rasa, tidak sekedar pikir dan skill," ujar

Hasto saat memberikan sambutan di Balaidesa Gulurejo dalam acara

peluncuran Sekolah Berbasis Budaya.



Guna mengoptimal penerapan pendidikan berbasis budaya, Hasto meminta

pihak pemerintah desa maupun sekolah untuk segera melengkapi fasilitas

yang ada. Hasto mengungkapkan, salah satu upaya yang dapat dilakukan

yakni mencari lokasi untuk digunakan sebagai laboratorium budaya. Dia

berharap, laboratorium tersebut tidak hanya dimanfaatkan sebagai ruang

belajar membatik.



"Harapan kami, laboratorium ini juga dapat menjadi wadah berekspresi,

belajar budaya seperti menari maupun karawitan," jelas Hasto.



Kepala SD Negeri Mendiro Agus Sudarmaji menambahkan, ada banyak

potensi budaya yang terus mencoba digali. Tidak hanya kebudayaan

keterampilan membatik, tetapi juga seni tradisi tari maupun karawitan.



Lebih lanjut dia mengungkapkan, ada 141 siswa di sekolah tersebut yang

siap dididik untuk mengembangkan budaya yang ada. Namun, dia mengaku,

saat ini pengembangan belum dapat dilakukan secara maksimal.



"Karena belum mendapatkan dukungan dari sejumlah pihak. Kami berharap

adanya sekolah ini nantinya dapat mencetak generasi berpendidikan

sekaligus berbudaya," jelas Agus.



Lihat arsip:

http://kwkp.blogspot.com



http://infokwkp.blogspot.com
Share:

Sunday, July 26, 2015

15 Kelompok Meriahkan Festival Atraksi Kreasi Angguk di Waduk Sermo

Harianjogja.com, KULONPROGO-Sebanyak 15 kelompok memeriahkan Festival

Atraksi Kreasi Angguk se-DIY di kawasan obyek wisata Waduk Sermo,

Kulonprogo, Minggu(26/7/2015).



Selain melestarikan kesenian daerah, kegiatan itu juga diharapkan

mampu menarik wisatawan untuk berlibur ke Kulonprogo, khususnya Waduk

Sermo.



Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga

(Disbudparpora) Kabupaten Kulonprogo, Krissutanto mengatakan, festival

yang baru digelar pertama kali itu merupakan inisiatif Pemda DIY.

Selain 13 kelompok lokal, ajang kreasi tari tradisional unggulan

Kulonprogo itu juga diikuti dua kelompok asal Sleman dan satu kelompok

dari Bantul.



Setiap kelompok menunjukkan inovasi dan penampilan terbaiknya dalam

membawakan tari angguk. Tidak hanya melalui gerakan tari, kreatifitas

mereka juga terlihat dari kostum yang dikenakan. Meski demikian,

atraksi masing-masing peserta harus tetap mengacu pada beberapa dasar

dan pakem seni tari angguk.



"Jadi ini memodifikasi tanpa meninggalkan gerakan tari angguk

aslinya," kata Krissutanto.

Krissutanto lalu menambahkan, Festival Atraksi Kreasi Angguk memang

sengaja digelar di Waduk Sermo agar bisa sekaligus dimanfaatkan

sebagai sarana promosi Waduk Sermo maupun obyek wisata lain di

sekitarnya. Pihaknya lalu berupaya agar kegiatan seni budaya lainnya

juga bisa diadakan di kawasan wisata.



"Kami ingin mengintegrasikan event seni budaya dengan upaya

peningkatan angka kunjungan wisata," paparnya.

ementara itu, salah satu peserta bernama Ipung Purwitaningrum mengaku

senang bisa ikut berpartisipasi. Anggota kelompok Bugar Saliro asal

Desa Hargomulyo, Kokap, Kulonprogo itu berpendapat, Festival Atraksi

Kreasi Angguk sukses menjadi ajang unjuk kreatifitas antar seniman

angguk maupun kelompok senam angguk.



"Misalnya buat kelompok kami yang beranggotakan ibu-ibu PKK. Beberapa

diantaranya ada yang penari angguk dari sanggar Sri Panglaras," ungkap

Ipung.

Perempuan berusia 33 tahun tersebut lalu mengatakan kelompoknya pernah

mengikuti beberapa kali lomba senam angguk di tinggat kecamatan. Dia

juga merasa bangga pernah menjadi juara pertama. Namun, ikut festival

tingkat propinsi adalah pengalaman pertama.



"Kami mengkreasikan senam angguk dengan melakukan memperbanyak

gerakan-gerakan tari angguk. Seperti pada goyangan pinggul, gerakan

bahu, dan anggukannya," jelas Ipung kemudian.



Arsip: http://infokwkp.blogspot.com
Share:

Friday, July 24, 2015

Pengembangan Pantai Glagah, Seperti Apa Desainnya?

Harianjogja.com, KULONPROGO – Kawasan Pantai Glagah perlu rancangan

perkembangan pariwisata. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)

Kulonprogo mendesak agar pemerintah daerah segera membuat Detail

Engineering Design (DED) untuk kawasan wisata itu.



Menurut anggota dewan dari Fraksi Gerindra Suprapto, pembuatan rencana

DED tersebut perlu dilakukan mengingat kawasan Pantai Glagah berada di

luar lokasi pembangunan bandara. Dia mengatakan, selama ini Pantai

Glagah merupakan salah satu potensi wisata unggulan yang ada di

Kulonprogo.



"Bahkan, Pantai Glagah adalah satu-satunya objek wisata yang

memberikan kontribusi retribusi paling banyak bagi Kulonprogo. Maka

dari itu, pengembangan pantai ini sangat diperlukan untuk mempercepat

pertumbuhan pariwisata di wilayah ini," ujar Suprapto, Rabu

(22/7/2015).



Sementara itu, Anggota dewan dari Fraksi PDIP Ridwan Heri Mahmudi

menambahkan, program pengembangan pariwisata harus dapat berjalan

bersamaan. Jika program pengembangan wisata dilakukan secara parsial,

maka tidak akan optimal.



Ridwan menandaskan, pengembangan pariwisata juga harus diimbangi

dengan berbagai upaya. Di antaranya, harus dibarengi dengan promosi,

industri pariwisata dan kelembagaan pariwisata.



"Namun, untuk saat ini, objek wisata yang perlu diprioritaskan

pengembangannya adalah Puncak Suroloyo dan Sendangsono. Baru

selanjutnya, pemkab menyusun program strategis untuk pengembangan

sektor wisata lain," tandas Heri.



Heri menegaskan, dalam melaksanakan progam pengembangan pariwisata,

salah satunya harus dimatangkan lebih dahulu. Harapannya, jangan

sampai pariwisata Kulonprogo mengalami ketertinggalan dari daerah

lain.



Daya tarik wisata Pantai Glagah tidak hanya mampu menarik pengunjung

dari berbagai daerah saja. Namun, objek wisata ini juga telah mampu

menarik sejumlah investor untuk mengembangkan potensi wisata tersebut

menjadi lebih baik lagi.

Editor: Nina Atmasari
Share:

Bupati Minta Ponpes Jaga Kerukunan Umat Beragama

http://img.krjogja.com/thumbhead/622e9dd37a748d4ab94c026c219e2a29_thumb.jpgB

upati silaturahmi di ponpes. (Foto : Widiastuti)



0

inShare <javascript:void(0);>



KULONPROGO (KRjogja.com) - Bupati Kulonprogo dr H Hasto Wardoyo SpOG(K),

Wabup Drs H Sutedjo, Forkompinda, Kemenag dan Kepala SKPD melakukan

silaturahmi pada tiga pondok pesantren di wilayah Kulonprogo, Jumat

(24/07/2015). Bupati minta para pengasuh pondok pesantren untuk tetap

menjaga kerukunan umat beragama, agar kejadian seperti di Papua (Tolikara)

tidak muncul lagi di masyarakat.



"Kami juga minta pengasuh mendoakan pemerintah agar dalam menjalankan amanah

pemerintahan dan pembangunan dapat berjalan, karena pembangunan yang

dilakukan pemerintah daerah banyak manfaatnya. Kami juga menyampaikan terima

kasih karena pondok pesantren telah ikut mendidik dan menumbuhkan karakter

masyarakat Kulonprogo menjadi lebih baik lagi," kata Hasto.



Dalam silaturahmi, bupati menyalurkan bantuan Rp 24 juta untuk 3 pondok

yakni Pondok Pesantren An-Nadwah (Wates), Al-Maunah (Panjatan) dan Al-Manar

(Galur). Masing-masing pondok mendapat Rp 8 juta, berasal dari Bazda Rp 5

juta, CSR Rp 2 juta, dan PT Bank BPD DIY Rp 1 juta, untuk bantuan

pembangunan dan penyelenggaraan pondok.



Di Pondok An-Nadwah Bendungan Wates bupati beserta rombongan diterima

Pengasuh KH Saefudin, di Al-Maunah Bojong Panjatan oleh Pengasuh KH Suhadi

Ishomulhadi dan di Pondok Modern Al Manar Muhammadiyah Boarding School

Brosot Galur diterima pengasuh Ustad Ismail Taufiq. Di Bojong, KH Suhadi

Ishomulhadi menyampaikan dengan silaturahim semoga dapat maunah. "Tidak

hanya saya, tapi juga rakyat ada kesalahan, dengan silaturahim semoga

dilebur dosanya," ujar KH Suhadi.



Di Bendungan Wates, KH Saefudin menyatakan, dengan silaturahmin dapat

memberikan barokah. Umaro dan ulama kebaikannya sangat diharapkan

masyarakat. Umaro dan Ulama, ibarat seperti uang koin, dua sisi yang sama

harganya. Dengan bersatu, akan menentramkan masyarakat.



Di Klampok Brosot Galur, Ustad Ismail Taufik mengungkapkan, di Pondok Al

Manar dengan sistem boarding school atau tinggal di pondok , saat ini ada 74

santri, yang berasal dari 9 provinsi yang paling barat Bengkulu, Sumsel dan

paling timur dari NTT, yang sekaligus sekolah di SMP dan SMA.



"Unggulannya adalah hafalan Alquran, lulus SMP wajib 3 juz, SMA wajib 6 juz.

Tertinggi lulusan SMP 7 juz siswa dari Buleleng Bali. Lulusan SMA disini

juga ada yang diterima di Fakultas Kedokteran UMY melalui jalur prestasi,"

kata Ismail.



Kepada Ustad Ismail Taufiq, bupati menyampaikan terima kasih, karena selain

mendidik masyarakat Kulonprogo juga dari provinsi lain di Indonesia. Selain

membawa nama baik Kulonprogo, juga ikut mencerdaskan kehidupan bangsa. (Wid)
Share:

Antisipasi Kerusuhan, Polisi Siaga

_____





http://img.krjogja.com/thumbhead/a8a0ee7dc296b7d76b63202ac1dbb49a_thumb.jpg







PENGASIH (KRjogja.com) - Petugas kepolisian dikerahkan menjaga keamanan di

sejumlah tempat ibadah terutama gereja di wilayah hukum Polres Kulonprogo.

Tindakan prefentif tersebut diambil untuk mengantisipasi agar kekerasan

berupa pembakaran tempat ibadah tidak berdampak luas ke kabupaten ini.

Apalagi secara geografif wilayah Kabupaten Kulonprogo berbatasan langsung

dengan wilayah Jawa Tengah.



"Menindaklanjuti arahan pak kapolres, kami telah menyebar petugas untuk

mengamankan sejumlah tempat ibadah terutama gereja-gereja," kata Kasubag

Humas Polres Kulonoprogo Iptu Heru Meiyanto, Jumat (24/7/2015).



Ditegaskan, antisipasi pengamanan tidak hanya sebatas pada tempat-tempat

ibadah bagi umat non muslim atau gereja saja. Tapi masjid pun ikut diamankan

petugas. Guna memaksimalkan pengamanan, setiap malam ada anggota yang

berjaga di sejumlah gereja. "Sejumlah petugas jaga di Pos Pengamanan

(Pospam) Lebaran juga disebar di beberapa masjid untuk melaksanakan shalat

Jumat sekaligus memantau situasi," terangnya menambahkan pihaknya juga

meningkatkan patroli di titik-titik tertentu.



Secara terpisah Kapolsek Kalibawang Kompol Joko Sumarah menjelaskan, di

wilayahnya ada dua gereja masing-masing Gereja Promasan dan Gereja Boro yang

menjadi prioritas pengamanan. Setiap malam petugas Badan Pembinaan Keamanan

Dan Ketertiban Masyarakat (Babinkamtibmas) berjaga di dua lokasi tersebut

dengan ditemani anggota piket Sabhara.

"Untuk pengamanan di tempat ibadah, kami selalu koordinasi dengan pengurus

gereja," jelasnya. (Rul)
Share:

Wednesday, July 22, 2015

Kisruh Bandara Kulon Progo, Ini Kata Menteri Jonan

TEMPO.CO, Yogyakarta- Menteri Perhubungan Ignasius Jonan menyatakan

tidak punya kewenangan untuk campur tangan ihwal kisruh calon lokasi

bandar udara baru di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa

Yogyakarta.



"Saya enggak punya otoritas untuk mengintervensi. Terserah masyarakat

dan pemerintah DIY," kata Jonan ketika mengecek kesiapan penanganan

arus balik Lebaran 2015 di Bandar Udara Adisutjipto, Selasa, 21 Juli

2015.



Jonan mengatakan kemenangan warga Kulon Progo yang menggugat

penerbitan izin penetapan lokasi bandara adalah keputusan hakim di

pengadilan. Pemerintah DIY saat ini menjadi pihak yang kalah.

Dia meminta Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X mencari solusi

mengenai rencana tata ruang dan wilayah yang menjadi persoalan

pembangunan bandara baru ini.

Menurut Jonan, pembangunan bandara baru di Kecamatan Temon, Kulon

Progo, ataupun di lokasi lain harus melewati pengecekan yang serius.



Jonan menegaskan, keberadaan bandara baru di Yogyakarta sangat

mendesak. Sebab Bandara Adisutjipto terlalu kecil. "Bandara ini sangat

padat penumpang, terutama saat hari besar keagamaan, seperti Idul

Fitri," kata Jonan.

Ketika ada perayaan hari besar Bandara Adisutjipto semrawut. Orang

berkerumun menunggu pesawat di ruang tunggu, pintu kedatangan pesawat,

pintu keberangkatan, dan selasar bandara. Penumpang juga harus antre

panjang untukcheck-in.



Hakim Pengadilan Tata Usaha Negara Yogyakarta telah mengabulkan

tuntutan pembatasan izin penempatan lokasi yang tertuang dalam

keputusan Gubernur DIY. Tim kuasa hukum Gubernur DIY sedang mengajukan

permohonan kasasi kepada Mahkamah Agung.



Kasasi dilakukan karena majelis hakim Pengadilan Tata Usaha Negara

Yogyakarta memutuskan Surat Keputusan Gubernur DIY Nomor 68/KEP/2015

tentang izin penetapan lokasi bandara di Kecamatan Temon, Kulon Progo,

itu harus dicabut.



SHINTA MAHARANI





lihat arsip berita kp lainnya: http://infokwkp.blogspot.com
Share:

Undur-Undur Krispi, Laris Manis….

KULONPROGO ( KRjogja.com)- Sejumlah pedagang undur-undur krispi di

kawasan Pantai Glagah Kecamatan Temon Kulonprogo sedang meneguk

untung. Pasalnya, libur Lebaran yang mendatangkan banyak pengunjung di

objek wisata andalan Kulonprogo tersebut, juga mendatangkan banyak

pembeli bagi pedagang undur-undur krispi.



Salah satu pedagang undur-undur krispi di Pantai Glagah, Ngatinah

menyampaikan, pada hari biasa dirinya hanya mampu menjual sekitar lima

kilogram undur-undur krispi. Namun saat libur Lebaran, 25 kilogram pun

tetap habis.



"Jumlah penjualan memang meningkat hingga lima kali lipat. Kami jadi

kebanjiran rezeki," kata Ngatinah, saat dijumpai wartawan, Rabu

(22/07/2015).



Meski jumlah penjualan meningkat signifikan, namun Ngatinah enggan

menaikkan harga. Ia tetap menjual undur-undur krispi dengan harga Rp

4.000 per bungkus.



"Kalau dinaikkan, takut wisatawan pada kapok," imbuhnya.



Selama ini, Ngatinah memperoleh bahan dari para pencari undur-undur di

sepanjang pesisir Pantai Glagah. Namun sayang, mereka tidak bisa

ditarget untuk pencarian yang lebih banyak.



Salah satu pembeli, Surati berniat memborong undur-undur krispi untuk

dijadikan oleh-oleh. Sebab menurutnya, camilan ini sangat pas untuk

buah tangan, karena merupakan makanan khas daerah pantai.



"Rasanya lezat dan kandungan gizinya banyak. Apalagi, harga

undur-undur krispi terbilang murah, cuma Rp 4.000 per bungkus,"

katanya.(Unt)



arsip info kwkp: http://infokwkp.blogspot.com
Share:

Archive

Breaking News

Wikipedia

Search results