Tourist knows Yogyakarta Indonesia

Top reviews

Thursday, November 26, 2015

Pengukuran Lahan Calon Bandara Kulonprogo Sudah Mencapai 1000 Bidang

TRIBUNJOGJA.COM, KULONPROGO - Setidaknya 1.000 bidang tanah calon lokasi bandara baru, di wilayah Kecamatan TemonKulonprogo, telah dilakukan pengukuran dan pendataan oleh tim satgas A dan B dari BPN DIY hingga hari ketiga, Kamis (26/11/2015).

Informasi tersebut disampaikan Camat Temon, Djaka Prasetya. Menurutnya, pengukuran sampai saat ini masih fokus pada lahan yang diizinkan warga pemiliknya.

"Informasi dari petugas satgas sudah lebih dari 1.000 bidang. Harapan kami bisa selesai tepat waktu," katanya.

Praktis, sampai hari ketiga ini petugas di lapangan meninggalkan lahan yang sudah ditandai papan larangan pengukuran oleh warga pemiliknya.

Hal itu juga untuk menghindari konflik antara petugas dan warga yang menolak pengukuran.

Meski demikian, di hari ketiga pengukuran lahan calon bandara, petugas tidak mendapat halangan berarti.

"Warga yang menolak tetap di lokasi. Tapi sejauh ini tidak ada gejolak dalam proses pengukuran," katanya.

Kades Glagah, Agus Parmono, mengatakan setidaknya sudah enam dusun di desanya yang tanahnya sudah sudah dilakukan pengukuran dan pendataan.

"Masih ada tiga dusun yang belum karena warga belum setuju pengukuran. Sebagian yang belum diukur juga ada yang tanah PAG," katanya. (*)

Share:

Kalla Minta Pembangunan Bandara Kulon Progo Segera Dimulai

TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla menginginkan pembangunan bandara internasional di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta dimulai pada 2016. "Ini mendesak untuk kepentingan pariwisata maupun ekonomi," kata Jusuf Kalla seusai bertemu Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan HB X beserta jajaran SKPD DIY di Kepatihan, Yogyakarta, Kamis, 26 November 2015.

Menurut Kalla, keberadaan bandara dengan nama "New Yogyakarta Internasional Airport" itu akan memberikan dampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan pariwisata di Yogyakarta.



Kepala Badan Pembangunan dan Perencanaan Daerah DIY, Tavip Agus Rayanto mengatakan dalam pertemuan itu, Jusuf Kalla meminta Pemerintah Yogyakarta mempersiapkan daftar kebutuhan infrastruktur jaringan transportasi menuju bandara khususnya berkaitan dengan aspek wisata. "Jadi, infrastrukturnya seperti apa, itu yang diminta disampaikan di Jakarta," kata dia.

Seperti diketahui, saat pembangunan Bandara Internasional di Kecamatan Temon, Kulon Progo masih dalam tahap sosialisasi dan pengukuran lahan. Proses pengukuran lahan bandara Internasional di Kulon Progo sempat tertunda karena anggaran pengukuran lahan yang diajukan oleh Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Yogyakarta dinilai melebihi besaran yang ditentukan dalam Peraturan Menteri Keuangan.

Share:

Jembatan Bantul-Kulon Progo Putus Diterjang Banjir

Jembatan Sesek Cinta putus, warga terpaksa harus menempuh jalan memutar dengan jarak 7 kilometer.
Jembatan Sesek Cinta putus, warga terpaksa harus menempuh jalan memutar dengan jarak 7 kilometer.

Liputan6.com, Kulon Progo - Jembatan Sesek Cinta, yang berada di Ngentakrejo, Lendah, Kulon Progo, Yogyakarta kini tak bisa dilewati warga lagi, akibat diterjangbanjir bandang yang berasal dari Magelang, Jawa Tengah.

Seperti ditayangkan Liputan 6 Malam SCTV, Kamis (26/11/2015), jembatan ini merupakan jalur pintas yang digunakan warga di dua wilayah, yakni Bantul dan Kulon Progo.

Terputusnya jembatan yang dibangun dengan biaya swadaya masyarakat ini sangat menggangu aktivitas. Warga terpaksa harus menempuh jalan memutar dengan jarak 7 kilometer.

Sebenarnya warga dan pihak Kecamatan Lendah telah mengajukan permohonan untuk dibuatkan jembatan permanen kepada Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta. Namun pengajuan belum juga ditanggapi.

Sementara hujan deras yang menguyur Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis siang, membuat jalan di Pasirkoja, Bandung, terendam banjir.

Rumah yang berada dipinggir jalan tergenang air setinggi 50-70 centimeter. Warga yang rumahnya kebanjiran membersihkan tanah dan lumpur yang masuk ke dalam rumah.

Banjir juga membuat beberapa sepeda motor yang melintas mogok. Selain itu arus lalu lintas di Pasirkoja macet. Relawan Kota Bandung yang berada di lokasi banjir berusaha memperbaiki saluran selokan yang menghambat arus air.

Diduga banjir diakibatkan pembangunan jalan yang menyumbat saluran air. (Dan/Dms)


Share:

Monday, November 23, 2015

Juhadi meninggalkan pesan untukmu

Juhadi meninggalkan pesan untukmu
Baca email ini dalam: English, Nederlands, Javanese, Español, Français, dan 32 bahasa lain.
Kamu menerima email in karena Juhadi ingin tersambung dengan juhadi.kp2.kp2014@blogger.com di Twoo. Berhenti langganan.
Juhadi meninggalkan pesan untukmu.
Baca pesan kamu

Kamu bisa segera membalas menggunakan sistem obrolan kami.
Selamat bersenang-senang!
Tim Twoo
Twoo
Tidak ingin menerima email seperti ini lagi? Klik di sini. Massive Media Match NV, Emile Braunplein 18, 9000 Ghent, Belgium BE0537240636. info-id@twoo.com
Share:

Alun-alun Wates Jadi Representasi Cinta Puspa dan Satwa di Kulonprogo

Harianjogja.com, KULONPROGO-Permasalahan terkait kelestarian lingkungan semakin kompleks. Perburuan satwa liar menjadi salah satu ancaman yang harus dicegah karena bisa mengganggu keseimbangan ekosistem.


 
Hal itu diungkapkan Asisten Sekretaris Daerah DIY, Didik Purwadi, pada peringatan hari cinta puspa dan satwa tingkat DIY di Alun-alun Wates, Kulonprogo, Minggu (22/11/2015).

Menurutnya, masyarakat hendaknya berpartisipasi mencegah perburuan satwa liar yang kian marak. Masih banyak orang tidak bertanggung jawab yang memburu satwa liar dan langka untuk diperdagangkan secara ilegal.

Didik menegaskan, hukum harus ditegakkan karena perburuan satwa liar termasuk tindak kejahatan. Di sisi lain, pemerintah juga senantiasa menempuh upaya preventif dengan menumbuhkan rasa kepedulian terhadap kelestarian satwa.


 
Masyarakat juga perlu disadarkan mengenai pentingnya menjaga kelestarian puspa demi keberlanjutan ekosistem alam. "Perlu digalakkan kegiatan yang mampu merangsang seluruh lapisan masyarakat utuk mengenal keanekaragaman hayati dan menjga kelestarian ekosistem," kata Didik.

Masyarakat harus dibiasakan mencintai keindahan puspa dan satwa sehingga secara sadar terdorong ikut dalam upaya pelestarian. "Dengan cara yang tepat, potensi kekayaan alam bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat," tambah Didik kemudian.

Sementara itu, Bupati Kulonprogo, Hasto Wardoyo mengatakan, Alun-alun Wates menjadi representasi cinta puspa dan satwa di Kulonprogo. Keindahan taman dan kebersihan lingkungan terus ditingkatkan dan dibenahi. Puluhan pasang burung dara yang dipelihara di kawasan tersebut juga disebut menjadi lambang cinta satwa.

Upaya melestarikan lingkungan juga diwujudkan dengan mengelola sampah rumah tangga melalui kegiatan kelompok swadaya masyarakat (KSM). KSM bekerja sama dengan masyarakat sekitar untuk mengumpulkan sampah ke tempat pembuangan sementara.

Sampah-sampah tersebut akan dipilah dan diolah sebagian, sebelum akhirnya dikirim ke tempat pembuangan akhir. "Kami juga tidak mau ada kontainer sampah di pinggir jalan agar tidak memicu timbulnya tempat pembuangan liar," ujar Hasto.

Hasto lalu memaparkan, kegiatan hari itu merupakan momentum tepat untuk menyadarkan diri mengenai pentingnya kelestarian dan pemanfaatan keanekaragaman hayati. Dia pun sepakat jika keanekaragaman hayati bisa bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat jika dikelola secara tepat.

Editor: Nina Atmasari |
Share:

Ini Kesan dan Kenangan Bupati Kulonprogo Terhadap Sosok Paku Alam IX

TRIBUNJOGJA.COM, KULONPROGO - Bupati KulonprogoHasto Wardoyo, usai menyaksikan prosesi pemakaman Paku Alam IX, Minggu (22/11/2015) mengaku begitu merasa kehilangan.

Hasto menganggap Paku Alam IX merupakan sosok teladan bagi masyarakat dan pemimpin di mana pun.

Dia pun mengenang ketika pernah bersama-sama Paku Alam IX mengunjungi para transmigran di luar Jawa.

Menurutnya, Wakil Gubernur DIY itu membuatnya terkesan karena rela jauh-jauh memperhatikan transmigran dengan cara datang langsung menyapa mereka di wilayah baru.

"Kunjungan beliau ke para transmigran bahkan sampai malam. Kegigihannya begitu mengesankan, mau memperhatikan rakyat kecil. Beliau patut menjadi teladan bagi pemimpin muda untuk lebih maju," kenang Hasto.

Tepat di hari pemakaman itu pula, sebenarnya Paku Alam IX dijadwalkan untuk hadir dalam Hari Cinta Puspa dan Satwa di Alun-alun Wates.

"Ternyata Tuhan berkehendak lain. Biasanya kalau sakit bisa langsung sembuh," ujar Bupati. (*)

Share:

Tuesday, November 17, 2015

Pengukuran Lahan Bandara Kulon Progo Molor Lagi


Metrotvnews.com, Yogyakarta: Proses sosialisasi dan pengukuran lahan Bandara Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta hingga kini belum terlaksana.

Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X mengatakan, molornya kegiatan ini disinyalir karena terhambat Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 13 tahun 2013.

"Molor karena masalahnya mungkin nunggu (keputusan) Kementerian Keuangan terkait PMK. Masa petugas (pengukur lahan) enggak dibayar," ujar Sultan di Kompleks Kepatihan Yogyakarta, Selasa (17/11/2015).

Dalam PMK tersebut, diatur biaya pengukuran lahan untuk kepentingan umum maksimal Rp1,6 miliar. Sementara, perkiraan biaya untuk proses pengukuran dan inventarisir tanah bandara baru DIY di Kulon Progo secara keseluruhan bernilai Rp9 miliar.

Sultan menambahkan, pihaknya sudah meminta pemerintah pusat membantu penyelesaian persoalan ini, termasuk merevisi PMK tersebut. Malah, sebelumnya, Menteri Agraria/Kepala BPN Ferry Mursyidan Baldan menyebut PMK itu sudah tidak relevan lagi dengan persoalan tanah masa kini.

"Kita sudah rapat koordinasi dengan Deputi Wapres soal itu (PMK). Level atas yang akan menyelesaikan. Tapi sampai sekarang belum ada respons (revisi PMK) dari Kementerian Keuangan," ucap Sultan HB X.

Raja Yogyakarta ini berharap agar proses pertanahan ini bisa selesai sesuai target yakni, Triwulan III-2016. "Harapan saya bisa cepat diselesaikan. Saya masih optimis September 2016 selesai. Tapi kalau ini mundur, kepentingan lain nanti masuk," tegasnya.

Sementara itu, Sekda Pemkab Kulon Progo Astungkara tidak mengetahui alasan molornya proses sosialisasi dan pengukuran lahan. Pihaknya belum mendapat informasi jadwal pengukuran dan sosialisasi dari Badan Pertanahan Nasional (BPN) DIY.

"Wewenang pengukuran dan sosialisasi ada di BPN DIY. Kami hanya menunggu informasi baru ikut pengukuran. Kalau tidak salah BPN DIY hari ini baru merapatkan soal itu," kata Astungkara melalui sambungan telepon di Yogyakarta.

Ketika hendak dicari tahu dari BPN, Kepala BPN DIY Ari Yuwirin belum merespons pesan singkat dan telepon dari Metrotvnews.com.

Seharusnya, kegiatan sosialisasi dan pengukuran lahan dilakukan Senin dan Selasa pekan lalu oleh satgas A dan B BPN DIY. Kemudian, diundur menjadi Senin 16 November. Tapi, hingga kini belum ada kepastian dilaksanakannya pengukuran dan sosialisasi tersebut. 
SAN
Share:

Monday, November 16, 2015

Juhadi meninggalkan pesan untukmu

Juhadi meninggalkan pesan untukmu
Twoo
Baca email ini dalam: English, Nederlands, Español, Français, العربية‏, dan 32 bahasa lain.
Kamu menerima email ini karena Juhadi ingin tersambung dengan juhadi.kp2.kp2014@blogger.com di Twoo. Berhenti langganan
Juhadi
meninggalkan pesan untukmu!
Periksa pesanmu ➔
Kamu bisa segera membalas menggunakan sistem obrolan kami.
Selamat bersenang-senang!
Tim Twoo
Tidak ingin menerima email seperti ini lagi? Klik di sini. Massive Media Match NV, Emile Braunplein 18, 9000 Ghent, Belgium BE0537240636. info-id@twoo.com
Share:

Friday, November 13, 2015

Friendly charm Corals Beach Wediombo Yogyakarta

Pesona Karang-karang Bersahabat di Pantai Wediombo Yogyakarta
Wediombo beach atmosphere, in the village of Jepitu, Girisubo, Gunung Kidul, Yogyakarta. (Photo: MP / Fredy Wansyah)

Travel MerahPutih - Generally not a sandy beach on the rocky edge. However, unlike the case in Wediombo Beach, Gunung Kidul, Yogyakarta. Small corals on the waterfront south beach Wediombo just friends. Corals is actually an ocean back to enjoy the beach atmosphere. Not only that, the small rocks are also not preclude for anyone who wanted to play water beach.

In fact, not a few tourists take advantage of the reefs is to be the location of fishing. Fish, crab, and shrimp are very easy to obtain. In addition, marine animals are often stung too often encountered in turn over the reef. Among these jellyfish and sea urchins. But fear not first, Turkish officials have been wary Wediombo places the animal.

Wediombo beach is one of the attractions dazzling sea in Yogyakarta. It is in the village of Jepitu, Girisubo, Gunung Kidul, Yogyakarta. The distance is approximately 40 kilometers from the city center Wonosari. While traveling from the city of Yogyakarta approximately 80 kilometers. The location was a bit far from the city center, but that does not mean there is no public transport to the attractions most east coast south DI Yogyakarta.

If you want to use public transport, public bus to look for Wonosari.Furthermore, from the town Wonosari switched to special transport to the southern coastal areas, such as Indrayanti and so on. After reaching the coastal areas, looking specifically for a motorcycle taxi driver drove to the beach Wediombo.

It is rather complicated to the beach Wediombo when using public transport. Not so if the choice of transport by private transport, such as motorcycles and cars. The main objectives that must be passed if it departs from the city of Yogyakarta is Wonosari. Furthermore, the directions to the south coast region will be posted along the way. So,no need to worry about getting lost.

Arriving at the location, along a 100-meter risers have been waiting.The distance between the shoreline with a parking location is not near. However, it will all be paid off when the lips look beautiful beaches. Charming and attractive water clarity.

In the discussion of Java, "wedi" means sand. While "Ombo" means the area. So, the name of this beach is defined as a place that has a fairly broad stretch of sand. Sand beach which is the tourist attraction. Moreover, the unique, the sand is not far from the lips of small corals.

For tourists who want to enjoy the sea coast of the south, along the shoreline may be the object of baths. While enjoying the warmth of the sun, the sand beach is very alluring. Not only the shoreline, the manager also provides the location of the seawater baths on one side of the beach. The location is often referred to by the citizens in terms of the pool is a very safe bathing location. Actually, the "pool" is part of the shoreline. Only, its location is limited by the reef. The water was very calm, so no waves. This location specifically for visitors who feel fear bath with waves southern coast.

How, interested in enjoying the corals friends? Come to Wediombo Beach, Gunung Kidul, Yogyakarta. (Fre)

Share:

Themes stretcher 2015 BWCF Volcano

BWCF 2015 Usung Tema Gunung Berapi

ktivitas Mount Barujari in the middle of the lake Segara Anak issued when the volcanic ash erupted in Sembalun, East Lombok, NTB, Sunday (25/10). (AFP PHOTO / Then Edi)

MerahPutih Culture - Samana Foundation again held perhalatan Borobudur Writers and Cultural Festival (BWCF) in 2015 with the theme "Mountain, Disasters, and Myth in the archipelago" on 12 to 14 November, in Yogyakarta and Magelang. BWCF activities initiated at Hotel Garuda, Yogyakarta. Then, a series of events held at the Manohara, Sumbing and Home Semara which three are located in Magelang.

Director Samana Foundation Yoke Darmawan deliver, "Mountain, Disasters, and Myths" became the theme of the event in 2015 because of the close BWCF Nusantara civilization and the role of mountains in the cultural traditions of community rituals.

"Actually, Samana BWCF Foundation as the organizer has announced the theme of the mountain since last year. Throughout the year, related to the theme of the mountain 200 years eruption of Mount Tambora and natural phenomena is quite serious in the spotlight," said Yoke, when contacted merahputih.com viaWhatsapp, Saturday ( 7/10).

(Photo courtesy: Representative Samana Foundation Imam Muhtarom and Seno Joko Suyono open a Press Conference held at Studio Mendut, Magelang regency, Saturday (7/11). Also present were representatives of the Community Five Mountains Sutanto Mendut and intellectual Romo Mudji Sutrisno)

The event BWCF 2015 will be filled seminars, musical performances, art mountain, poetry readings, film screenings, photo exhibitions, a book party, and the award ceremony sanghyang kamahayanikan Award to someone who has been dedicating itself concerning kegunungan in the archipelago.

"This award is an appreciation to those who are faithful kegunungan study. The study was considered to add value to civilization treasures of the archipelago," said Yoke. (Fre)


Share:

Archive

Breaking News

Wikipedia

Search results