Tourist knows Yogyakarta Indonesia

Top reviews

Thursday, June 18, 2015

Kasus Narkoba di Kulonprogo Naik

KULONPROGO ( KRjogja.com)- Di Kabupaten Kulonprogo tahun 2014 kasus

penyalahgunaan narkoba yang diproses hukum ada delapan kasus.

Dibandingkan tahun 2013 yang ada lima, jumlah kasus 2014 meningkat.



Berdasarkan data dari Satresnarkoba Polres Kulonprogo, kasus tertinggi

terjadi pada 2010 sebanyak 13 kasus, tahun 2011 ada 6 kasus, dan 2012

dua kasus. "Kecamatan yang rawan penyalahgunaan narkoba yaitu Temon,

Galur, Nanggulan, dan Kalibawang. Kerawanan ini terjadi karena kasus

yang ada di sana, seperti di Kalibawang tertangkap kasus ganja di

Dekso. Wilayah rawan lainnya karena daerah perbatasan yang diprediksi

menjadi lalu-lintas peredaran narkoba, yaitu di Temon dan Galur,"

ujarnya pada dialog interaktif dalam rangka sosialisasi pencegahan

dan pemberantasan penyalaghunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN)

terhadap instansi Pemkab Kulonprogo, di aula PMI setempat, Kamis

(18/6/2015). Dialog menampilkan narasumber Kepala Badan Narkotika

Nasional Provinsi (BNNP) DIY KBP Soetarmono DS SE MSi .



Menurut Soetarmono, prevalensi penyalahgunaan narkoba di DIY tinggi.

Pada 2014 jumlah penyalahguna narkoba ada 62.028, sehingga DIY

menempati peringkat kelima tertinggi di Indonesia dari 33 provinsi.

Tahun 2008 DIY bahkan pernah menempati peringkat kedua setelah DKI

Jakarta. "Terkait penyalahgunaan narkoba, BNNP DIY menargetkan tahun

ini melakukan rehabilitasi terhadap 1.369 penyalahguna narkoba dari 62

ribu. Adanya upaya itu diharapkan yang belum terkena penyalahgunaan

narkoba akan imun atau menolak, dan yang sudah kena direhabilitasi,"

ujarnya.(*)
Share:

Gedung Autis Center di Kulonprogo Resmi Dilaunching

TRIBUNJOGJA.COM, KULONPROGO -Operasional Pusat Layanan Autis di

Kulonprogo resmi diluncurkan, Rabu (17/6/2015). Mengawali

serangkaianlaunchinggedung Autis Center di Sentolo itu, beberapa anak

dan siswa autisunjukdiri dalam berbagai atraksi.

Seorang di antaranya Winantu Basuki, siswa SLBN 1 Bantul. Siswa

autisyang selalu merespon segala sesuatu dengan lagu dan musik ini

tampil menyanyikan lagu Ramadan Datang.

Bergaya di hadapan bupati dan para pejabat dinas serta kementerian,

Winantu mampu menyedot perhatian yang hadir. Dia bahkan memainkan alat

musik keybord dengan jari-jarinya yang lincah.

Guru SLB yang mendampinginya, Wahyu Joko Pramono, mengatakan Winantu

merupakan siswa tuna ganda, yaitu tuna netra dan autis.

"Sukanya memang musik. Lagu bahasa inggris cepat hafal. Penampilan

hari ini hanya sekali latihan," ujarnya.

Gedung baru autiscenter diperuntukkan bagi semua daerah. Sebagai

satu-satunya layanan autisdi DIY, keberadaannya melayani semua

kabupaten dan kota di DIY dan sekitarnya.
Share:

Tuesday, June 16, 2015

KORUPSI KULONPROGO : Mayoritas Menyeret Kades

Harianjogja.com, KULONPROGO—Mayoritas kasus korupsi yang ditangani

Kejaksaan Negeri Wates di tahun ini menyeret nama-nama yang berasal

dari kalangan kepala desa.

Mereka meliputi mantan Kades Banaran, Kecamatan Galur, Dwi Haryanto;

mantan Kades Pendoworejo, Girimulyo, Landung Wiyana; dan mantan Kades

Tayuban, Panjatan, Wakidjo. Kasus Dwi dan Landung sudah masuk masa

persidangan sejak April lalu sedangkan kasus yang membelit Wakidjo

baru sampai tahap pemberkasan di Kejari.

Kepala Seksi Intelijen Kejari Wates Arief Muda mengatakan selama ini

Kejari Wates mengandalkan laporan dan aduan warga terhadap sejumlah

kasus korupsi yang ditangani lembaganya. Jika pelapor dan materinya

jelas, Kejari segera menindaklanjuti dugaan kasus korupsi.

"Pernah ada surat kaleng [laporan tanpa identitas pengirim]. Kejari

tidak bisa menindaklanjuti yang seperti itu [surat kaleng]," paparnya

Terhadap kasus korupsi yang mayoritas membelit kades, Inspektorat

Daerah Kulonprogo berusaha memperketat pengawasan internal untuk

mencegah tindak pidana korupsi, baik di satuan kerja perangkat daerah

(SKPD) maupun pemerintah desa. Laporan admnistrasi dan keuangan harus

benar-benar dicermati.

"Jika ditemukan kesalahan laporan pada pemeriksaan, kami [Inspekda]

minta dibetulkan," ungkap Kepala Inspektorat Daerah Kabupaten

Kulonprogo, Arif Sudarmanto, Jumat (12/6/2015).

Demi meraih opini wajar tanpa pengecualian (WTP), diadakan pertemuan

seluruh kepala SKPD setiap pekan dan tidak boleh diwakilkan. Siapa

saja yang punya masalah akan langsung diinventaris. Arif menambahkan

saat ini fokus pengawasan ditujukan pada pemerintah desa.

Menurut dia, laporan penggunaan dana desa harus benar-benar dibuat

secara rinci dan teliti sebab kesalahan yang terjadi bisa saja

berakhir pada kasus dugaan korupsi.

"Kami akan perbanyak pembinaan dan pendampingan yang sifatnya teknis.

Misalnya cara membuat laporan dan apa saja yang harus dilampirkan,"

papar Arif. Dia berharap tidak ada lagi kades yang terlibat kasus

dugaan korupsi meski uang yang diterima desa semakin besar.
Share:

Petinju Kulonprogo Ditawari Tanding di Thailand

Bisnis.com, KULONPROGO-Petinju asal Kulonprogo Hery Ardianto mendapat

tawaran bertanding di Thailand.

Setelah Lebaran 2015, Hery yang baru saja meraih sabuk emas Bupati

Kulonprogo seusai mengalahkan petinju asal Jakarta, Williem Rey, Sabtu

(13/6/2015) akan ditantang dalam kejuaraan tingkat nasional di

Jakarta.

"Rencananya seusai Lebaran. Setelah mengalahkan Williem dia akan

mempersiapkan diri untuk kejuaraan nasional di Jakarta," ujar Pelatih

Sasana Satria Menoreh, Ferry Kuahati kepada Bisnis.com, Minggu

(14/6/2015).

Menurut Ferry, pihaknya terus mendorong petinju yang biasa bertarung

di kelas ringan 60 Kg dan Welter 63 Kg ini menggondol gelar nasional.

Selain mengorbitkan Hery ke sejumlah promotor nasional, Ferry

menyatakan ada rencana petinju yang meraih kemenangan dalam delapan

ronde atas Williem ini bertarung di Thailand.

"Nanti lihat perkembangan yang ada. Tawaran sudah ada, tinggal

kelanjutannya saja," jelas Ferry.

Selain Hery, Ferry mengungkapkan ada sejumlah petinju yang tengah

dipersiapkan pihaknya untuk terjun ke tinju profesional. Akan tetapi,

Ferry masih enggan menyebutkan nama-namanya.

"Sementara untuk petinju lainnya, sedang fokus ke Porda dan Pra-PON,"

tandas Ferry.

Editor : Mediani Dyah Natalia
Share:

Sampai Kapanpun Petani Pesisir Kulonprogo Tolak Tambang Pasir Besi

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA -Sempat lama tak muncul dalam aksi penolakan,

warga petani pesisir selatan Kulonprogo yang tergabung dalam Paguyuban

Petani Lahan Pantai (PPLP) akhirnya menunjukkan konsistensinya menolak

penambangan pasir besi, di pertigaan Cangkring Garongan Panjatan,

Senin (15/6/2015).

Mereka menggelar aksi penolakan tersebut dengan cara memasang beberapa

baliho dan papan bertuliskan menolak penambangan pasir besi di pesisir

selatan.

Humas PPLP, Widodo, mengatakan bahwa sampai kapan pun warga petani

pesisir tetap menolak rencana penambangan pasir besi.

"Ada sekitar delapan baliho dipasang di tepi jalan lintas selatan,"

kata Widodo, di sela aksi tersebut.

Menurutnya, baliho papan penolakan itu dipasang oleh masing-masing

unit PPLP di desa-desa. Pemasangan dimulai dari wilayah Karangwuni

sampai wilayah Banaran Kecamatan Galur.

"Ini bukti perjuangan kami sebagai petani pesisir menolak penambangan

pasir besi masih ada," ujarnya. Menunjukkan komitmen penolakan itu,

sampai saat ini warga petani tetap menggarap lahan pertanian di

pesisir selatan. Widodo menegaskan bahwa penolakan para petani tidak

akan ada habisnya.

Sengaja memasang papan penolakan saat menjelang ramadan, menurutnya,

agar para pemudik langsung mengetahui di wilayah itu masih ada

penolakan.

Setidaknya 70 perwakilan PPLP terlibat melakukan pemasangan papan

penolakan itu. Selain memasang baliho, mereka juga melakukan aksi

blokade jalan selama sekitar setengah jam.

Di lokasi pun petugas berjaga sekaligus melakukan pengalihan arus lalu

lintas kendaraan yang melintas.

Tokoh PPLP, Sumanto, menyatakan banyaknya proyek pembangunan di

Kulonprogo ternyata harus mengorbankan rakyat dengan penggusuran.

Sebab itu dia menegaskan warga terdampak penggusuran harus bersatu.

"Kami juga mendukung perjuangan WTT yang menolak pembangunan bandara

di Temon," ujarnya.( tribunjogja.com)
Share:

Anggota Satpol PP Kulonprogo Kemalingan Batu Akik

Bisnis.com, KULONPROGO—Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kulonprogo

Rokhgiarto kehilangan lebih dari 10 koleksi batu akik yang dia simpan

di rumahnya. Koleksi batu akik yang lenyap tersebut antara lain jenis

pirus, giok, ruby tanzania, kecubung, satam dan black jade. Pencurian

terjadi pada Kamis (11/6) pekan lalu.

Siang itu, dia sedang menjalankan tugas dalam acara bulan bakti gotong

royong masyarakat di wilayah Kecamatan Pengasih.

Tiba-tiba, Rokhgiarto menerima telepon dari anaknya yang bernama Zaki.

Anaknya kaget karena mendapati pintu rumah sudah rusak karena dibuka

secara paksa saat pulang dari sekolah. Ketika Zaki memasuki rumah, dia

juga melihat pintu kamar orangtuanya terbuka dan lampunya pun menyala.

"Katanya lemari sudah diacak-acak dan sejumlah barang termasuk akik

dalam wadah hilang," ungkap warga Desa Krembangan, Kecamatan Panjatan

itu, Selasa (16/6). Setelah mendapat kabar dari anaknya, Rokhgiarto

segera pulang dan mengecek kondisi rumah.

Tidak hanya koleksi batu akik, laptop, tablet, dan jam tangan ternyata

turut hilang. Meski tidak bisa menyebutkan jumlah pastinya, dia

memperkirakan kerugian yang dialami cukup besar. Sebab, batu akiknya

adalah koleksi sejak tahun 1990 sehingga nilainya diprediksi sudah

naik.

Kepala Sub Bagian Humas Polres Kulonprogo Iptu Heru M.Yanto mengatakan

kasus pencurian yang menimpa Rokhgiarto masih dalam penyelidikan.

Hasil olah tempat kejadian perkara (TKP) menunjukkan kerusakan pintu

disebabkan adanya pencongkelan dari luar. Pemeriksaan saksi terus

dilakukan meski korban mengatakan ada warga sekitar rumahnya yang

sempat melihat pelaku.

Editor : Sumadiyono
Share:

11 Tahun Nunggak Pajak, Mobil Plat Merah Ditilang

KULONPROGO ( KRjogja.com)- Razia angkutan yang digelar tim gabungan

dari Polres Kulonprogo, Satpol PP dan Dinas Perhubungan setempat di

Jalan Raya Pengasih, Senin (15/06/2015), berhasil menjaring mobil

berplat merah. Sebuah mobil tangki milik PDAM Kulonprogo kedapatan

beroperasi dalam kondisi belum membayar pajak selama 11 tahun

terakhir.

Informasi di lapangan menyebutkan, mobil tanki tersebut belum

terbayarkan pajaknya sejak tahun 2004 silam. Tidak hanya pajak

tahunan, mobil plat merah ini juga belum diuji KIR. Tak pandang bulu,

petugas gabungan yang menggelar razia kemudian menindaknya dengan

tilang di tempat.

Saat dimintai keterangan, sopir mobil tangki, Wahyudi Setiawan,

mengakui bahwa kendaraan yang dikemudikannya belum membayar pajak

sejak lama, juga tidak diuji KIR secara rutin. Wahyudi berdalih, mobil

tersebut tetap dioperasionalkan sebagai upaya pemberian pelayanan

kepada masyarakat.

"Platnya memang sudah mati karena belum bayar pajak tahunan dan KIR

sejak tahun 2004. Mobil ini bantuan dari Kementerian, makanya berplat

nomor B, Jakarta," katanya.

Menurut Wahyudi, ada dua mobil plat B merah milik PDAM Kulonprogo yang

belum dibayarkan pajaknya. Sebab untuk membayar pajak harus ke Jakarta

dan membutuhkan banyak biaya. "Biayanya mahal," ujar Wahyudi.

Saat dirazia, Wahyudi mengemudikan mobil tanki tersebut bersama

beberapa orang pegawai PDAM. Pegawai bagian gudang ini hendak

melakukan dropping air bersih untuk warga yang membutuhkan di daerah

Kalipetir.

Saat diperiksa petugas, Wahyudi juga tidak bisa menunjukkan

surat-surat kelengkapan kendaraan. Bertindak patuh, ia kemudian

menerima tilang petugas dan akan melaporkan hal ini ke pimpinan. "Biar

pimpinan yang memutuskan, mau bagaimana," katanya.

Sementara itu, KBO Satlantas Polres Kulonprogo, Ipda Basuki Rahmat

menguraikan, dalam operasi tersebut pihaknya berhasil menjaring

sekitar 50 kendaraan. 12 di antaranya melakukan pelanggaran yakni

belum memperbarui uji KIR dan tidak membawa surat kelengkapan

kendaraan. "Kami juga menindak truk yang melanggar ukuran badan,"

jelasnya.

Kabid Dalops Dinas Perhubungan Kulonprogo, Sigit Purnomo menambahkan,

ada beberapa pengendara yang tidak mengindahkan peringatan. Melalui

operasi gabungan tersebut, pihaknya kemudian melakukan tindakan

tegas.(Unt)
Share:

Sunday, June 14, 2015

Nyadran Agung Jadi Kesempatan Silaturahmi Warga Kulonprogo

TRIBUNJOGJA.COM, KULONPROGO -Tradisi Nyadran Agung yang terpusat di

Alun-alun Wates Kulonprogo, Sabtu (13/6/2015), berlangsung cukup

meriah.

Ribuan warga yang hadir tampak begitu antusias untuk segera merangsek

dan berebut berbagai macam sayur dan hasil bumi lain yang ditata rapi

pada 10 gunungan dari berbagai desa budaya.

Belum lagi doa pemuka sepenuhnya selesai, warga telah berjubel-jubel

berebut aneka sayur dan buah pada gunungan tersebut. Meski demikian,

doa pemuka dalam nyadran agung itu tetap berlanjut hingga selesai.

Warga Kecamatan Wates, Setiono, mengatakan bersemangat ikut berebut

isi gunungan dan mendapatkan kain batik serta beberapa sayur mayur.

"Sebelum kehabisan saya ikut karena ini kan hanya sekali setahun,"

katanya.

Antusiasme warga ini sudah terlihat sejak pagi sebelum arak-arakan

kirab gunungan dimulai dari Gedung Kesenian hingga Alun-alun wates.

Selain gunungan dari desa budaya, rangkaian arak-arakan gunungan juga

dari perwakilan SKPD Kulonprogoyang memulai startnya dari Gedung DPRD.



Lepas siang, begitu arak-arakan kirab gunungan yang membawa serta

ogoh-ogoh di barisan depan itu tiba di Alun-alun Wates, warga telah

berkerumun menyambutnya.

Begitu semua rombongan kirab sampai di alun-alun, serangkaian sambutan

dan doa pun dimulai. Sementara warga yang menunggu semakin mendekat ke

gunungan untuk ikut berebut aneka sayur, buah dan makanan tradisional

pada gunungan itu.

Bupati Kulonprogo, Hasto Wardoyo, mengatakan Nyadran Agung sebagai

tradisi penghormatan leluhur oleh semua orang beragama.

Dalam acara itu, masyarakat sekaligus melakukan silaturahmi. Tidak

hanya masyarakat di Kulonprogo, mereka yang merantau pun memilih

pulang kampung dan ikut hadir dalam tradisi tersebut.

"Saya justru senang melihat warga bersemangat. Kalau warga apatis

malah sedih gunungan tidak ada yang menyambut," kata Hasto.

Dia pun memaklumi ketika warga buru-buru menyerbu gunungan itu. Hasto

mengaku tersentuh karena meski isinya sederhana, sayur mayur dan aneka

buah pada gunungan itu berarti bagi warga.( Tribunjogja.com)
Share:

Hasil Lelang Dua Batu Akik Bupati Kulonprogo Dipakai Bedah Rumah Warga Miskin

TRIBUNNEWS.COM, KULONPROGO- Sebanyak dua dari lima batu akikBupati

Kulonprogo, Hasto Wardoyo, terjual dalam lelang di pameran gazebo

depan rumah dinas bupati. Uang hasil lelang bakal dipakai untuk bedah

rumahwarga tak mampu.

"Hasil lelang untuk membantu bedah rumah warga miskin," kata ketua

panitia pameran akik, Fajar Gegana kepada Tribun Jogja, Minggu

(14/6/2015).

Batu yang terjual di lelang tersebut bermotif gebleg renteng dan

junjung derajat. Batu akik pertama mencapai harga tertinggi Rp 3,1

juta, sedangkan batu kedua dihargai Rp 3 juta. Tiga batu akiklainnya

yakni lavender, sulaiman dan pancawarna belum terjual.

Ada 25 perajin akik dari Kulonprogoterlibat dalam pameran tersebut.

Pameran sengaja bertempat di rumah dinas bupati untuk menarik

perhatian warga yang saat itu sedang menunggu kirab nyadran agung di

alun-alun Wates.

Selain itu, Fajar menambahkan, pameran digelar untuk mengangkat pamor

berbagai batu akikasli Kulonprogoyang selama ini sebenarnya tidak

kalah kualitasnya dari daerah lain.

Menurut dia, bebatuan Kulonprogotidak hanya diolah menjadi akik, tapi

juga sebagai perhiasan gelang, cenderamata, dan kalung. Jenis batu

akikyang menonjol di Kulonprogoadalah pancawarna dan lavender.

"Masyarakat juga dapat melakukan jual beli di pameran ini.

Transaksinya bisa mencapai Rp 15 juta per hari," katanya.

Jumbadi, asal Jakarta, menyempatkan datang ke pameran itu. Dia

mengakui bebatuan akik di Kulonprogotidak kalah kualitasnya dari

daerah lain. "Kebetulan mudik, jadi saya sempatkan datang bisa beli

akik Kulonprogo," katanya.
Share:

Sepuluh Desa Budaya Ikuti Festival

KULONPROGO ( KRjogja.com)- Sepuluh Desa Budaya di Kabupaten Kulonprogo

ikuti Festival Upacara Adat Antar Desa Budaya Tahun 2015, di Gedung

Kesenian, Sabtu (13/6/2015). Kesepuluh Desa Budaya adalah Desa

Sukoreno, Jatimulyo, Pagerharjo, Glagah, Sidorejo, Banjarharjo,

Hargomulyo, Tanjungharjo, Sendangsari dan Brosot.

Dikatakan Kabid Kebudayaan Disbudparpora Kulonprogo Joko Mursito SSn

MA, festival desa budaya ini merupakan bagian penting bagi

pengembangan kebudayaan dalam ranah keistimewaan. Juga menjadi salah

satu indikator keberhasilan bagi pemangku kebudayaan di desa-desa

budaya tersebut.

"Yang dinilai diantaranya kemasan, kreativitas, serta pelestariannya.

Bagaimana suatu desa budaya tersebut dapat mengemas upacara adat

menjadi menarik dan mampu menjadi daya tarik wisata juga," ujar Joko

sambil menambahkan satu peserta terdiri 100 orang, sehingga seluruh

peserta adalah sekitar seribuan orang.

Juri terdiri RM Donny S Megananda SSi dari Paku Alaman, Wardoyo dari

Dinas Kebudayaan DIY, Imam Syafei dari Dewan Kebudayaan Kulonprogo,

Purwamadi dari Pengawas Pendampingan, Indra Tranggono dari Budayawan,

Joko Budiarto dari Pers, serta Drs H Muh Irsam dari Ustad dan

Budayawan.(Wid
Share:

Archive

Breaking News

Wikipedia

Search results