Tourist knows Yogyakarta Indonesia

Top reviews

Wednesday, September 9, 2015

Warga Penolak Bandara Kulonprogo Gelar Kirab Hasil Panen Dari Lahan Calon Bandara

Bisnis.com, KULONPROGO – Paguyuban warga penolak pembangunan bandara,

Wahana Tri Tunggal (WTT) menggelar hari jadi ke 3 di Dusun Kragon II,

Desa Palihan, Rabu (9/9/2015). Dalam perayaan itu, warga WTT masih

akan tetap memperjuangkan dibatalkannya pembangunan bandara.



Hari jadi tersebut digelar dengan konvoi dan mengarak gunungan hasil

bumi ke wilayah empat desa yang akan dijadikan lokasi pembangunan

bandara. Menurut Ketua WTT Martono di sela acara ulang tahun,

gunungan yang diarak itu mewakili hasil bumi yang selama ini dipanen

oleh petani pesisir.



"Hasil bumi itu menegaskan bahwa tanah di wilayah ini masih produktif

dan merupakan satu-satunya mata pencaharian warga kami," papar

Martono.



Dihadapan warga, Martono juga mengungkapkan syukur dengan ditolaknya

IPL Bandara dari Gubernur DIY oleh PTUN Yogyakarta beberapa waktu

lalu. Hal itu dianggap menjadi kemenangan pertama warga WTT. Selain

itu, bersama sekitar 400 warga yang bergumpulkan merayakan hari jadi

tersebut, juga disyukuri atas hasil panen yang melimpah di tahun ini.



Selain tetap berupaya melakukan gerakan penolakan terhadap rencana

pembangunan bandara, WTT akan terus berusaha memperjuangkannya di

ranah hukum. Martono memaparkan, terkait upaya pengajuan judicial

review terhadap perda RTRW Kulonprogo ke Mahkamah Agung, dirinya tetap

optimis.



"Apabila judicial review kalah, kami akan tetap ajukan PK ," ujar Martono.



Sementara itu, Kepala Departemen Advokasi LBH Yogyakarta Rizky

Fatahillah menambahkan, perayaan hari jadi tersebut adalah momentum

bagi WTT untuk menjaga konsolidasi. Terutama dalam berjuang melawan

perampasan tanah yang akan digunakan sebagai bandara baru.



"Terkait PK, bisa saja itu dilakukan. Kami akan lihat dulu seperti apa

keputusananya," imbuh Rizky.

Apps Bisnis.com available on:

Editor : Nina Atmasari
Share:

PENCURIAN KULONPROGO 2 Kambing Kurban Digondol Maling

Harianjogja.com, KULONPROGO- Untoro, seorang peternak kambing harus

merelakan dua ekor kambing yang sudah dibeli untuk kurban dicuri

kawanan pencuri, Rabu (9/9/2015) dini hari. Kambing-kambing tersebut

telah laku terjual dan siap diambil pemiliknya menjelang Idul Adha.



"Ada dua yang dicuri dan kejadiannya sekitar jam 03.00 WIB. Tadinya

kambing yang ada di kandang ini 18 ekor," ujar Untoro saat ditemui

dirumahnya di Dusun Kemiri, Desa Margosari, Pengasih.



Untoro mengatakan, saat kejadian dirinya tidak mendengar suara gaduh

ataupun suara kambingnya mengembik. Padahal, saat itu dia sedang tidur

di sebuah gardu ronda yang hanya berjarak sepuluh meter dari kandang

kambing. Setelah satu jam, dia mendengar istrinya berteriak dan suara

gas sepeda motor.



"Saya bangun mendengar orang menyalakan sepeda motor, lalu buru-buru

kabur. Ada dua motor dan langsung saya kejar, tapi langsung

menghilang," ungkap Untoro.



Untoro mengungkapkan, dua kambing tersebut sudah dilego dengan harga

Rp2,5 juta dan Rp3 juta. Bahkan, Untoro sudah menerima uang muka untuk

dua ekor kambing tersebut. Akibat kejadian tersebut, dirinya terpaksa

akan mengganti kambing yang telah dipesan itu dengan kambing lainnya.



Lebih lanjut Untoro mengaku ada yang janggal dari kejadian tersebut.

Pasalnya, dia sama sekali tidak mendengar suara gaduh dan suara

kambingnya saat kejadian itu terjadi.



"Saya heran, kok, tidak ada suara gaduh, bahkan kambingnya juga tidak

bersuara. Padahal, saya cuma tidur di gardu depan rumah. Mungkin

pelakunya sudah tahu daerah sini," ungkap Untoro.



Tri Sunaryati, istri Untoro, mengaku sempat mendengar suara dua sepeda

motor di dekat kandang. Pasalnya, pada jam 03.00 dini hari itu,

dirinya terbangun. Saat curiga dengan suara tersebut, Tri langsung

berusaha membangunkan suaminya.



"Tapi orangnya sudah kabur dan kandangnya sudah kosong," imbuh Tri.



Kejadian tersebut telah dilaporkan ke Polsek Pengasih. Keesokan

paginya petugas melakukan olah tempat kejadian perkara. Menjelang

perayaan Idul Adha atau Hari Raya Kurban, kejadian pencurian hewan

kurban mulai marak terjadi. Untuk itu, polisi mengimbau agar

mewaspadai terjadinya pencurian semacam itu.

Editor: Mediani Dyah Natalia | dalam: Kulon Progo |
Share:

Belasan Warga Diamankan Saat Judi Sabung Ayam

harianjogja.com, KULONPROGO – Belasan orang diamankan polisi Polres

Kulonprogo karena diduga terlibat tindak pidana perjudian sabung ayam

di Dusun Kutan, Desa Brosot, Galur, Rabu (9/9/2015). Saat

penggebregan, setidaknya ada puluhan orang yang berada di lokasi

kejadian, namun sebagian besar berhasil kabur.



Sebanyak 17 orang diduga pelaku judi sabung ayam digelandang ke

Mapolres Kulonprogo beserta sejumlah barang bukti. Polisi berhasil

mengamankan 21 unit sepeda motor, dua unit sepeda, satu unit truk dan

enam ekor ayam yang digunakan untuk judi.



Berdasarkan informasi yang dihimpun saat pemeriksaan pelaku, diduga

tempat kejadian perkara (TKP) perjudian itu dilakukan di rumah salah

satu anggota TNI. Saat penggerebegan berlangsung, semua warga yang

berada di lokasi berhamburan, bahkan salah satu pelaku mengompol

karena ketakutan saat polisi datang.



Kasat Reskrim Polres Kulonprogo AKP Anton mengatakan, penggerebakan

itu bermula dari laporan warga setempat. Warga melaporkan adanya

aktifitas perjudian yakni sabung ayam di RT 06 RW 02 Dusun Kutan.

Bermula dari laporan itu, sejumlah anggota dari Satuan Reskrim dan

Sabhara langsung meluncur ke lokasi tersebut.



"Ada 17 orang yang kami amankan dan belum bisa dipastikan karena masih

dalam pemeriksaan, apakah mereka ini tersangka semua atau ada yang

tidak. Penggerebekan tadi sekitar pukul 13.00 WIB," ujar Anton.



Anton memaparkan, apabila terbukti melakukan tindak pidana perjudian,

maka para pelaku akan dikenai Pasal 303 KUHP tentang perjudian.

Ancaman hukuman maksimal sepuluh tahun penjara, denda Rp25 juta.

Adanya keterlibatan anggota TNI sebagai pemilik rumah yang menjadi

lokasi perjudian, masih akan dikaji mendalam.



"Apabila ada oknum TNI yang terlibat dan terbukti menyediakan tempat

perjudian, penangananya akan langsung dilimpahkan ke Polisi Militer,"

jelas Anton.



Tujiya, 50, salah satu warga yang diamankan mengaku sering datang ke

lokasi perjudian itu. Biasanya pria yang sehari-hari bekerja sebagai

juru kunci Makam Pereng ini hanya memasang taruhan sebesar Rp25.000

sampai Rp50.000. Dia berkilah, aktifitas itu hanya perjudian dengan

taruhan kecil,



Namun, saat kejadian Tujiya mengaku membawa uang sebesar Rp5 juta. Dia

mengungkapkan, uang tersebut akan dibelanjakan material semen untuk

keperluan pembangunan rumahnya.



"Tapi tadi belum sempat tarung, polisi datang," kata Tujiya.

Editor: Mediani Dyah Natalia | dalam: Kulon Progo |
Share:

Ombak Tinggi, Nelayan Kulonprogo Libur Melaut

KULONROGO ( KRjogja.com) -Para nelayan di pesisir selatan Kulonprogo

terpaksa libur melaut lantaran ketinggian gelombang mencapai 6-8

meter. Jika dipaksakan, ketinggian gelombang saat ini justru akan

membahayakan para nelayan.

Anggota Kelompok Nelayan Bogowonto, Johan Susanto menyampaikan,

ketinggian gelombang yang mencapai delapan meter ini sudah terjadi

sejak Senin (7/9/2015). Diperkirakan, kondisi ini akan berlangsung

hingga sepekan ke depan.



"Kami sudah diminta untuk tidak melaut karena kondisi gelombang sedang

tidak bersahabat. Diperkirakan, tinggi gelombang akan kembali normal

satu pekan ke depan," kata Johan, saat ditemui di pesisir Pantai

Congot, Selasa (08/09/2015).

Akibat ketinggian gelombang ini, lanjutnya, para nelayan mengalami

kerugian karena tidak bisa mencari nafkah untuk keluarga. Padahal saat

melaut, mereka bisa membawa pulang tangkapan sekitar satu kuintal,

dengan nilai mencapai Rp 3 juta. "Saat ini, pantai selatan Kulonprogo

sedang musim ikan pari dan lobster. Sebelum ada gelombang tinggi, kami

bisa menangkap 8-10 ekor ikan pari ukuran besar, juga mengangkap 3-5

kilogram lobster," jelasnya.(Unt)



Lihat arsip:

http://kwkp.blogspot.com
Share:

Tuesday, September 8, 2015

Ombak Tinggi Halangi Nafkah Nelayan Kulonprogo


Perahu nelayan menganggur akibat ombak tinggi (Foto: KR Jogja)

Perahu nelayan menganggur akibat ombak tinggi (Foto: KR Jogja)

KULONPROGO – Para nelayan di pesisir selatan Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), terpaksa libur melaut lantaran ketinggian gelombang mencapai enam hingga delapan meter. Jika dipaksakan, ketinggian gelombang saat ini justru akan membahayakan para nelayan.

Anggota Kelompok Nelayan Bogowonto, Johan Susanto menyampaikan, ketinggian gelombang yang mencapai delapan meter ini sudah terjadi sejak Senin, 7 September. Diperkirakan, kondisi ini akan berlangsung hingga sepekan ke depan.

"Kami sudah diminta untuk tidak melaut karena kondisi gelombang sedang tidak bersahabat. Diperkirakan, tinggi gelombang akan kembali normal satu pekan ke depan," kata Johan, saat ditemui di pesisir Pantai Congot, Selasa, 8 September.

Akibat ketinggian gelombang ini, lanjutnya, para nelayan mengalami kerugian karena tidak bisa mencari nafkah untuk keluarga. Padahal saat melaut, mereka bisa membawa pulang tangkapan sekitar satu kuintal, dengan nilai mencapai Rp3 juta.

"Saat ini, pantai selatan Kulonprogo sedang musim ikan pari dan lobster. Sebelum ada gelombang tinggi, kami bisa menangkap delapan hingga 10 ekor ikan pari ukuran besar, juga mengangkap tiga sampai lima kilogram lobster," jelasnya.

(rtw)
Share:

Monday, September 7, 2015

PENGELOLAAN SAMPAH : Sempat Ditolak Warga, Kini Layani 700 Keluarga

Harianjogja.com, KULONPROGO-Sampurna Asih adalah KSM pengelola sampah

pertama di Kulonprogo. Sejumlah warga setempat merintisnya sejak 2011

silam. Setelah resmi beroperasi pada Maret 2012, KSM Sampurna Asih

saat ini telah melayani lebih dari 700 kepala keluarga (KK) di wilayah

Kecamatan Pengasih dan Wates.



Penggalan sejarah KSM Sampurna Asih itu disampaikan Suryono kepada

Harian Jogja, Sabtu (5/9/2015) pagi. Dia baru saja selesai

mengumpulkan sampah dari beberapa anggota di sekitar Dayakan.



"Pengelolaan sampah itu syarat dengan ibadah. Menyadarkan masyarakat

tidak semudah membalikkan telapak tangan," tutur Suryono sembari

mengajak Harian Jogja menuju ruang sekretariat KSM Sampurna Asih.



Suryono adalah Ketua II KSM Sampurna Asih. Merasa khawatir tidak bisa

memberikan informasi lengkap, dia pun menelepon Ketua I, Sudjendro.

"Dulu kita satu-satunya di Kulonprogo. Iurannya cuma Rp10.000 per

bulan. Kalau sekarang naik jadi Rp15.000," ucap Suryono.



Sembari menunggu Sudjendro, Suryono meneruskan ceritanya. Bagi dia,

membesarkan KSM Sampurna Asih adalah perjuangan besar. "Awal mau

membuat kelompok, kami ditarget harus punya anggota 250 orang dalam

tiga bulan. Padahal waktu itu baru ada 90 orang," papar dia.



Belum lama Suryono bercerita, Sudjendro datang. Dia langsung

bersemangat memaparkan kisah suka duka KSM Sampurna Asih. "Bangunan

pusat pengelolaan sampah sudah berdiri sejak Juli 2011, lalu Agustus

kami bentuk pengurus dan segera sosialisasi kepada masyarakat,"

ujarnya.



Biaya operasional awalnya lebih banyak ditanggung pengurus, termasuk

uang bensin. Mereka juga sempat ditentang warga pada tiga bulan

pertama. "Ada tetangga yang tidak suka karena katanya bikin bau dan

mengganggu. Kami lalu didatangi Ombudsman tapi ternyata itu tidak

terbukti," kata Sudjendro.



Menurut pensiunan berusia 67 tahun ini, saat itu masyarakat setempat

memang belum mengerti cara mengelola sampah. Wajar jika mereka

khawatir dengan keberadaan KSM yang dianggap serupa dengan tempat

pembuangan sementara (TPS).



Sekarang pun, masyarakat belum bisa memisahkan sampah menjadi tiga,

yaitu sampah organik, kertas, dan plastik. Padahal jika itu dilakukan,

beban petugas kebersihan bisa berkurang. "Tempat sampahnya sudah

dibuat terpisah tapi membuangnya ya sama saja. Memang masih butuh

waktu," tukas Sudjendro.



Setiap Senin hingga Jumat, pemilahan sampah menjadi kegiatan utama.

Selanjutnya pada hari Sabtu, mereka mengolah sampah organik menjadi

pupuk kompos. Namun, pupuk kompos yang dihasilkan kebanyakan juga

diambil para anggota secara cuma-cuma.



"Kalau ada yang mau beli juga boleh. Harganya Rp800 per kilogram.

Khusus anggota kami bebaskan. Biar mereka tahu kalau sampah bisa

diolah dan jadi bermanfaat," ungkapnya.



Senada dengan Suryono, menjadi pengurus KSM Sampurna Asih adalah

ibadah bagi Sudjendro. Mereka tidak dibayar sepeser pun. Hasil

penjualan sampah yang telah dipilah dan iuran anggota memang hanya

cukup untuk membayar honor delapan pekerja pengambil sampah dan

sejumlah biaya operasional lain. "Tekad kami ingin mengabdikan diri,"

ungkapnya kemudian.



Lihat arsip:

http://kwkp.blogspot.com
Share:

APBD KULONPROGO : Terpengaruh Megaproyek, Pendapatan Daerah Turun Rp33 Miliar

Harianjogja.com, KULONPROGO-Pendapatan daerah dalam APBD Perubahan

Kabupaten Kulonprogo 2015 diperkirakan turun sekitar Rp33 miliar. Jika

pada APBD murni mencapai Rp1,242 triliun, pendapatan pada APBD

Perubahan direncanakan sebesar Rp1,209 triliun.



Hal itu diungkapkan Bupati Kulonprogo, Hasto Wardoyo pada rapat

paripurna dengan agenda penyampaian Rancangan Kebijakan Umum Perubahan

Anggaran dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (KUPA-PPAS) 2015 di

gedung DPRD Kulonprogo, Jumat (4/9/2015).



Dia lalu mengungkapkan, hal sebaliknya terjadi pada rencana belanja

daerah. Jika pada APBD murni direncanakan sekitar Rp1,306 triliun,

belanja daerah pada APBD Perubahan menjadi Rp1,340 triliun.



Menurut Hasto, peningkatan belanja daerah diperlukan untuk mempercepat

pencapaian target kinerja daerah. Hal itu juga merupakan konsekuensi

kekurangan anggaran pada APBD murni.



"Sisa lebih penggunaan anggaran tahun sebelumnya kami rencanakan untuk

memenuhi defisit anggaran yang mencapai sekitar Rp66,224 miliar," kata

Hasto menjelaskan, seperti yang dirilis Humas Sekretariat DPRD

Kulonprogo, Jumat sore.



Hasto memaparkan, ada beberapa faktor yang memengaruhi pendapatan dan

belanja tahun ini. Di antaranya, perubahan realisasi investasi mega

proyek berupa pembangunan bandara baru, pabrik pasir besi, dan kawasan

industri di Sentolo. "Beberapa kondisi itu berakibat pada perubahan

pendapatan retribusi dan pajak daerah," ujarnya.



Hasto menambahkan, perubahan kebijakan tarif BPJS Kesehatan pada Pusat

Pelayanan Kesehatan (PPK), khususnya di RSUD Wates, juga menyebabkan

ada perubahan pada besar pendapatan daerah.



"Ada kondisi insidental yang membutuhkan konsekuensi penyediaan

anggaran, tapi ternyata belum tersedia pada APBD 2015," tutur Hasto

kemudian.



Lihat arsip:

http://kwkp.blogspot.com
Share:

Kulonprogo Gelar Uji Coba Tinju Porda

WATES ( KRjogja.com)- Untuk mematangkan persiapan sebelum berlaga di

ajang Pekan Olahraga Daaerah (Porda) DIY 2015, atlet tinju Kulonprogo

melakukan pertarungan uji tanding dengan para petinju amatir dari

beberapa sasana tinju di Jawa Tengah.



Menurut pelatih tinju Kulonprogo, Ferry Kuahaty, pertarungan uji

tanding ini merupakan persiapan terakhir sebelum para petinju berlaga

di Porda. Sebanyak 10 petinju Kulonprogo melakukan pertarungan uji

tanding dengan petinju amatir dari Bantul, Sragen, Kebumen, Solo dan

Magelang.



"Uji tanding bersama ini untuk meningkatkan dan mengukur kemampuan

atlet sebelum berlaga di Porda. Selain itu untuk menambah jam terbang

para atlet dan meningkatkan mental saat bertanding," kata Ferry di

Alun-alun Wates, Minggu (6/9).



Ia menambahkan, untuk memeriahkan pertarungan uji coba ini juga

dilakukan peluncuran Senam Kreasi Tinju Bela Beli Kulonprogo yang

mengombinasikan antara olahraga senam dengan tinju. Launching

dilakukan oleh Bupati Kulonprogo, dr H Hasto Wardoyo SpOG(K). "Tinju

merupakan olahraga hiburan yang dapat dinikmati oleh berbagai

kalangan. Sehingga untuk menarik minat masyarakat kami ciptakan senam

kreasi tinju," jelasnya.(*-32)



Lihat arsip:

http://kwkp.blogspot.com
Share:

NAMA UNIK : Warga Kulonprogo Bernama “Nama”, Sering Terlewat saat Diabsen Guru

Harianjogja.com, KULONPROGO- Setelah Tuhan, Saiton dan Andy Go To

School, nama unik lainnya muncul dari Dusun Salam, Desa Salamrejo,

Kecamatan Sentolo. "Nama saya, Nama," itulah perkenalan awal yang

cukup membingungkan saat ditemui di rumahnya, Minggu (6/9/2015).



Kedatangan beberapa awak media ke kediamannya yang sederhana itu

langsung membuatnya bertanya-tanya. Nama tidak pernah menyangka,

namanya menjadi perbincangan hangat di salah satu akun media sosial

Kulonprogo. Dia bahkan tidak mengetahui, jika kartu tanda penduduknya

telah diunggah oleh beberapa orang di media sosial.



Sehari-harinya, Nama berdagang beras di Pasar Gawok, Wates. Dari sana

juga awalnya dirinya mengaku diberitahu seorang langganan tentang

namanya mendadak terkenal di media sosial. "Saya kaget diberitahu

begitu, tadinya juga tidak percaya. Lalu saya ditunjukkan sama

pelanggan," ujarnya santai.



Nama mengaku, sebelumnya juga tidak mengetahui adanya fenomena

nama-nama unik yang sedang hangat diperbincangkan media massa dan

media sosial. Saking banyak orang yang penasaran di media sosial,

tidak jarang ada orang yang iseng mendatangi kediaman bapak dua anak

itu hanya untuk memastikan keaslian namanya.



Lebih lanjut Nama mengungkapkan, tidak pernah tahu alasan kedua

orangtuanya memberikan nama tersebut. Selama ini, yang diketahuinya

namanya itu hanya sekedar nama yang tidak ada arti khusus. Namun,

Aminah, istri Nama menjelaskan, pernah menanyakan arti pemberian nama

suaminya itu kepada ibu mertuanya.



Aminah mengaku, sejak duduk dibangku sekolah menengah pertama (SMP)

dirinya sudah menjalin hubungan dengan suaminya itu. Karena penasaran

dengan nama orang yang dinikahinya itu, Aminah mencoba menanyakannya.

"Kata ibu [mertua], nama suami saya itu waktu lahir dikasih nama

Tekad. Tetapi karena sering sakit-sakitan, akhirnya diganti namanya

dengan Nama. Hanya begitu saja bilangnya," papar Aminah.



Selama menyandang nama "Nama", ada beberapa pengalaman unik yang

dialaminya. Nama mengisahkan, saat itu dirinya duduk di bangku sekolah

dasar. Daftar presensi siswa selalu diawali dengan nomor dan nama.

Lantaran Nama mendapatkan nomor urut pertama, gurunya selalu tidak

menyebutkan namanya saat diabsen.



"Akhirnya, waktu naik kelas tiga, nomor urut absen saya dipindah ke

tengah agar bisa terbaca guru saat diabsen," kisahnya sambil menahan

tawa geli.



Tidak hanya guru dan teman-teman semasa sekolahnya yang heran dan

merasa lucu dengan nama Nama. Bahkan, ketika mengurus surat-surat ke

kantor pemerintahan desa, namanya seringkali mengundang tawa geli

sebagian perangkat desa. Ketika ada operasi kendaraan pun, SIM C

miliknya juga tak jarang membuat polisi yang memeriksanya tersenyum

menahan tawa.



Pengalaman unik juga dirasakan putra sulung Nama, Wahyu Nugroho, 20.

Wahyu menuturkan, nama ayahnya itu sering menjadi bahan lelucon

teman-temannya. "Saat ditanya nama bapak siapa, lalu saya jawab Nama.

Semua teman-teman saya tertawa. Meski saya ulang menyebutnya, juga

kadang tidak ada yang percaya. Mau bagaimana lagi, namanya memang

Nama," celetuk Wahyu.



Meski namanya dianggap unik, namun bapak dua anak ini tidak merasa

spesial dengan namanya. Laki-laki kelahiran 5 Mei 1974 ini, tetap

menjalani aktifitasnya sebagai pedagang beras dari pasar ke pasar.

Meski pelanggannya bertanya-tanya tentang namanya, dia pun hanya

menjawab singkat.



"Mau bagaimana lagi, nama saya memang Nama. Dan itu pemberian orang

tua dari kecil," pungkas Nama singkat.





Lihat arsip:

http://kwkp.blogspot.com
Share:

Saturday, September 5, 2015

Kampung Jagal di Sukoreno Kulonprogo

Bisnis,com, KULONPROGO-Desa Sukoreno, Kecamatan Sentolo, Kulonprogo

dikenal sebagai Kampung Jagalan sejak tahun 1990. Sebab di kampung

ini, warga setempat punya pekerjaan musiman sebagai tenaga penyembelih

sapi setiap perayaan hari raya Idul Adha. Jumlahnya kemudian semakin

bertambah hingga mencapai ratusan seiring banyaknya permintaan dari

masyarakat. Wilayah itu kemudian terkenal dengan sebutan Kampung

Jagal.



Salah satu tukang jagal musiman di sana bernama Suwartono. Dia

memulai pekerjaan itu sejak 1997 silam. "Awalnya cuma ikut-ikutan

teman lalu jadi bisa dan biasa," kata warga Dusun Banggan, Desa

Sukoreno, Jumat (4/9/2015).



Lelaki berusia 50 tahun tersebut sehari-hari berjualan beras dan

ternak ayam. Namun, setiap menjelang Idul Adha, dia bersiap

menyumbangkan tenaganya untuk menyembelih sapi. "Persiapannya cuma

mengasah pedang, pisau kecil, dan menyiapkan tambang," ucapnya.



Suwartono mengaku tidak pernah mengalami kendala berarti selama ini.

Modal utamanya adalah tidak ragu-ragu atau merasa takut ketika

menyembelih hewan kurban. "Belum pernah ada sapi yang sampai berontak.

Jika tidak dikasari, sapi itu juga bakal jinak," ujar Suwartono.



Suwartono dan kawan- kawan punya seorang koordinator bernama Olan

Suparlan. Rupanya, juragan sapi ini sengaja menyediakan tukang jagal

sebagai fasilitas khusus untuk para pelanggannya. "Awalnya ada pembeli

dari kota yang minta tenaga penyembelih. Dulu cuma 10 orang lalu

lama-lama semakin banyak," ungkap Olan.



Olan memaparkan, setiap tahun dia bisa menyebarkan setidaknya 100

tukang jagal ke sekitar wilayah Kulonprogo, Jogja, Sleman, dan Bantul.

Mereka dibagi menjadi beberapa kelompok dan diantar ke masing-masing

lokasi penugasan pada pagi hari. Satu kelompok minimal terdiri dari

dua orang, tergantung jumlah sapi yang akan disembelih. "Jangkauan

wilayahnya memang tidak bisa terlalu jauh karena takut malah

kesiangan. Nanti setelah selesai, siangnya tenaga penyembelihnya

dijemput pulang," tuturnya.



Saat ini, tukang jagal di Sukoreno tersebar di delapan dusun. Tiga

hari sebelum Idul Adha, Olan akan mengumpulkan mereka untuk pembagian

kelompok dan diberikan pengarahan. "Mereka juga dapat pelatihan tata

cara penyemb elihan, termasuk apa doanya dan bagaimana cara merobohkan

sapi," papar warga Dusun Blimbing, Desa Sukoreno ini.



Editor : Mediani Dyah Natalia



Lihat arsip:

http://kwkp.blogspot.com
Share:

Archive

Breaking News

Wikipedia

Search results