Tourist knows Yogyakarta Indonesia

Top reviews

Monday, September 7, 2015

PENGELOLAAN SAMPAH : Sempat Ditolak Warga, Kini Layani 700 Keluarga

Harianjogja.com, KULONPROGO-Sampurna Asih adalah KSM pengelola sampah

pertama di Kulonprogo. Sejumlah warga setempat merintisnya sejak 2011

silam. Setelah resmi beroperasi pada Maret 2012, KSM Sampurna Asih

saat ini telah melayani lebih dari 700 kepala keluarga (KK) di wilayah

Kecamatan Pengasih dan Wates.



Penggalan sejarah KSM Sampurna Asih itu disampaikan Suryono kepada

Harian Jogja, Sabtu (5/9/2015) pagi. Dia baru saja selesai

mengumpulkan sampah dari beberapa anggota di sekitar Dayakan.



"Pengelolaan sampah itu syarat dengan ibadah. Menyadarkan masyarakat

tidak semudah membalikkan telapak tangan," tutur Suryono sembari

mengajak Harian Jogja menuju ruang sekretariat KSM Sampurna Asih.



Suryono adalah Ketua II KSM Sampurna Asih. Merasa khawatir tidak bisa

memberikan informasi lengkap, dia pun menelepon Ketua I, Sudjendro.

"Dulu kita satu-satunya di Kulonprogo. Iurannya cuma Rp10.000 per

bulan. Kalau sekarang naik jadi Rp15.000," ucap Suryono.



Sembari menunggu Sudjendro, Suryono meneruskan ceritanya. Bagi dia,

membesarkan KSM Sampurna Asih adalah perjuangan besar. "Awal mau

membuat kelompok, kami ditarget harus punya anggota 250 orang dalam

tiga bulan. Padahal waktu itu baru ada 90 orang," papar dia.



Belum lama Suryono bercerita, Sudjendro datang. Dia langsung

bersemangat memaparkan kisah suka duka KSM Sampurna Asih. "Bangunan

pusat pengelolaan sampah sudah berdiri sejak Juli 2011, lalu Agustus

kami bentuk pengurus dan segera sosialisasi kepada masyarakat,"

ujarnya.



Biaya operasional awalnya lebih banyak ditanggung pengurus, termasuk

uang bensin. Mereka juga sempat ditentang warga pada tiga bulan

pertama. "Ada tetangga yang tidak suka karena katanya bikin bau dan

mengganggu. Kami lalu didatangi Ombudsman tapi ternyata itu tidak

terbukti," kata Sudjendro.



Menurut pensiunan berusia 67 tahun ini, saat itu masyarakat setempat

memang belum mengerti cara mengelola sampah. Wajar jika mereka

khawatir dengan keberadaan KSM yang dianggap serupa dengan tempat

pembuangan sementara (TPS).



Sekarang pun, masyarakat belum bisa memisahkan sampah menjadi tiga,

yaitu sampah organik, kertas, dan plastik. Padahal jika itu dilakukan,

beban petugas kebersihan bisa berkurang. "Tempat sampahnya sudah

dibuat terpisah tapi membuangnya ya sama saja. Memang masih butuh

waktu," tukas Sudjendro.



Setiap Senin hingga Jumat, pemilahan sampah menjadi kegiatan utama.

Selanjutnya pada hari Sabtu, mereka mengolah sampah organik menjadi

pupuk kompos. Namun, pupuk kompos yang dihasilkan kebanyakan juga

diambil para anggota secara cuma-cuma.



"Kalau ada yang mau beli juga boleh. Harganya Rp800 per kilogram.

Khusus anggota kami bebaskan. Biar mereka tahu kalau sampah bisa

diolah dan jadi bermanfaat," ungkapnya.



Senada dengan Suryono, menjadi pengurus KSM Sampurna Asih adalah

ibadah bagi Sudjendro. Mereka tidak dibayar sepeser pun. Hasil

penjualan sampah yang telah dipilah dan iuran anggota memang hanya

cukup untuk membayar honor delapan pekerja pengambil sampah dan

sejumlah biaya operasional lain. "Tekad kami ingin mengabdikan diri,"

ungkapnya kemudian.



Lihat arsip:

http://kwkp.blogspot.com
Share:

0 komentar:

Post a Comment

Archive

Breaking News

Wikipedia

Search results