Tourist knows Yogyakarta Indonesia

Top reviews

Friday, August 14, 2015

Kemudahan Berinvestasi, Tabungan Emas Pegadaian Diluncurkan

KULONPROGO ( KRjogja.com) -Tabungan Emas Pegadaian untuk area DIY

diluncurkan oleh Bupati Kulonprogo dr H Hasto Wardoyo SpOG(K) dengan

pengguntingan pita bersama dengan Inspektur Wilayah Semarang Sri Jati

Purwaningsih MM, di Gedung Kaca, Kamis (13/8/2015) sore. Tabungan Emas

merupakan layanan pembelian dan penjualan emas dengan fasilitas

titipan dengan harga yang terjangkau. Layanan ini memberikan kemudahan

kepada masyarakat untuk berinvestasi emas.



Peluncuran dilakukan di sela-sela seminar "Kiat Sukses UMKM Bersama

Pegadaian" yang dilaksanakan PT Pegadaian (Persero) Area Yogyakarta

kerjasama dengan Dinas Koperasi dan UMKM Kulonprogo. Kiat Sukses UMKM

disampaikan Yoeannie Astomo MBA seorang Praktisi & Motivator UMKM.

Sri Jati Purwaningsih MM menyampaikan, Pegadaian hadir di tengah

masyarakat, untuk mendorong produk UMKM mampu dan memberikan solusi

UMKM dalam mendapatkan permodalan. "UMKM merupakan pilar utama

masyarakat Indonesia. Maka tepat bila diberikan untuk tambahan wawasan

pada pelaku UMKM. Bagaimana memasarkan produk, ini tidak bisa lepas

dari bimbingan," katanya.



Sementara Bupati menyampaikan, peran UMKM sangat penting, dalam

mensejahterakan masyarkat. Untuk meningkatkan keberhasilan pekerjaan

atau kinerja, tergantung pada hati dan pikiran kita masing-masing.

"Jika semangat tinggi, anda tidak akan capek. Jika tidak kita hidupkan

hati, pikiran dan perasaan maka kita akan mudah capek," tandas

Hasto.(Wid)





Lihat arsip:

http://kwkp.blogspot.com, http://infokwkp.blogspot.com
Share:

Thursday, August 13, 2015

Rumah Kos di Kulonprogo Dikenai Pajak

TRIBUNJOGJA.COM, KULONPROGO -Pemerintah mulai menerapkan pajakuntuk

rumah kosdi wilayah Kulonprogo. Namun, secara tidak langsung kebijakan

ini juga membebani penghuni kos. Pasalnya, pengelola juga menerapkan

kenaikan tarif kosper bulannya.

Warga Sleman yang menghuni kosdi Wates, Rani, mengatakan sejak

penerapan pajakrumah kos, tarif kamar yang ditempatinya pun ikut naik.

Dia pun berencana pindah ke rumah koslain yang lebih murah.

Penerapan pajak kosini sesuai Perda No 6 Tahun 2011 tentang Pajak

Daerah mengatur tentang pajakdaerah. Di dalamnya menyinggung soal

pajakhotel, restaurant serta kos.

Berdasarkan UU No 28 Tahun 2009, rumah kosdikenai pajakjika jumlah

kamar yang disewakan lebih dari 10 unit. Dalam aturan ini dijelaskan

subjek pajaknya adalah pemilik rumah kos.

Rani berencana mencari tempat koslain yang tentu saja jumlah kamarnya

kurang dari 10 unit. Dengan demikian, harga sewanya diperkirakan akan

lebih murah dan tentu tidak terkena pajaksebagaimana diatur dalam

aturan tersebut.

"Seharusnya pemerintah Kulonprogo juga membuat perda khusus soal kos.

Di Sleman sudah ada, dan besaran pajaknya tidak sampai 10 persen,

tetapi 5 persen," katanya, Rabu (12/8/2015).



Penyewa kamar koslainnya, Kartika, mengatakan penerapan pajak

kosmembuat pengelola menaikkan tarif sewa. Keberatan tarif sewa

kosmenjadi lebih mahal, dia juga ingin segera pindah ke rumah koslain

yang lebih murah.

"Setahun kosdi Wates Rp 200 ribu per bulan. Tapi tiba-tiba naik

menjadi Rp 220 ribu per bulan. Beberapa teman lain juga pilih mencari

tempat lain," ujarnya.

Kabid Pajak Bumi dan Bangunan dan Biaya Perolehan Hak Atas Tanah dan

Bangunan PBB dan (BPHTB) DPPKA Kulonprogo, Budi Hartono, membenarkan

penerapan pajakrumah kostersebut.

Namun, menurutnya, bukan penghuni kosyang harus terbebani, melainkan

pemilik rumah kositu.

Kalau terjadi demikian mungkin hanya soal mekanisme pasarnya," tuturnya.

Saat ini pemkab Kulonprogo memang melakukan pendataan objek pajak. Hal

itu sebagai upaya meningkatkan pendapatan daerah. Kebijakan serupa

juga diterapkan pada pajakgolongan C.

Menurutnya, penambang yang ilegal pun dikenai pajaksebagai bagian dari

kontrol lingkungan.



Ketua Komisi I DPRD Kulonprogo, Suharto, berpendapat eksekutif

melakukan intensifikasi pajakkarena berdasarkan pencermatan KUA dan

PPAS APBD 2016, pendapatan bakal turun.

"Rumah kostermasuk menjadi sasaran penerapan kebijakan ini sesuai

perda," ujarnya.( Tribunjogja.com)





Lihat arsip:

http://kwkp.blogspot.com, http://infokwkp.blogspot.com
Share:

Siswa Berprestasi Kulonprogo akan ke Jerman

KULONPROGO ( KRjogja.com)- Dua siswa SMP dari Kabupaten Kulonprogo

berhasil meraih prestasi dalam ajang Olimpiade Olahraga Siswa Nasional

(O2SN). Keduanya,� Maryuweni Susetyorini siswa kelas 8 SMP N 1 Wates

meraih medali emas dari cabang karate dan akan dikirim ke Jerman,

sedangkan medali Perak diraih Muh Ikhsan Risaldi siswa kelas 9 SMP N 1

Panjatan melalui cabang Atletik. Sementara 4 peserta lain dari

Kulonprogo berhasil masuk 16 besar nasional.



Bupati dr H Hasto Wardoyo SpOG(K) bangga karena meskipun ditingkat DIY

prestasi olahraga Kabupaten Kulonprogo relatif dibawah, tapi dapat

meraih prestasi ditingkat nasional dan akan dikirim ke tingkat

internasional. "Prestai ini memberi satu warna, kita bisa berprestasi.

Tidak hanya untuk Kulonprogo, tapi mempersembahkan untuk DIY,"

ujarnya.



Kepala Dinas Pendidikan Kulonprogo, Drs H Sumarsana MSi menyampaikan

prestasi tersebut merupakan hasil O2SN di Makasar 2-7 Agustus 2015.

"Kita sifatnya rutinitas tahunan, melakukan pembinaan kepada siswa.

Tidak lepas dari Orang tua, KONI, Sekolah yang mendukung, dan adanya

kompetisi," kata Sumarsana saat bersama kedua siswa berprestasi,

kepala sekolah, ketua KONI, menghadap bupati dan wabup di rumah dinas

bupati, Kamis (13/08/2015).



Kepala Sekolah SMP N1 Wates, Suryono� bersyukur karena jika Weni maju

ke Jerman, berarti kedua kalinya SMP N 1 Wates dapat mengirimkan

siswanya ke tingkat internasional, setelah sebelumnya juga mengirim ke

Jepang pada lomba roket air.(Wid)



Lihat arsip:

http://kwkp.blogspot.com, http://infokwkp.blogspot.com
Share:

Wednesday, August 12, 2015

Dinsos Pindahkan Sumini ke Penampungan Sementara

KULONROGO ( KRjogja.com) - Penderitaan Sumini alias Sumarni (72),

lansia warga RT 05 RW 01 Pengasih Kulonprogo yang hidup sebatang kara

dan mengantungkan kebutuhan dari belas kasihan para tetangga, akhirnya

mendapat perhatian dari pemerintah, setelah dimuat di media massa.

Lansia sakit dan tak bisa berjalan tersebut kemudian dipindahkan ke

tempat penampungan sementara milik Dinas Sosial DIY.



Kepala Seksi Rehabilitasi, Pelayanan dan Sosial, Dinsosnakertran

Kulonprogo, Abdul Kahar mengungkapkan, beberapa waktu lalu pihaknya

sudah melihat kondisi Sumini di kediamannya dalam keadaan sehat dan

belum lumpuh seperti sekarang. Dinas kemudian meminta warga dan

keluarganya untuk mendaftarkan lansia tersebut ke Panti Jompo yang ada

di DIY.



"Karena di Panti Jompo harus ada pihak yang bertanggung jawab,

misalnya keluarga yang mendaftar dengan disertai syarat tertentu,

misalnya kondisi Mbah Sumini sehat dan mandiri," kata Abdul, usai

menengok Sumini di kediamannya bersama Dinas Sosial DIY, Selasa

(11/8/2015).



Saat ini, menurut Abdul, panti jompo yang ada di DIY memang sedang

dalam kondisi penuh. Pihaknya kemudian memutuskan memindahkan Sumini

ke tempat penampungan sementara, bekerjasama dengan Dinsos DIY.



"Mbah Sumini kami bawa ke Camp Assesment milik Dinas Sosial DIY di

Jalan Parangtritis, Sewon Bantul. Beliau akan dirawat di sana

sementara waktu, untuk kemudian dikembalikan ke keluarganya jika

keluarganya sudah dijemput," jelasnya.



Sementara itu, warga sekitar, Suwalgito mengaku lega atas tindakan

yang diambil dinas. Meski demikian, warga merasa belum puas karena

Sumini hanya dititipkan di tempat penampungan sementara.



"Kami khawatir, kalau nanti dijemput keluarganya, akan terlantar lagi.

Kami ingin, Mbah Sumini dibawa ke Panti Jompo langsung," tandasnya.

(Unt)
Share:

Tuesday, August 11, 2015

Ditelantarkan Keluarga, Sumini Diurus Warga

KULONPROGO ( KRjogja.com)- Sumini alias Sumarni (72), warga RT 05 RW

01 Dusun Pengasih, Kecamatan Pengasih Kulonprogo diduga ditelantarkan

keluarganya hingga hidup sebatang kara. Saat ini, semua kebutuhan

lansia tersebut dicukupi warga sekitar secara gotong-royong, mulai

dari makan, mandi, hingga membersihkan kediamannya.



Saat dikunjungi wartawan di kediamannya, Senin (10/08/2015), kondisi

Sumini sangat memprihatinkan. Ia hanya bisa tidur di lantai beralaskan

tikar tipis, dengan pakaian seadanya. Karena tak bisa berjalan, Sumini

harus merangkak atau menggulingkan badan jika ingin berpindah tempat,

hingga membuat punggungnya lecet.



Salah satu tetangga Sumini, Rini Kristanti (38) menyampaikan, dirinya

harus mengantar makanan untuk Sumini setiap hari. Karena alasan

kemanusiaan, belasan tetangganya juga gotong-royong mengurus lansia

tersebut dengan memandikannya setiap pekan. "Warga juga menyisihkan

uang untuk mencukupi kebutuhannya," kata Rini.



Warga lain, Suwalgito (57) menambahkan, sebenarnya Sumini masih punya

beberapa saudara yang tinggal di Panjatan Kulonprogo dan Jakarta.

Hanya saja, mereka tidak pernah datang menengok, melainkan hanya

bertanya kabar Sumini melalui ponsel. "Mereka bilang, tidak sanggup

mengurus dengan alasan Mbah Sumini orangnya rewel," sesalnya.



Berbagai upaya sebenarnya sudah dilakukan warga untuk menolong Sumini.

Menurut Ketua RT setempat, Bima K, warga pernah mendaftarkan Sumini ke

panti sosial melalui desa dan kecamatan, namun jawabannya selalu tidak

ada tempat karena penuh. Warga juga sudah berusaha menyarankan pihak

keluarga untuk membawa Sumini ke panti jompo, namun mereka keberatan

karena terkendala biaya.



"Kami berharap, Dinas Sosial bisa bertindak secepatnya untuk mengurus

Mbah Sumini. Beliau benar-benar membutuhkan perhatian pemerintah,"

tandasnya.(Unt)





Lihat arsip:

http://kwkp.blogspot.com, http://infokwkp.blogspot.com
Share:

Monday, August 10, 2015

Harga Melambung, Petani Cabai Raup Untung

KULONPROGO ( KRjogja-com)- Harga cabai yang terus melambung di pasaran

sejak beberapa pekan terakhir, mendatangkan keuntungan bagi para

petani. Apalagi, kualitas hasil panen mereka pada musim tanam ini

terbilang bagus, karena minim serangan hama saat musim kemarau.



Dijumpai di sawahnya, Dusun Bagungan Nomporejo Kecamatan Galur, Senin

(10/8/2015), salah satu petani Retno Suwarsih (46) menuturkan, hasil

panen cabai rawit merah miliknya dihargai cukup tinggi, yakni Rp

40.000 per kilogram. Padahal biasanya, hasil panen cabai rawit merah

hanya dihargai Rp 7.000 hingga Rp 15.000 per kilogram.



"Kalau pas tinggi, bisa sampai Rp 50.000 per kilogram," kata Retno.

Retno menyampaikan, angka Rp 40.000 per kilogram tersebut merupakan

harga hasil panen pada petik pertama. Dimungkinkan, masa petik

selanjutnya, harga cabai akan terus meningkat.



"Kami petik cabai empat hari sekali. Dengan luasan sawah 25ru atau

sekitar 350m2, hasil panen sekali petik minimal 10 kilogram. Biasanya,

bisa sampai 15 kali petik dalam satu musim tanam," jelasnya.



Petani lain, Budi Ismanto (46) menyampaikan, selain dihargai tinggi,

kualitas hasil panen cabai pada musim tanam ini juga terbilang baik.

Sebab saat musim kemarau, tanaman cabai minim serangan hama.



"Kalau pas musim hujan, ada saja hama yang menyerang dan sulit

dikendalikan, mulai dari lalat buah hingga jamur. Sementara saat musim

kemarau, hamanya sedikit dan cenderung bisa diatasi," jelasnya.



Ia menuturkan, tanaman cabai miliknya dipanen dalam usia 110 hari atau

sekitar empat bulan. Saat musim kemarau, para petani harus rutin

menyirami tanaman mereka menggunakan mesin diesel.(Unt)



Lihat arsip:

http://kwkp.blogspot.com
Share:

Petani Kulon Progo manfaatkan sumur bor atasi kekurangan air

Kulon Progo, (ANTARA News) - Petani di Kecamatan Sentolo, Kabupaten

Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, memanfaatkan sumur bor untuk

mengatasi kekurangan air pada masa tanam ketiga.



Anggota Kelompok Tani Mulyo Gunungduk, Suprono, di Kulon Progo, Senin,

mengatakan dirinya sudah dua bulan menggunakan sumur bor untuk

mengairi tanaman padi pada masa tanam kedua (MT II) dan bawang merah

pada MT III.



"Pada pertengahan MT II, saluran irigasi Kalibawang dimatikan,

sehingga menyebabkan tanaman padi kekurangan air. Kemudian petani

seminggu sekali mengairi dengan sumur bor. 40 persen lahan di Bulak

Pesanggrahan memiliki sumur bor," katanya saat ditemui di Bulak

Pesanggrahan Desa Tuksono.



Ia mengatakan pada MT III ini dirinya dan petani menggunakan sumur bor

untuk menyiram tanaman cabai dan bawang merah. Dua tanaman ini

membutuhkan perawatan dan ketersediaan air yang cukup.



"Setiap MT III saluran irigasi tidak mengalir airnya. Kami membuat

sumur bor supaya kami tetap bisa bertanam," katanya.



Saat ini, kata dia, sebagian besar petani menanam cabai dan bawang

merah karena harganya sangat tinggi. Untuk bawang merah, petani bisa

melakukan tunda jual dua sampai tiga bulan hingga harganya tinggi.



"Harga bawang di tingkat petani sebesar Rp10 ribu dan cabai mulai dari

Rp35 ribu sampai Rp55 ribu per kg. Petani masih mendapat keuntungan

dan bisa digunakan untuk biaya tanam MT I," katanya.



Hal yang sama disampaikan Kelompok Tani Sidomaju Desa Tuksono

Mujirohman. Dirinya memanfaatkan sumur bor untuk menyirami tananam

cabainya.



"Setiap MT III, kami pasti memanfaatkan sumur bor. Kalau tidak, kami

tidak bisa menyirami tanaman cabai, bawang merah dan sayur-sayur

lainnya," kata dia.

Ia juga berharap Pemkab Kulon Progo memperbaiki jaringan irigasi yang

mengalami pendangkalan. Setiap awal MT II, tanaman padi terendam air

karena daya tampung irigasi tidak mampu.



"Banyak saluran irigasi yang mengalami pendangkalan dan rusak, tapi

pemkab tidak sigap mengatasi masalah ini," katanya.



Editor:Unggul Tri Ratomo



COPYRIGHT ©ANTARA2015
Share:

Kawasan Pendaratan Penyu di Pantai Trisik Kulonprogo Terancam Punah

TRIBUNJOGJA.COM, KULONPROGO -Jika pada 2006/2007 lalu kelompok

konservasi penyudapat menemukan tempat bertelur penyudi kawasan Pantai

Trisik hingga sebanyak 17 sarang, setahun terakhir ini hanya ditemukan

sekitar empat sarang.

Temuan hingga Mei lalu tersebut menunjukkan betapa habitat penyudi

kawasan pantai wilayah Trisik Galur Kulonprogo mulai terancam.

Akibatnya, jumlah penyuyang mendarat di kawasan pantai untuk bertelur

semakin berkurang.

Ketua Kelompok Konservasi Penyu Abadi, Jaka Samudra, menduga

menurunnya pendaratan penyuuntuk bertelur di kawasan tersebut karena

saat ini semakin banyak aktivitas yang mengancam habitat penyu. Dia

menyebut, salah satunya adalah maraknya tambak udang.



"Aktivitas di kawasan itu menjadi ancaman serius untuk konservasi

penyu. Masalahnya, penyutidak akan mau mendarat untuk bertelur di

sarangnya kalau ada aktivitas, kegaduhan, cahaya lampu. Penyu juga

sensitif asap rokok," kata Jaka Samudra, saat pelepasan tukik di

Pantai Trisik, Minggu (9/8/2015).



Tahun ini kelompok konservasi penyumelepas 46 tukik ke pantai. Tukik

yang dilepas bersama peserta KKN UGM tersebut merupakan hasil tetasan

dari salah satu sarang. Sementara, tiga sarang lainnya atau sebanyak

160 butir telur penyulainnya diperkirakan baru menetas pada bulan

berikutnya.



Jaka menegaskan jumlah sarang yang ditemukan tahun ini jauh lebih

sedikit dibanding beberapa tahun lalu. Penurunan pendaratan penyuini

juga telah disinyalir terjadi pada tahun lalu ketika kelompok

konservasi hanya menemukan lima sarang.



Padahal, kawasan Pantai Trisik selama ini merupakan habitat pendaratan

penyuuntuk bertelur. Dia pun mempertanyakan skala prioritas pemkab

Kulonprogo terkait adanya kawasan tersebut yang kini terancam berbagai

proyek seperti tambak udang dan proyek besar lainnya.



Kepala Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kulonprogo, Suharjoko, mengakui

Pantai Trisik menjadi salah satu tempat pendaratan penyu. Namun

akhir-akhir ini di pantai selatan Jawa semakin langka.



"Kami berharap ada dukungan masyarakat untuk membentukgrand

designPantai Trisik dengan prioritas penyu," ujarnya.



Maraknya tambak udang saat ini masih menjadi bahasan bersama di

Kulonprogo. Menurutnya, pemkab juga pernah melayangkan surat

peringatan kepada pelaku tambak udang. Intinya, kawasan itu merupakan

habitat untuk mempertahankan penyu.(*)



Lihat arsip:

http://kwkp.blogspot.com, http://infokwkp.blogspot.com
Share:

PAWAI KULONPROGO : Ogoh-Ogoh Sugriwo Subali Ramaikan Karnaval Wates

Harianjogja.com, KULONPROGO– Ogoh-ogoh Sugriwo Subali memeriahkan

karnaval pawai menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia ke

70. Demi menyaksikan pawai tersebut, ribuan warga Kecamatan Wates rela

menanti hingga empat jam di sepanjang jalan Wakhid Hasyim, Bendungan,

Wates, Minggu (9/8/2015).



Pawai dibuka dengan barisan pasukan pleton inti (tonti) dari seluruh

sekolah menengah atas dan sederajat. Sejumlah perwakilan sekolah

menampilkan berbagai atraksi baris-berbaris yang sesekali membuat

warga ikut bersorak.



Parade drum band yang dibawakan pelajar sekolah dasar hingga sekolah

menengah pertama di kecamatan ini juga tak kalah menarik. Karnaval

kian ramai dan penuh sesak oleh penonton yang datang dari berbagai

desa.



"Kecamatan Wates memulai lebih awal perayaan karnaval HUT RI tahun

ini. Tujuan dari penyelenggaraan acara ini adalah untuk mengangkat

potensi-potensi yang ada di kecamatan ini, sekaligus menumbuhkan

semangat juang generasi muda dan warga masyarakat," ujar Camat Wates

Ariyadi.



Ketua Panitia Karnaval Made Arsa Wijaya mengungkapkan, antusiasme

warga terhadap penyelenggaraan acara ini sangat besar dan semakin

meningkat tiap tahunnya. Dia mengatakan, ada kurang lebih 205 peserta

yang mengikuti acara tersebut. Di antaranya terdiri dari pelajar,

warga masyarakat umum dan pemerintah desa.



"Acara tahun ini lebih meriah, tidak hanya dari sambutan masyarakat

yang luar biasa banyak ini. Peserta juga semakin banyak yang

berpartisipasi," jelas Made.



Salah satu daya tarik dalam acara tersebut yakni dua buah ogoh-ogoh

dan pentas kolosal Sugriwo Subali. Cerita rakyat yang kini menjadi

ikon baru bagi Kulonprogo itu dipentaskan singkat di tengah warga

Wates. Menurut Koordinator Karnaval Bendungan Kidul Yosef Endarjali

Setiawan, karnaval yang ditampilkan desa tersebut ingin mencoba

memperkenalkan salah satu potensi wisata berbudaya yang dimiliki

Kulonprogo.



Yosef mengatakan, Gua Kiskendo dan Sendratari Sugriwo Subali memang

merupakan wisata yang ada di Girimulyo. Namun, potensi wisata tersebut

juga harus diperkenalkan ke masyarakat luas, akrena merupakan potensi

budaya yang dimiliki Kulonprogo.



"Kami ingin masyarakat Wates juga bisa mengenal kesenian dan wisata

gua ini. Jadi kami coba tampilkan melalui karnaval," jelas Yosef.



Dua buah ogoh-ogoh dibuat bersama-sama warga Dusun Bendungan Kidul

dengan biaya mencapai Rp7 juta. Terdapat 50 orang pengangkat

ogoh-ogoh, dan didukung lebih dari 100 orang penari yang menampilkan

pentas kolosal Sugriwo Subali.



Parade karnaval tersebut berjalan sejauh lima kilometer. Garis start

dimulai dari halaman Polantas Polsek Wates dan berakhir di Stadion

Cangkring, Giripeni. Para peserta akan diambil 21 pemenang yang

nantinya akan mewakili kecamatan di parade karnaval HUT RI ke 70

tingkat kabupaten.
Share:

Sunday, August 9, 2015

UKM DIY : Kedepankan Inovasi, Perajit Serat Alam Kulonprogo Tembus Pasar Ekspor

Harianjogja.com, KULONPROGO– Perajin serat alam Desa Tanjungharjo,

Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta, melakukan inovasi

dan meningkatkan kualitas produksi sehingga menembus pasar ekspor baik

Asia, Amerika, maupun Eropa.



Ketua Paguyuban Perajin Bina Karya Lestari Desa Tanjungharjo Tukimin

di Kulonprogo, Minggu (9/8/2015), mengatakan industri kerajunan serat

alam dikelola secara turun temurun memproduksi tampar, sekarang

memproduksi berbagai macam kerajinan.



"Semula produksinya hanya tali rami, msebelum ada tali rafia. Namun

karena nilai ekonominya rendah, kemudian sejak 1996 masyarakat mencoba

memproduksinya menjadi kerajinan dan ternyata justru diminati hingga

pasar luar negeri," kata Tukimin.



Ia mengatakan dari tali rami, perajin coba produksi kerajinan,

ternyata ada nilai dolarnya. Pada 1998 hingga 2000 pas krisis,

kuntungan tinggi.



Semula pemasarannya memang hanya ke Malioboro dan Bali saja. Namun

kemudian dilirik agen-agen eksportir sehingga berbagai produk

kerajinan dari Tanjungharjo bisa menembus pasar ekspor.



Menurut dia, industri kerajinan di Tanjungharjo pun berkembang pesat.

Dari semula hanya ada tiga perajin kini sudah berkembang menjadi lebih

dari 30 perajin dan menyerap tidak kurang dari 1.000 tenaga kerja.

Selain memberdayakan warga setempat, usaha kerajinan ini juga

memberdayakan tenaga kerja dari luar kecamatan bahkan luar kabupaten.



"Kami pemberdayaan, ketika diminta memberikan pelatihan sekaligus yang

dilatih bisa memanfaatkan pekerjaan," katanya.



Kasi Bimbingan Produksi Disperindag-ESDM Kulon Progo Hari Prasetyo

mengatakan kerajinan serat serat menjadi salah satu produk unggulan

Kulon Progo. Hanya saja selama ini ekspornya belum ada yang langsung

tetapi melalui agen dari luar daerah.



"Kami memberikan pelatihan tata niaga ekspor, tapi untuk ekspor

langsung memang masih terkendala keterbatasan SDM," katanya.



Lihat arsip:

http://kwkp.blogspot.com, http://infokwkp.blogspot.com
Share:

Archive

Breaking News

Wikipedia

Search results