Tourist knows Yogyakarta Indonesia

Top reviews

Friday, September 25, 2015

Pemkab Kulonprogo Turunkan Tim Pemantau Hewan Kurban Kamis Besok

TRIBUNJOGJA.COM, KULONPROGO - Meski sudah ada yang melakukan

penyembelihan hewan kurban pada Rabu (23/9/2015), Pemkab Kulonprogo

baru akan menerjunkan tim pemantau pada Kamis (24/9/2015).



Kepala Kesehatan Hewan Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan

Kulonprogo, Drajat Purbadi, mengatakan pemantauan penyembelihan hewan

kurban pada Kamis akan dilakukan sekitar 195 petugas.



Para petugas yang diterjunkan ke lapangan itu, menurutnya, terdiri

atas 54 dokter hewan, 88 petugas kesehatan yang merupakan kader di

setiap desa, dan juga 53 mahasiswa Fakultas Kesehatan hewan UGM.



"Mereka diterjunkan untuk memantau penyembelihan hewan kurban pada

Kamis ini di Kulonprogo. Setiap desa diperkirakan akan dipantau oleh

tiga atau empat orang petugas," kata Drajat, Rabu (23/9/2015).



Drajat mengakui pada Rabu ini memang sudah ada beberapa lokasi yang

melaksanakan penyembelihan hewan kurban. Meski demikian, pihaknya

belum menurunkan petugas pemantau ke lapangan.



Sebagaimana pantauan di lapangan, penyembelihan hewan kurban pada Rabu

ini salah satunya dilaksanakan masyarakat Durungan Kecamatan Wates.



Seusai melaksanakan salat Id, belasan warga Durungan ini

melanjutkannya dengan penyembelihan dua ekor sapi dan satu ekor

kambing. (*)
Share:

Gempa Yogya tak menimbulkan kerusakan di Kulon Progo

Merdeka.com - Kota Yogyakarta dilanda gempa bumi pada pukul 20.28 WIB.

Meski tak berlangsung lama, gempa ini sempat mengejutkan warga hingga

berhamburan ke luar rumah.



Bahkan guncangan dari gempa ini juga terasa hingga ke Desa Salamrejo,

Kulon Progo, Jawa Tengah. Namun, guncangan tersebut tidak terlalu

keras seperti di Kota Yogyakarta.



"Di sini berasa guncangannya, tapi enggak begitu keras. Hanya sedikit

bergetar hingga genting rumah bunyi. Kirain hujan, enggak tahunya

gempa," kata Glin, warga Jakarta yang saat itu tengah berada di Kulon

Progo, Jumat (25/9).



Glin menambahkan, guncangan tersebut hanya berlangsung beberapa detik

dan tidak menimbulkan kerusakan apapun. Namun beberapa warga sempat

berhamburan ke luar rumah.



"Sejauh ini belum ada kerusakan apa-apa, tapi warga sempat keluar

rumah. Gempanya juga sebentar enggak sampai tiga sampai lima menit,"

imbuh Glin.



Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan

Geofisika, Mochammad Riyadi, menyatakan gempa terjadi di Yogyakarta

berpusat di 12 kilometer arah barat laut Gunungkidul. Gempa itu

berkekuatan 4,6 SR dan berada pada kedalaman 10 kilometer.



Meski getaran gempa cukup kuat dirasakan hingga Kota Yogyakarta,

tetapi Riyadi memastikan gempa tersebut tidak berpotensi Tsunami,

sebab masih di bawah 5 Skala Richter. Dari laporan diterimanya, gempa

begitu terasa di daerah Bantul, Yogyakarta.



"Tidak ada potensi tsunami. Di Bantul yang terasa sekali," ucap Riyadi.
Share:

Warga Kulonprogo Berbondong-bondong Bawa Daging Kurban ke Penggilingan

Bisnis.com, KULONPROGO-Tempat penggilingan daging di Pasar Wates,

Kulonprogo diserbu warga, Kamis (24/9/2015). Mereka rela antre

berjam-jam demi menggilingkan satu atau dua kilogram (kg) daging sapi

yang diterima dari panitia pembagian hewan kurban.

Satu diantaranya adalah Basuki, warga Desa Krembangan, Kecamatan

Panjatan, Kulonprogo. Dia ingin membuat bakso dari gilingan daging

sapi. "Biar lebih tahan lama karena enggak punya kulkas," ungkap

Basuki.



Setahu Basuki, hanya ada tiga tempat penggilingan daging di sekitar

Wates. Dua di Pasar Wates dan satu lainnya di dekat Terminal Wates.

Menurutnya, dia memang harus antre karena tidak ada banyak pilihan.

Semua tempat penggilingan pasti ramai. "Ini sudah antre sejam tapi

masih kurang satu lagi. Tetangga saya nitip 1,5 kg," ujar berusia 37

tahun itu.



Basuki sendiri menggilingkan daging sapi sebanyak dua kg. Uang yang

harus dibayarkan mencapai Rp40.000. "Ini sudah sekalian dengan bumbu

baksonya. Nanti bisa langsung dimasak di rumah," paparnya.



Hal serupa dilakukan Titik Sriharyati. Tidak tanggung-tanggung. Dia

sudah antre hampir dua jam demi menggilingkan 2,6 kg daging sapi. "Ini

belum selesai. Tadi saya ke tempat lain tapi ternyata lebih banyak

yang antre," kata Titik.



Titik mengungkapkan, tidak ada tempat penggilingan daging di wilayah

tempat tinggalnya di Desa Hargorejo, Kecamatan Kokap, Kulonprogo.

"Punya kulkas buat menyimpan daging tapi kalau mau menggiling ya harus

ke Wates," ucapnya.



Sementara itu, pengelola tempat penggilingan daging di Pasar Wates,

Rusmin Nuryadin mengaku bisa menggiling daging sebanyak tiga hingga

empat kuintal per hari selama perayaan Idul Adha. Padahal, biasanya

hanya sekitar setengah kuintal. "Biasanya cuma melayani pelanggan dari

kalangan tukang bakso dan rumah makan padang," tuturnya.



Aji mumpung, Rusmin menaikkan harga jasa penggilingan hingga dua kali

lipat dibanding hari biasa. Konsumen jadi harus membayar Rp10.000 per

kg atau Rp20.000 per kg jika ingin sekalian dilengkapi bumbu.

"Ramainya paling lama sampai seminggu. Puncaknya tiga hari," kata

Rusmin menambahkan.



Editor : Nina Atmasari



Lihat arsip:

http://kwkp.blogspot.com
Share:

Edarkan Alprazolam, 2 Warga Sleman Diringkus

Harianjogja.com, KULONPROGO– Sebanyak dua warga Sleman dibekuk Satuan

Resnarkoba (Satresnarkoba) Kulonprogo karena kedapatan mengonsumsi dan

mengedarkan psikotropika. Ironisnya, obat tersebut diperoleh Sunyoto,

30, salah satu pelaku, menggunakan resep dokter.



Kasat Resnarkoba Polres Kulonprogo AKP Agus Nursewan mengungkapkan,

pelaku pertama, Sunyoto berhasil diringkus di rumahnya di Modinan,

Banyuraden, Gamping, Sabtu (19/9/2015) sore. Di hari yang sama,

petugas juga melakukan penggeledahan di rumah Nurdin, 19, pelaku lain

di rumahnya yang beralamat di Sumber Rahayu, Moyudan, Sleman.



"Kami mendapatkan informasi dari wilayah Kulonprogo, lalu kami

kembangkan. Motif pelaku yakni memiliki, menggunakan dan mengedarkan

psikotropika," ujar Agus, Rabu (23/9/2015).



Agus memaparkan, dari tangan pelaku berhasil diamankan empat butir pil

Mersi Alprazolam dan tujuh butir pil Riklona atau Clonazepam. Kedua

barang bukti itu saat ini masih dalam pemeriksaan di laboratorium

narkotika di Semarang, Jawa Tengah.



Dalam pemeriksaan yang dilakukan petugas, Sunyoto terbukti tidak hanya

sebagai pengguna. Pelaku juga mengakui telah memperjualbelikan obat

terlarang tersebut kepada rekannya. Akibat tindakannya itu, Sunyoto

dijerat dengan Pasal 62 atau Pasal 61 ayat 2 Undang-undang nomor 5

tahun 2007 tentang penyalahgunaan obat terlarang. Sedangkan, rekannya

Nurdin, dijerat dengan Pasal 62.



"Ancaman hukuman maksimal adalah lima tahun kurungan. Dari

pemeriksaan, Y [Sunyoto] sebagai pengedar," jelas Agus.



Kepada petugas, Sunyoto mengaku mendapatkan obat tersebut dari sebuah

apotik di Jogja. Awalnya, obat tersebut hanya dikonsumsinya sendiri

sebagai obat penghilang rasa sakit dan sulit tidur. Sunyoto mengaku,

sudah 13 tahun mengonsumsi obat jenis Mersi Alprazolam itu dan

mendapatkannya dari resep dokter.



Sunyoto mengatakan, dalam sekali periksa, obat yang ditebusnya

sebanyak 30 butir. Di mana, harga per 10 butir dibelinya seharga

Rp14.500.



"Karena butuh uang, saya jual ke teman per enam butir seharga

Rp72.000," ungkap Sunyoto.



Lihat arsip:

http://kwkp.blogspot.com
Share:

Monday, September 21, 2015

Buah Kelapa Terbaik se-Indonesia

Harianjogja.com, KULONPROGO-Pohon kelapa merupakan salah satu potensi

terbesar Kabupaten Kulonprogo. Tidak tanggung-tanggung. Desa Bojong di

Kecamatan Panjatan bahkan diklaim sebagai daerah asal varietas tanaman

penghasil kelapa terbaik di Indonesia.







Kelapa bojong bulat. Begitulah masyarakat setempat menyebut tanaman

asli Desa Bojong ini. Hampir setiap rumah penduduk di sana memiliki

pohon kelapa di pekarangannya.



"Sudah ada sejak zaman nenek moyang," kata Kasie Pemerintahan Desa

Bojong, Yayan, saat ditemui di balai desa, Jumat (18/9/2015).



Yayan memaparkan, kelapa bojong bulat punya banyak keunggulan,

terutama pada kualitas buahnya. Daging buahnya lebih tebal dan

menghasilkan santan yang lebih kental. Kandungan minyaknya pun lebih

banyak, hampir dua kali lipat dibanding kelapa jenis lain.

Produktivitas kelapa bojong bulat juga tinggi.







"Satu jenjang bisa lebih dari 10 butir. Rata-rata 15 butir. Jenis lain

biasanya cuma lima sampai delapan butir," ujar Yayan.



Potensi tersebut kemudian mendapat perhatian khusus dari pemerintah

sejak 2008 lalu dengan mengembangkan perkebunan seluas empat hektare.

Selain peningkatan produksi kelapa, dikembangkan pula usaha

pembibitan.



"Ada 11 kelompok tani yang ikut mengelola dari masing-masing dusun," ucapnya.



Konsumen bibit kelapa bojong bulat berasal dari wilayah Wonosari dan

Bantul hingga Klaten dan Wonosobo. Sedangkan buahnya kebanyakan dijual

ke Solo dan Klaten. Yayan lalu mengeluh, keunggulan kelapa bojong

bulat sering dimanfaatkan pihak tidak bertanggungjawab.



"Sering diklaim sama orang-orang. Padahal itu bukan kelapa kami. Itu

bisa merusak citra kelapa bojong bulat," tuturnya.



Ketersediaan air yang cukup melimpah juga mendukung pengembangan

kelapa bojong bulat. Mereka belum pernah sampai kekurangan air saat

musim kemarau. Yayan lalu menambahkan, warga setempat juga

memanfaatkan bagian lain dari tanaman kelapa untuk mendapatkan

penghasilan tambahan.



"Serabut kelapa dan lidinya bisa untuk sapu," ungkapnya.



Sarinten adalah salah seorang warga yang sehari-hari membuat sapu lidi

di rumahnya. Nenek berusia 70 tahun itu mengaku punya beberapa tanaman

kelapa bojong bulat di pekarangannya. "Lumayan untuk mengisi waktu

daripada menganggur," kata warga Dusun II itu.



Editor: Mediani Dyah Natalia | dalam: Kulon Progo |
Share:

Ekspor Terganjal Pencemaran Merkuri pada Tanaman Kelapa

x







Gula semut Kulonprogo yang akan diekspor terganjal pencemaran merkuri

pada tanaman kepala



Harianjogja.com, KULONPROGO-Pengembangan usaha gula semut di Desa

Kalirejo, Kecamatan Kokap, Kulonprogo terkendala sertifikasi tanaman

kelapa. Pasalnya, ada tiga dusun di sana yang diketahui telah tercemar

merkuri.





Kepala Desa Kalirejo, Lana mengatakan, wilayah tersebut antara lain

Dusung Sangon 1, Sangon 2, dan Plampang 2. "[Merkuri] Hanya di

seputaran sungai tapi dampaknya dirasakan juga sampai wilayah

atasnya," ungkap Lana, dikonfirmasi Minggu (20/9/2015).



Padahal, sertifikasi itu menjadi salah satu syarat standar kelayakan

produk gula semut, khususnya pasar ekspor. Meski nilai jualnya lebih

tinggi, warga setempat kemudian memilih tidak mengolah nira dari

tanaman kelapa menjadi gula semut. "Hanya dibut gula jawa biasa untuk

memenuhi pasar lokal," papar Lana.



Lana menambahkan, melemahnya perekonomian juga mempengaruhi kelancaran

ekspor gula semut yang dihasilkan warga dusun lainnya. Dia

mengungkapkan, sudah banyak warga yang berkeluh kesah padanya. "Sedang

tidak ekspor. Gula semut cuma ditampung tengkulak tapi petani tidak

langsung mendapat uang," kata Lana.





Lana berharap Pemkab Kulonprogo tanggap dengan kondisi tersebut.

Setidaknya ada kepastian mengenai lembaga dan tempat yang bisa

digunakan untuk menampung produk gula semut agar tetap tahan lama.

Sebab, jumlah salah satu produk unggulan Kulonprogo itu masih bisa

terus bertambah.



"Pemerintah Desa tidak bisa membantu menampung karena tidak ada gudang

yang bisa digunakan," ucapnya.



Editor: Nina Atmasari | dalam: Kulon Progo |
Share:

Warga Di Lokasi Calon Bandara Kulonprogo Merindukan Kades Pembawa Kerukunan

Bisnis.com, KULONPROGO- Pemilihan kepala desa secara langsung ternyata

tidak disia-siakan warga Desa Palihan, Temon. Meski suasana

kesenjangan masih terasa, namun warga tetap antusias menggunakan hak

pilihnya untuk memilih kepala desa baru di wilayah itu, Minggu

(20/9/2015).



Sejak ditetapkannya Kecamatan Temon, terutama Desa Glagah, Palihan,

Jangkaran, Sindutan dan Kebonrejo sebagai lokasi pembangunan bandara,

ketidakharmonisan antar warga mulai muncul di desa tersebut.

Khususnya, di Desa Palihan yang sebagian besar wilayahnya akan terkena

dampak pembangunan.



Meski siang semakin terik, warga dari beberapa dusun terus berdatangan

ke beberapa Tempat Pemungutan Suara (TPS) di desa ini. Demikian pula

di wilayah TPS 2 yang notabenenya adalah wilayah yang sebagian besar

penduduknya berada di lokasi calon bandara baru.



Sejumlah warga datang penuh harap ke TPS tersebut. Salah satunya

Giyem, 48, warga Dusun Monggangan. Memang bukan kali pertamanya dia

mengikuti acara demokrasi tersebut. Namun, dibalik nama calon kades

yang akan dipilihnya, terselip harapan untuk desa ini. Dirinya, tak

hanya berharap pemimpin desa yang dapat memberi teladan dan bijaksana,



"Paling penting bisa membawa desa ini kembali tenang dan rukun .

Semoga bisa menyatukan warga yang sekarang tidak lagi harmonis,"

ungkap perempuan berkerudung ini saat ditemui di sela menanti giliran

memilih.



Giyem menyadari, selama ini hubungan sosial dengan tetangganya tidak

lagi seharmonis dulu. Sebelum adanya rencana pembangunan bandara,

dirinya masih bisa merasakan kerukunan dengan para tetangganya. Namun,

polemik pembangunan bandara telah melahirkan dua kubu masyarakat di

desa tersebut.



Padahal, selama ini tetangga adalah keluarga terdekat di dalam

kehidupan bermasyarakat. Suasana kerukunan yang selama ini dirasa adem

ayem, dirasa semakin hilang dan luntur. Keinginan yang sama juga

terbesit dalam hati Sailan, 58, yang juga merupakan warga Dusun

Monggangan.



Pensiunan polisi ini berharap desa yang ditinggalinya itu mendapatkan

pemimpin yang bijak. Selain itu, memiliki rasa tanggung jawab tinggi

untuk mengayomi warganya. "Kalau ada konflik antar warganya, harus

bisa menyelesaikannya dengan bijak," jelas Sailan.



Sementara itu, Ketua Wahana Tri Tunggal (WTT) Martono menambahkan,

pihaknya telah mengimbau pada warga dalam paguyuban itu untuk dapat

menjaga diri dan menggunakan hak pilihnya. Dalam pilkades ini, Martono

berharap, calon yang terpilih dapat menjadi pemimpin yang transparan.



"Selain itu, dapat menjadi pemimpin yang dapat menyampaikan sesuatu

yang apa adanya, tidak ada intimidasi dan rekayasa," imbuh Martono.
Share:

Sunday, September 20, 2015

Pilkades di Kulonporogo Diwarnai Dugaan Praktik Politik Uang

Pilkades di Kulonporogo Diwarnai Dugaan Praktik Politik Uang

TRIBUNJOGJA.COM, KULONPROGO - Pemilihan kepala desa (Pilkades) serentak di Kulonprogo diwarnai dugaan politik uang atau money politic yang dilakukan calon di beberapa desa.

Meski demikian, dugaan ini tidak terungkap terang-terangan di semua desa pelaksana pilkades.

Dari 35 desa pelaksana pilkades serentak di Kulonprogo, kabar dugaan adanya aksi bagi-bagi uang dari calon kades salah satunya terjadi di Desa Palihan.

Di desa ini peserta pilkades diikuti tiga orang yaitu Kalisa Paraharyana, Emanuel Hardono, dan Supriyanto.

Pada pemungutan suara, Minggu (20/9/2015), salah satu calon yang merupakan anggota warga penolak proyek bandara, mendapat pengawalan dari massa Wahana Tri Tunggal (WTT).

Ketua WTT Martono, menyampaikan secara keseluruhan pelaksanaan pilkades lancar. Namun, proses pemilihan itu menurutnya diduga diwarnai praktik politik uang dari salah satu calon.

Share:

Friday, September 18, 2015

6 Oktober Digelar Lari Manunggal 10 KM

KULONPROGO ( KRjogja.com)- Lari Manunggal 10 Km akan digelar Selasa

(6/10/2015) mendatang. Pendaftaran gratis di Kantor KONI Kulonprogo

mulai 25 September hingga 4 Oktober. Kegiatan ini dalam rangka

memeriahkan Hari Jadi ke-64 Kabupaten Kulonprogo tahun 2015.



Start di Pasar Sentolo Baru dan finish tingkat SD/MI di SMPN 2

Pengasih Kedungsari, sedangkan SMP, SLTA dan Umum finish di polsek

Wates atau eks polres.



Dijelaskan Ketua Ketua KONI Kulonprogo Bambang Gunoto SPd, start pukul

07.00 WIB dengan start di Pasar Sentolo baru dengan finish kategori

SD/MI di SMPN Kedungsari Pengasih. "Sedangkan SMP, SLTA, umum di

bekas Polres atau Polsek Wates," ujar Bambang dan Ketua PASI yang juga

Kabag Kesra Setda Arif Prastowo SSos MSi dalam rapat persiapan, di

ruang rapat Wakil Bupati, Jumat (18/9/2015).



Diharapkan Arif Prastowo, lari manunggal dapat diikuti ribuan peserta

baik siswa sekolah SD hingga SLTA, PNS maupun masyarakat umum. Peserta

dari peserta didik ada surat izin dari kepala sekolah, PNS izin dari

kepala SKPD dan masyarakat dengan fotocopi KTP.



"Peserta lari ini dikhususkan bagi warga Kulonprogo dan mengambil

start di Sentolo dan finish di Wates. Hal ini untuk mengingatkan

sejarah bergabungnya Kabupaten Kulonprogo yang beribukota di Sentolo

dengan Kabupaten Adikarto wilayah Pakulaman yang beribukota di Wates,

bersatu dengan nama Kabupaten Kulonprogo yang beribukota di Wates,"

kata Arif.(Wid)
Share:

HUT Lalu Lintas, Bus Samsat dan SIM Keliling Digelar Dua Hari

KULONPROGO ( KRjogja.com)- Sistem administrasi manunggal satu atap

(Samsat) dan satuan penyelenggara administrasi Surat Izin Mengemudi

(Satpas SIM) Kulonprogo, dalam menyambut HUT ke-60 Lalu Lintas,

menggelar pelayanan publik di bidang registrasi dan identifikasi

kendaraan bermotor dan pengemudi, berupa pelayanan bus SIM dan STNK

keliling.



Pelaksanaan bus SIM dan STNK keliling dilakukan Sabtu (19/9/2015)

pukul 18.30 hingga 21.30 WIB dan Minggu (20/9/2015) pukul 07.00 sampai

10.00 WIB di seputaran Alun-alun Wates atau di sudut lapangan tenis.

Sedangkan pada 17 sampai 22 September Samsat maupun Satpas SIM juga

akan memberikan tambahan layanan satu jam.



Dijelaskan Kanit Registrasi dan Identifikasi (Reg Ident) Iptu Sujarwo,

pelaksanaan bus Samsat dan SIM keliling dalam upaya memberikan

kemudahan dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat, merupakan pula

rangkaian menyambut HUT ke-60 Lalu Lintas yang jatuh pada 22

September.



"Bagi yang akan membayar pajak tahunan kendaraan bermotor dan

perpanjangan SIM, dapat mengunjungi bus tersebut sesuai hari dan jam

yang telah ditentukan. Persyaratannya, perpanjangan STNK membawa BPKB,

STNK, KTP asli dan fotocopi. Demikian pula perpanjangan SIM, membawa

SIM dan KTP asli serta fotocopi," ujar Sujarwo, Jumat (18/9/2015).



Sementara terhadap tambahan jam layanan, diberlakukan mulai 17 hingga

22 September. "Biasanya pendaftaran tutup jam 12, maka akan

diperpanjang hingga pukul 13. Kalau layanan sampai sore, menyelesaikan

berkas yang sudah mendaftar," ungkap Sujarwo.



Lebih lanjut, Sujarwo mengingatkan untuk tanda nomor kendaraan

bermotor (TNKB) orderan 2014 (kecuali September 2014) sudah jadi.

Sehingga masyarakat dapat mengambilnya dengan membawa bukti notes

pajak.(Wid)



Lihat arsip:

http://infokwkp.blogspot.com
Share:

Archive

Breaking News

Wikipedia

Search results