Tourist knows Yogyakarta Indonesia

Top reviews

Thursday, October 8, 2015

30 Hektar Lahan Cabai Di Kulonprogo Terserang Virus Kuning

*KULONPROGO* – Sekira 30 hektar (ha) lahan tanaman cabai yang tersebar pada

empat kecamatan di Kulonprogo terserang virus kuning. Akibatnya petani

terancam merugi karena pertumbuhan cabai yang tidak sempurna.



Menurut Kepala Bidang Hortikultura, Dinas Pertanian dan Kehutanan

Kulonprogo Eko Purwanto, sekira 30 ha lahan yang terserang virus kuning

berada di Kecamatan Temon, Wates, Panjatan dan Galur.



"Kalau kena virus kuning, buah buah rontok, Kalaupun jadi buah tidak

sempurna. Atau mutu masuk kategori ketiga," kata Eko, Kamis (8/10/2015)



Menurut Eko, virus kuning mudah berkembang biak saat musim panas. Apalagi

beberapa wilayah merupakan endemis persisten. Virus bisa ke rumput

wedusan/letungan yang menular lewat vektor kutu kebul.



"Untuk penanganan yang bagus sebaiknya tanaman dicabut, tidak sekedar

dipotong," ujarnya.



Untuk mengatasi permasalah ini, Dinas Pertanian menggelar bakti sosial

dengan gerakan masal pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) cabai,

khususnya pada serangan antraknose (kekek) dan virus kuning.



"Melalui gerakan ini, diharapkan dapat mengendalikan penyebaran OPT agar

tanaman cabai tetap menghasilkan buah, dengan sasaran luas sekira 8-10 Ha,"

kata Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Bambang Tri Budi Harsono.



Selain membahas OPT, Bambang Tri juga mengajak petani membuat pola tanam

dan komoditas agar harga jual produk terjaga. Sebab, saat ini harga cabai

hanya Rp4.000 per kilogram. Harga ini dinilai terlalu rendah dan kurang

menguntungkan petani.



"Beberapa daerah transmigrasi Kalimantan, beberapa tahun ini juga sudah

mulai tanam cabai, sehingga produk cabai banyak. Hal ini menyebabkan harga

cabai menurun saat panen raya," ujarnya.

*(fds)*
Share:

Kisah Pelajar Kulonprogo Wakili Indonesia ke AS

REPUBLIKA.CO.ID,WATES -- Pelajar SMA Negeri Sentolo Kulonprogo, Anisa

Rahmadani mengikuti pertukaran pelajar ke Amerika Serikat (AS).



Pada Kamis (8/10), Anisa melaporkan kegiatannya selama empat pekan di

Virginia, AS kepada Bupati Kulonprogo Hasto Wardoyo.



Anisa menyampaikan, dirinya ke Amerika Serikat sebagai siswa Program

Kepemimpinan Muda (*Youth Leadership Program)* Indonesia-Amerika. Ia berada

di Universitas George Mason Fairfax, Virginia, Amerika Serikat.



Selama di Amerika Serikat, kata Anisa, dirinya mengikuti program intensif

yang bertujuan pertama, meningkatkan pemahaman anak muda tentang demokrasi,

hak dan tanggung jawab masyarakat serta meningkatkan komitmen untuk

terlibat dalam masyarakat, pelayanan dan kepemimpinan.



Lalu, memperkuat kapasitas pemuda dengan membekali mereka dengan

keahlian-keahlian dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk menjadi warga

negara yang terlibat aktif dalam komunitas.



Anisa juga berupaya meningkatkan dialog dan memfasilitasi interaksi yang

memiliki arti dan berbobot antara peserta Indonesia dan Amerika. "Sehingga

mereka bisa memiliki pemahaman yang positif satu sama lain," katanya.



Saat di AS antara 20 Juli – 21 Agustus 2015, Anisa mengikuti analisa

akademik yang inovatif melalui praktik, pelatihan langsung, dan

pengembangan keterampilan.



"Banyak hikmah yang bisa diambil selama di AS, seperti sifat kekeluargaan,

kerjasama antar sesama, persamaan antara yang normal dan penyandang

disabilitas, dan toleransi antar pemeluk agama," kata Anisa.



Saat ditanya Hasto program apa yang akan dilakukan setelah dari AS, Anisa

menyampaikan ingin mengubah pandangan anak-anak sekolah dan masyarakat

sekitar agar peduli lingkungan sekitar.



"Salah satu hal kecil seperti agar tidak buang sampah sembarangan, kemudian

mendaur ulang sampah," kata Anisa yang berangkat ke AS bersama 19 peserta

dari Indonesia lainnya.
Share:

Pejantan Etawa Unggul Tidak Boleh Dijual

[image: Anggota tim juri memeriksa ukuran tubuh kambing peranakan etawa

yang mengikuti kontes kambing PE dan sapi putih di Lapangan Pengasih,

Kulonprogo, Rabu (7/10/2015). (JIBI/Harian Jogja/Rima Sekarani I.N.)]





*Harianjogja.com, KULONPROGO*-Peternak kambing peranakan etawa (PE) diimbau

tidak menjual pejantan unggul kepada konsumen luar daerah. Tujuan demi

mempertahankan kualitas bibit kambing PE asal Kulonprogo.

Hal tersebut diungkapkan Kepala Bidang Peternakan Dinas Kelautan Perikanan

dan Peternakan (DKPP) Kabupaten Kulonprogo, Nur Syamsu Hidayat, di sela

kontes kambing PE dan sapi putih di Lapangan Pengasih, Kulonprogo, Rabu

(7/10/2015). Dia mengaku sudah menyepakati kebijakan itu dengan

kelompok-kelompok peternak di Kulonprogo.



Nur memaparkan, upaya penjaringan bibit kambing PE kualitas A masih terus

dilakukan. Kambing-kambing itu sebisa mungkin tidak boleh keluar dari

Kulonprogo. Pemkab Kulonprogo juga menyediakan anggaran khusus untuk

pengembangan bibit kambing PE berkualitas unggul.



"Kambing PE yang boleh keluar hanya kualitas B dan C," kata Nur.

Nur menyadari peternak rawan tergiur dengan harga tinggi yang ditawarkan

konsumen demi pejantan unggul. Apalagi jika pejantan itu sering memenangkan

kejuaraan. Dia mengungkapkan, pernah ada pejantan yang ditawar sampai Rp90

juta. Meski demikian, dia berharap peternak bisa menjaga komitmen untuk

menjaga kualitas bibit kambing PE.



Kontes hari itu, lanjut Nur, juga diselenggarakan untuk meningkatkan

kualitas bibit kambing PE. Acara itu sekaligus menjadi ajang evaluasi

program pendampingan dan penyuluhan yang selama ini dilakukan DKPP

Kulonprogo.



"Peternak yang menjadi peserta bisa saling tukar informasi dan berbagi tips

perawatan kambing," ujar Nur.



Bambang Subagiyo, peternak asal Dusun Gendu, Desa Jatimulyo, Kecamatan

Girimulyo mengaku kambing PE pejantan miliknya seberat 115 kilogram pernah

ditawar Rp50 juta. Menurutnya, pejantan yang pernah meraih prestasi tingkat

nasional bahkan bisa bernilai Rp100 juta.



"Tapi tetap tidak kita buka [jual]," ungkap Bambang.



Bambang bertekad tidak menjual pejantan unggulnya. Anak kambing atau cempe

berusia tiga bulan ke bawah saja bisa dihargai Rp3 juta hingga Rp15 juta

per ekor. Terakhir, dia menjual seekor cempe berusia tiga bulan seharga

Rp10 juta ke Jakarta.



"Kalau jual pejantan itu ibarat kehilangan kekuatan intinya," ucapnya.



Bambang lalu menjelaskan, kualitas kambing PE diantaranya terlihat dari

kondisi fisik yang tinggi dan besar. Hal itu juga tampak dari panjang dan

tebalnya bulu bagian belakang panjang serta telinga. Selain memperhatikan

kualitas pakan, kambing PE juga harus rajin perawatan. Misalnya dimandikan

dengan sampo dan kondisioner seminggu sekali.
Share:

Wednesday, October 7, 2015

Kekeringan meluas di Kulon Progo

Kulon Progo (ANTARA News) - Area yang mengalami kekeringan di

Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, tahun ini lebih

luas daripada tahun lalu.



Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kulon Progo Untung

Waluyo pada Rabu mengatakan tahun 2014 hanya ada 118 titik kekeringan

dan sekarang bertambah menjadi 200 titik.



"Kekeringan semakin parah," kata Untung serta menambahkan kekeringan

diprakirakan berlangsung sampai November.

Ia mengatakan area kekeringan di Kulon Progo meliputi Kecamatan Kokap,

Girimulyo, Kalibawang, Samigaluh dan sebagian Pengasih dan Sentolo.

Dan sekarang meluas ke Kecamatan Lendah dan Panjatan.



"Kami berupaya melakukan pipanisasi sumber mata air ke rumah tangga.

Supaya jumlah kepala keluarga yang kekurangan air dapat berkurang,"

katanya.

Untung mengatakan kelompok masyarakat yang mengharapkan bantuan air

bersih semakin banyak.



"Permintaan bantuan air bersih di wilayah yang dilanda kekeringan

akibat musim kemarau terus bertambah," katanya.



Menurut dia, persediaan air bersih untuk masyarakat di wilayah yang

mengalami kekeringan selama musim kemarau sekitar 300 truk tangki.



Sejak musim kemarau hingga awal Oktober, BPBD Kulon Progo sudah

memberikan bantuan air bersih sekitar 200 tangki di luar bantuan dari

berbagai pihak.



BPBD Kulon Progo terus memberikan air bersih kepada kelompok

masyarakat yang sudah mengajukan permohonan bantuan air bersih.



"Bantuan tersebut bukan untuk perseorangan, seharusnya dapat

dimanfaatkan bersama-sama," katanya.



"Kelompok masyarakat yang mengharapkan bantuan air bersih harus

bersabar. Tidak bisa hari ini mengajukan permohonan bantuan terus

dikirim hari itu juga karena harus antre," katanya.



Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik Suhardiyana menjelaskan mobil

tangki yang dioperasikan masih mampu melayani permintaan bantuan

masyarakat.



Menurut dia, kelompok masyarakat yang mengajukan permohonan bantuan

air bersih kebanyakan berasal dari wilayah Kecamatan Kalibawang,

Girimulyo, Samigaluh, Kokap dan wilayah Kecamatan Lendah.



"Untuk sampai pada gilirannya, paling tidak harus menunggu antara dua

sampai tiga hari," katanya.



Editor:Maryati

COPYRIGHT ©ANTARA2015
Share:

Sunday, October 4, 2015

Trotoar Kulonprogo Diganti Batu Andesit, Anggaran Rp1,5 Miliar

Bisnis.com, KULONPROGO- Pemerintah Kabupaten Kulonprogo menganggarkan

kawasan pedestrian diganti dengan batu andesit sebesar Rp1,5 miliar.

Adapun sebagian trotoar di kawasan Kota Wates masih layak pakai.



Kabid Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kulonprogo Zahram

Asurawan mengatakan, perbaikan trotoar tersebut merupakan bagian dari

penataan Kota Wates. Ada beberapa titik trotoar yang diperbaiki dan

dibongkar untuk diganti dengan andesit.



"Trotoar ini dibangun sejak tahun 2001, jadi sebagian besar trotoar

memang sudah rusak, kira-kira kerusakannya mencapai 80 persen. Trotoar

kami bongkar semua, sebagian akan diganti dengan batuan andesit

produksi Kulonprogo," ujar Zahram, Jumat (2/10/2015).

Zahram memaparkan, material trotoar yang lama akan diganti dengan batu

alam yakni andesit. Upaya tersebut dilakukan untuk mengangkat potensi

produk tambang batu alam dari Kulonprogo. Meski demikian, Zahram

menandaskan, penggantian material trotoar dengan andesit tidak mutlak

dilakukan. Pasalnya, hal itu juga menyesuaikan dengan ketersediaan

andesit yang ada.



Sejumlah trotoar yang akan diperbaiki yakni berada di ruas Jalan

Sutijab, kawasan Bank BPD, Jalan Moh. Dawan, Jalan KH Dahlan dan ruas

Jalan Mandung di wilayah Pengasih. Zahram mengungkapkan, anggaran

perbaikan trotoar tersebut mendapai Rp1,5 miliar. Adapun total trotoar

yang diperbaiki sejauh dua kilometer. Sedangkan, lebar trotoar yang

diperbaiki cukup variatif. Beberapa trotoar diantaranya memiliki lebar

yang lebih sempit.



"Perbaikan ini disesuaikan dengan kebutuhan jalan. Jadi tidak semua

trotoar lebarnya sama. Tujuannya, jika nanti ada pelebaran jalan,

masih ada ruang cukup yang disisakan," jelas Zahram.



Pengerjaan perbaikan trotoar tersebut sudah dimulai sejak beberapa

hari yang lalu. Ditargetkan pengerjaan kawasan pedestrian ini selesai

tiga bulan ke depan. Perbaikan kawasan pejalan kaki ini disambut baik

warga, baik yang memanfaatkan trotoar di kawasan tersebut, maupun

warga yang tinggal di sekitarnya.



Salah satunya, Anita, 26, warga Wates mengaku senang dengan perbaikan

trotoar tersebut. Menurut dia, beberapa trotoar yang rusak terkadang

membahayakan pejalan kaki, karena tidak jarang banyak yang tersandung

pecahan lantai trotoar.



"Tetapi sayang sekali, beberapa trotoar ada yang masih bagus, tapi

juga ikut dibongkar. Selain itu, saya harap bisa dimanfaatkan sesuai

fungsinya sebagai ruang bagi para pejalan kaki dan bukan untuk

berdagang PKL," papar Anita.



Editor : Mediani Dyah Natalia
Share:

Bupati Kulonprogo Nyatakan Proyek Bandara Berjalan Sesuai Rencana

TRIBUNJOGJA.COM, KULONPROGO -Bupati Kulonprogo, Hasto Wardoyo,

menegaskan bahwa proses pembangunan megaproyek bandara di Temon,

sampai saat ini telah berjalan sesuai rencana.



Meski sebelumnya sempat tersendat oleh gugatan dan proses kasasi izin

penetapan lokasi (IPL), akhirnya kini proyek tersebut dapat

dilanjutkan.



Hasto mengatakan hal itu saat pembukaan Manunggal Fair 2015 di

seputaran Alun-alun Wates. Dalam event tahunan itu pun Pemkab

Kulonprogo menampilkan pesawatmarchettidanenginedari Sekolah Tinggi

Teknik Adisutjipto Yogyakarta.



"Sampai saat ini progres bandara tetap on the track. Semoga berjalan

lancar. Kami sampaikan terimakasih kepada STT Adisutjipto Yogyakarta

karena berkenan bergabung memeriahkan Kulonprogo Expo ini," kata

Hasto, Jumat (2/10/2015) lalu.



Terlepas dari pernyataan bupati bahwa proyek bandara tetap berjalan

sesuai rencana, dalam Manunggal Fair di Kulonprogo memang dipajang

pesawat dari Sekolah Tinggi Teknik Adisutjipto Yogyakarta.



Harapannya, keberadaan stand berikut pesawatnya itu memotivasi pelajar

Kulonprogo untuk mengetahui seputar pesawat dan penerbangan.



Bupati berharap dengan adanya bandara kelak, para putra daerah

Kulonprogo pun akan lebih jauh terlibat dalam bidang penerbangan.

Sebab itu, bupati pun merespon positif kelanjutan megaproyek bandara

di Temon. Hasto saat ini juga telah menyiapkan tim tingkat kabupaten.

Rencananya, tim tersebut bakal turun lapangan membantu tim dari DIY

untuk memperlancar tahapan bandara, termasuk pendekatan kembali kepada

warga yang masih menolak dan rencana pembebasan lahan.

Sekda Kulonprogo, Astungkoro, mengatakan persiapan memang mulai

dilakukan. Meski demikian, saat ini pemkab dan semua pihak terkait

proyek tersebut masih menunggu salinan putusan MA.

Selain itu, Astungkoro mengaku sangat konsen pada rencana community

development bagi masyarakat terdampak.

"Pendekatan sudah pasti dilakukan. Namun comdev bagi masyarakat juga

tidak boleh diabaikan, masyarakat harus siap saat maupun

pascapembangunan bandara, termasuk penyaluran tenaga kerja bagi

mereka," kata Astungkoro.(*)
Share:

Enam Pasangan Diciduk Satpol PP

TEMON ( KRjogja.com)- Sejumlah enam pasangan tak resmi terjaring

petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kulonprogo saat

menggelar rasia di sejumlah penginapan dan hotel di Kawasan Objek

Wisata (obwis) Pantai Glagah Kecamatan Temon, Minggu (4/10/2015)

petang. Selain keenam pasangan tak resmi, petugas juga mengamankan

sejumlah perempuan pemandu karaoke (lady companion).



Menurut Kepala Satuan (Kasat) Pol PP setempat Duana Heru S pihaknya

sengaja menggelar razia pada petang hari, untuk menjaring mereka yang

'week end' di penginapan. Dijelaskan, razia merupakan upaya penegakan

Peraturan Daerah (Perda) nomor 4/2013 tentang Ketertiban Umum

(Tibum)," jelasnya.



Rasia lebih pada upaya non yustisi sehingga para pelaku yang terjaring

tidak diajukan ke pengadilan seperti pada razia sebelum-sebelumnya.

Para pelaku hanya dibina. Jika kembali tertangkap, mereka akan

ditindak tegas.



Sementara Kasi Penegakan Perda Rockgiarto mengungkapkan, sebagian

mereka yang diamankan petugas masih remaja. Bahkan ada tiga orang yang

masih berstatus pelajar dan mahasiswa pada kartu identitasnya dan

mereka berasal dari sejumlah beberapa wilayah DIY dan Jawa Tengah

(Jateng).



"Kebanyakan masih remaja," jelasnya usai razia seraya menambahkan

beberapa diantara yang diamankan adalah pemandu karaoke.

"Saat diamankan, mereka mengaku kost di tempat penginapan. Tapi karena

tidak ada izin tinggal dan tanpa identitas mereka tetap kami bawa

untuk diberi pembinaan," jelasnya.(Rul)
Share:

Nelayan Kulon Progo Sulit Peroleh Buku Kapal

YOGYAKARTA,(PRLM).- Dinas Kelautan, Perikanan dan Peternakan Kabupaten

Kulon Progo, Daerah Istimekawa Yogyakarta, mengharapkan pemerintah

pusat mempermudah nelayan mendapatkan grossakte dan buku kapal untuk

legalitas melaut.



Penjabat Kepala Dinas Kelautan, Perikanan dan Peternakan (DKPP) Kulon

Progo Sudarna di Kulon Progo, Minggu (4/10/2015) mengatakan, grossakte

yang mengeluarkan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dan buku kapal

diterbitkan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).



"Selama ini, nelayan, khususnya di Kulon Progo, kesulitan mendapatkan

grossakte dan buku kapal karena prosedurnya sangat sulit hingga ke

pusat," kata Sudarna.



Sudarna mengatakan kapal Inka Mina bantuan dari pemerintah pusat,

hingga saat ini belum memiliki grossakte dan buku kapal. Sehingga,

nelayan yang melaut tidak membawa perlengkapan melaut dapat dimaklumi.

Pihaknya pun sudah memfasilitasi dengan berbagai upaya, namun belum

ada kejelasan kapan penerbitan grossakte dan buku kapal. Penerbitan

grossakte dan buku kapal disesuaikan antara pengusaha dan nelayan

kecil.



"Nelayan Kulon Progo itu mayoritas petani, kami sudah bersyukur mereka

mau menjadi nelayan dan diikutkan dalam berbagai kegiatan pelatihan.

Kalau ada kasus seperti ini, nelayan ditangkap karena tidak membawa

perlengkapan perizinan, mereka pasti takut," ucapnya.



Aparat penegak hukum,kata Sudarna, harus dapat memaklumi soal

perizinan. Menurutnya, tidak sepenuhnya menjadi kesalahan nelayan

kalau mereka tidak memiliki izin. Kasus penangkapan nelayan dari Jawa

Tengah dan Jawa Timur saat membongkar ikan di Pelabuhan Sadeng, Gunung

Kidul, menjadi bahan pelajaran bagi semua pihak.



"Kasus seperti ini belum pernah menimpa nelayan Kulon Progo, namun

kami belajar dari penangkapan nelayan oleh Polisi Air (Polair) Polda

DIY di Gunung Kidul," ujarnya.



Selain grossakte dan buku kapal, lanjut Sudarna, nelayan harus

memiliki izin lain yakni ankapin dan adkapin. Ankapin harus dimiliki

seorang nahkoda dan adkapin harus dimiliki teknisi kapal. Untuk

mendapatkan surat tersebut, nelayan harus mengikuti pelatihan atau

diklat secara rutin yang diselenggarakan Unit Pelaksana Teknis KKP.



"Setelah mereka mengikuti diklat dan sudah profesional, maka nelayan

bisa mendapatkan sertifikat adkapin dan ankapin," katanya.



Sementara itu, Salah seorang nelayan Karangwuni, Kecamatan Wates,

Affandi (56) mengatakan, ia tidak memiliki adkapin atau ankapin,

karena dirinya hanya mengoperasikan kapal motor tempel.



"Kami berharap dapat memilikinya, sehingga saat pelabuhan beroperasi

dapat melaut dengan kapal lima grosston," katanya. (Wilujeng

Kharisma/A-147)***
Share:

Friday, October 2, 2015

Bupati Hasto Buka Kulonprogo Expo 2015

 

Bupati dan wabup di salah stan pameran. Foto: Widiastuti


KULONPROGO (KRjogja.com) - Bupati Kulonprogo dr H Hasto Wardoyo SpOG(K) membuka pameran Manunggal Fair atau Kulonprogo Expo 2015, di seputaran Alun-alun Wates, Jumat (2/10/2015) sore. Pameran berlangsung dari 2 hingga 10 Oktober, mulai pukul 10.00 WIB sampai dengan 21.00 WIB.

Pembukaan dimeriahkan juga  Tari Reog SD Prembulan dan Sendratari Sang Garuda dari Purna Prakarya Muda Indonesia (PPMI), dan bupati bersama Wabup Drs H Sutedjo, Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompinda), Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Aneka Usaha selaku pelaksana pameran, serta  tamu undangan berkesempatan meninjau beberapa stan yang ada.  

Diterangkan Hasto, melalui tema pameran “tingkatkan prestasi menuju kemandirian daerah" diharapkan masyarakat mengetahui berbagai keberhasilan yang telah diraih oleh Pemkab Kulonprogo selama ini. Yakni  keberhasilan kinerja, wajar tanpa pengecualian (WTP), laporan akuntabiltas kinerja instansi pemerintah (LAKIP) yang memperoleh B, rencana pembangunan bandara, pembangunan perluasan RSUD Wates serta warga masyarakat dan siswa yang berprestasi di tingkat nasional bahkan internasional, sebagai salah satu motivasi untuk mewujudkan Kabupaten Kulon Progo yang mandiri, maju dan sejahtera.

Kegiatan pameran melibatkan seluruh komponen masyarakat dengan semangat kerja keras dan gotong royong serta membutuhkan sentuhan inovasi agar menarik. "Semangat dari masyarakat ini kita apresiasi dengan mempersiapkan kegiatan dengan sebaik-baiknya. Meskipun saat ini di kompleks Alun-alun Wates sedang berlangsung pembangunan fasilitas publik serta  membuat taman-taman, air mancur serta tempat burung merpati, diharapkan baik panitia penyelenggara, maupun peserta dan masyarakat dapat menjaganya," ujar Hasto.
 
Pelaksana Kulonprogo Expo di lapangan tahun 2015, Ketua Penyelenggara Rudy Widiyatmoko SSos, dipercayakan kepada Perumda Aneka Usaha. Peserta pameran dari  Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemkab Kulonprogo dan instansi DIY serta pusat. Serta  pelaku UMKM yang menampilkan produk-produk unggulan Kulonprogo.

"Dengan menempati 500 kapling, pameran setiap hari dibuka mulai pukul 10.00 WIB sampai dengan 21.00 WIB, dan setiap malam di panggung permanen Alun-alun Wates juga telah dijadwalkan berbagai atraksi seni dari warga masyarakat. Dalam rangka edukasi dan motivasi warga Kulonprogo juga didatangkan Pesawat Marchetti dan mesin jet dari STTA Yogyakarta, serta peralatan tempur TNI AD yang berada di depan Kodim 0731/Kulonprogo," kata Rudy. (Wid)
 

Share:

Percantik Kota Wates, Pemkab Benahi Trotoar

WATES ( KRjogja.com)- Melalui Dinas Pekerjaan Umum (DPU), Pemkab Kulonprogo terus berupaya mempercantik Kota Wates, salah satu membongkar tegel trotoar di sejumlah ruas jalan kemudian diganti batu andesit. Sebelumnya pekerjaan didahului dengan pelebaran aspal jalan tanpa dibarengi dengan usaha pembebasan tanah warga, tapi mengurangi lebar trotoar.



Fenomena pengurangan lebar trotoar memang sempat mengundang pro kontra warga. Bagi mereka yang kurang sepaham langkah pengurangan lebar trotoar mengurangi hak pejalan kaki yang menggunakan trotoar. Sementara yang mendukung langkah pemkab beralasan, trotoar yang lebar malah digunakan pemilik toko untuk jualan dan bukan untuk pejalan kaki. Salah satu trotoar yang lebarnya dikurangi adalah di ruas Jalan Moh Dawam dengan lebar sekitar 80 centimeter.



Kabid Cipta Karya DPU setempat Zahram Asurawan menjelaskan, pembongkaran trotoar merupakan bagian dari penataan kota. "Total panjang yang harus diperbaiki sekitar dua kilometer," katanya, Jumat (2/10/2015).



Diakuinya, trotoar hasil perbaikan di beberapa ruas jalan Kota Wates memang ada yang dibuat lebih sempit dibanding sebelumnya, yaitu menjadi hanya selebar 80 sentimeter. Langkah tersebut dilakukan menyesuaikan kebutuhan jalan.



"Itu bagian penataan. Kita sesuaikan kalau nanti misal jalan akan dilebarkan masih ada ruang," ujarnya menambahkan, trotoar yang sedang digarap meliputi Jalan Moh Dawam, seputaran Bank Pembangunan Daerah (BPD) DIY, Jalan Sutijab, Jalan Mandung dan sejumlah ruas jalan di Kota Wates.



"Total biaya perbaikan trotoar tersebut mencapai Rp 1,5 miliar," terangnya.(Rul)



Lihat arsip:

http://kwkp.blogspot.com
Share:

Archive

Breaking News

Wikipedia

Search results