Tourist knows Yogyakarta Indonesia

Top reviews

Monday, August 10, 2015

Harga Melambung, Petani Cabai Raup Untung

KULONPROGO ( KRjogja-com)- Harga cabai yang terus melambung di pasaran

sejak beberapa pekan terakhir, mendatangkan keuntungan bagi para

petani. Apalagi, kualitas hasil panen mereka pada musim tanam ini

terbilang bagus, karena minim serangan hama saat musim kemarau.



Dijumpai di sawahnya, Dusun Bagungan Nomporejo Kecamatan Galur, Senin

(10/8/2015), salah satu petani Retno Suwarsih (46) menuturkan, hasil

panen cabai rawit merah miliknya dihargai cukup tinggi, yakni Rp

40.000 per kilogram. Padahal biasanya, hasil panen cabai rawit merah

hanya dihargai Rp 7.000 hingga Rp 15.000 per kilogram.



"Kalau pas tinggi, bisa sampai Rp 50.000 per kilogram," kata Retno.

Retno menyampaikan, angka Rp 40.000 per kilogram tersebut merupakan

harga hasil panen pada petik pertama. Dimungkinkan, masa petik

selanjutnya, harga cabai akan terus meningkat.



"Kami petik cabai empat hari sekali. Dengan luasan sawah 25ru atau

sekitar 350m2, hasil panen sekali petik minimal 10 kilogram. Biasanya,

bisa sampai 15 kali petik dalam satu musim tanam," jelasnya.



Petani lain, Budi Ismanto (46) menyampaikan, selain dihargai tinggi,

kualitas hasil panen cabai pada musim tanam ini juga terbilang baik.

Sebab saat musim kemarau, tanaman cabai minim serangan hama.



"Kalau pas musim hujan, ada saja hama yang menyerang dan sulit

dikendalikan, mulai dari lalat buah hingga jamur. Sementara saat musim

kemarau, hamanya sedikit dan cenderung bisa diatasi," jelasnya.



Ia menuturkan, tanaman cabai miliknya dipanen dalam usia 110 hari atau

sekitar empat bulan. Saat musim kemarau, para petani harus rutin

menyirami tanaman mereka menggunakan mesin diesel.(Unt)



Lihat arsip:

http://kwkp.blogspot.com
Share:

Petani Kulon Progo manfaatkan sumur bor atasi kekurangan air

Kulon Progo, (ANTARA News) - Petani di Kecamatan Sentolo, Kabupaten

Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, memanfaatkan sumur bor untuk

mengatasi kekurangan air pada masa tanam ketiga.



Anggota Kelompok Tani Mulyo Gunungduk, Suprono, di Kulon Progo, Senin,

mengatakan dirinya sudah dua bulan menggunakan sumur bor untuk

mengairi tanaman padi pada masa tanam kedua (MT II) dan bawang merah

pada MT III.



"Pada pertengahan MT II, saluran irigasi Kalibawang dimatikan,

sehingga menyebabkan tanaman padi kekurangan air. Kemudian petani

seminggu sekali mengairi dengan sumur bor. 40 persen lahan di Bulak

Pesanggrahan memiliki sumur bor," katanya saat ditemui di Bulak

Pesanggrahan Desa Tuksono.



Ia mengatakan pada MT III ini dirinya dan petani menggunakan sumur bor

untuk menyiram tanaman cabai dan bawang merah. Dua tanaman ini

membutuhkan perawatan dan ketersediaan air yang cukup.



"Setiap MT III saluran irigasi tidak mengalir airnya. Kami membuat

sumur bor supaya kami tetap bisa bertanam," katanya.



Saat ini, kata dia, sebagian besar petani menanam cabai dan bawang

merah karena harganya sangat tinggi. Untuk bawang merah, petani bisa

melakukan tunda jual dua sampai tiga bulan hingga harganya tinggi.



"Harga bawang di tingkat petani sebesar Rp10 ribu dan cabai mulai dari

Rp35 ribu sampai Rp55 ribu per kg. Petani masih mendapat keuntungan

dan bisa digunakan untuk biaya tanam MT I," katanya.



Hal yang sama disampaikan Kelompok Tani Sidomaju Desa Tuksono

Mujirohman. Dirinya memanfaatkan sumur bor untuk menyirami tananam

cabainya.



"Setiap MT III, kami pasti memanfaatkan sumur bor. Kalau tidak, kami

tidak bisa menyirami tanaman cabai, bawang merah dan sayur-sayur

lainnya," kata dia.

Ia juga berharap Pemkab Kulon Progo memperbaiki jaringan irigasi yang

mengalami pendangkalan. Setiap awal MT II, tanaman padi terendam air

karena daya tampung irigasi tidak mampu.



"Banyak saluran irigasi yang mengalami pendangkalan dan rusak, tapi

pemkab tidak sigap mengatasi masalah ini," katanya.



Editor:Unggul Tri Ratomo



COPYRIGHT ©ANTARA2015
Share:

Kawasan Pendaratan Penyu di Pantai Trisik Kulonprogo Terancam Punah

TRIBUNJOGJA.COM, KULONPROGO -Jika pada 2006/2007 lalu kelompok

konservasi penyudapat menemukan tempat bertelur penyudi kawasan Pantai

Trisik hingga sebanyak 17 sarang, setahun terakhir ini hanya ditemukan

sekitar empat sarang.

Temuan hingga Mei lalu tersebut menunjukkan betapa habitat penyudi

kawasan pantai wilayah Trisik Galur Kulonprogo mulai terancam.

Akibatnya, jumlah penyuyang mendarat di kawasan pantai untuk bertelur

semakin berkurang.

Ketua Kelompok Konservasi Penyu Abadi, Jaka Samudra, menduga

menurunnya pendaratan penyuuntuk bertelur di kawasan tersebut karena

saat ini semakin banyak aktivitas yang mengancam habitat penyu. Dia

menyebut, salah satunya adalah maraknya tambak udang.



"Aktivitas di kawasan itu menjadi ancaman serius untuk konservasi

penyu. Masalahnya, penyutidak akan mau mendarat untuk bertelur di

sarangnya kalau ada aktivitas, kegaduhan, cahaya lampu. Penyu juga

sensitif asap rokok," kata Jaka Samudra, saat pelepasan tukik di

Pantai Trisik, Minggu (9/8/2015).



Tahun ini kelompok konservasi penyumelepas 46 tukik ke pantai. Tukik

yang dilepas bersama peserta KKN UGM tersebut merupakan hasil tetasan

dari salah satu sarang. Sementara, tiga sarang lainnya atau sebanyak

160 butir telur penyulainnya diperkirakan baru menetas pada bulan

berikutnya.



Jaka menegaskan jumlah sarang yang ditemukan tahun ini jauh lebih

sedikit dibanding beberapa tahun lalu. Penurunan pendaratan penyuini

juga telah disinyalir terjadi pada tahun lalu ketika kelompok

konservasi hanya menemukan lima sarang.



Padahal, kawasan Pantai Trisik selama ini merupakan habitat pendaratan

penyuuntuk bertelur. Dia pun mempertanyakan skala prioritas pemkab

Kulonprogo terkait adanya kawasan tersebut yang kini terancam berbagai

proyek seperti tambak udang dan proyek besar lainnya.



Kepala Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kulonprogo, Suharjoko, mengakui

Pantai Trisik menjadi salah satu tempat pendaratan penyu. Namun

akhir-akhir ini di pantai selatan Jawa semakin langka.



"Kami berharap ada dukungan masyarakat untuk membentukgrand

designPantai Trisik dengan prioritas penyu," ujarnya.



Maraknya tambak udang saat ini masih menjadi bahasan bersama di

Kulonprogo. Menurutnya, pemkab juga pernah melayangkan surat

peringatan kepada pelaku tambak udang. Intinya, kawasan itu merupakan

habitat untuk mempertahankan penyu.(*)



Lihat arsip:

http://kwkp.blogspot.com, http://infokwkp.blogspot.com
Share:

PAWAI KULONPROGO : Ogoh-Ogoh Sugriwo Subali Ramaikan Karnaval Wates

Harianjogja.com, KULONPROGO– Ogoh-ogoh Sugriwo Subali memeriahkan

karnaval pawai menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia ke

70. Demi menyaksikan pawai tersebut, ribuan warga Kecamatan Wates rela

menanti hingga empat jam di sepanjang jalan Wakhid Hasyim, Bendungan,

Wates, Minggu (9/8/2015).



Pawai dibuka dengan barisan pasukan pleton inti (tonti) dari seluruh

sekolah menengah atas dan sederajat. Sejumlah perwakilan sekolah

menampilkan berbagai atraksi baris-berbaris yang sesekali membuat

warga ikut bersorak.



Parade drum band yang dibawakan pelajar sekolah dasar hingga sekolah

menengah pertama di kecamatan ini juga tak kalah menarik. Karnaval

kian ramai dan penuh sesak oleh penonton yang datang dari berbagai

desa.



"Kecamatan Wates memulai lebih awal perayaan karnaval HUT RI tahun

ini. Tujuan dari penyelenggaraan acara ini adalah untuk mengangkat

potensi-potensi yang ada di kecamatan ini, sekaligus menumbuhkan

semangat juang generasi muda dan warga masyarakat," ujar Camat Wates

Ariyadi.



Ketua Panitia Karnaval Made Arsa Wijaya mengungkapkan, antusiasme

warga terhadap penyelenggaraan acara ini sangat besar dan semakin

meningkat tiap tahunnya. Dia mengatakan, ada kurang lebih 205 peserta

yang mengikuti acara tersebut. Di antaranya terdiri dari pelajar,

warga masyarakat umum dan pemerintah desa.



"Acara tahun ini lebih meriah, tidak hanya dari sambutan masyarakat

yang luar biasa banyak ini. Peserta juga semakin banyak yang

berpartisipasi," jelas Made.



Salah satu daya tarik dalam acara tersebut yakni dua buah ogoh-ogoh

dan pentas kolosal Sugriwo Subali. Cerita rakyat yang kini menjadi

ikon baru bagi Kulonprogo itu dipentaskan singkat di tengah warga

Wates. Menurut Koordinator Karnaval Bendungan Kidul Yosef Endarjali

Setiawan, karnaval yang ditampilkan desa tersebut ingin mencoba

memperkenalkan salah satu potensi wisata berbudaya yang dimiliki

Kulonprogo.



Yosef mengatakan, Gua Kiskendo dan Sendratari Sugriwo Subali memang

merupakan wisata yang ada di Girimulyo. Namun, potensi wisata tersebut

juga harus diperkenalkan ke masyarakat luas, akrena merupakan potensi

budaya yang dimiliki Kulonprogo.



"Kami ingin masyarakat Wates juga bisa mengenal kesenian dan wisata

gua ini. Jadi kami coba tampilkan melalui karnaval," jelas Yosef.



Dua buah ogoh-ogoh dibuat bersama-sama warga Dusun Bendungan Kidul

dengan biaya mencapai Rp7 juta. Terdapat 50 orang pengangkat

ogoh-ogoh, dan didukung lebih dari 100 orang penari yang menampilkan

pentas kolosal Sugriwo Subali.



Parade karnaval tersebut berjalan sejauh lima kilometer. Garis start

dimulai dari halaman Polantas Polsek Wates dan berakhir di Stadion

Cangkring, Giripeni. Para peserta akan diambil 21 pemenang yang

nantinya akan mewakili kecamatan di parade karnaval HUT RI ke 70

tingkat kabupaten.
Share:

Sunday, August 9, 2015

UKM DIY : Kedepankan Inovasi, Perajit Serat Alam Kulonprogo Tembus Pasar Ekspor

Harianjogja.com, KULONPROGO– Perajin serat alam Desa Tanjungharjo,

Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta, melakukan inovasi

dan meningkatkan kualitas produksi sehingga menembus pasar ekspor baik

Asia, Amerika, maupun Eropa.



Ketua Paguyuban Perajin Bina Karya Lestari Desa Tanjungharjo Tukimin

di Kulonprogo, Minggu (9/8/2015), mengatakan industri kerajunan serat

alam dikelola secara turun temurun memproduksi tampar, sekarang

memproduksi berbagai macam kerajinan.



"Semula produksinya hanya tali rami, msebelum ada tali rafia. Namun

karena nilai ekonominya rendah, kemudian sejak 1996 masyarakat mencoba

memproduksinya menjadi kerajinan dan ternyata justru diminati hingga

pasar luar negeri," kata Tukimin.



Ia mengatakan dari tali rami, perajin coba produksi kerajinan,

ternyata ada nilai dolarnya. Pada 1998 hingga 2000 pas krisis,

kuntungan tinggi.



Semula pemasarannya memang hanya ke Malioboro dan Bali saja. Namun

kemudian dilirik agen-agen eksportir sehingga berbagai produk

kerajinan dari Tanjungharjo bisa menembus pasar ekspor.



Menurut dia, industri kerajinan di Tanjungharjo pun berkembang pesat.

Dari semula hanya ada tiga perajin kini sudah berkembang menjadi lebih

dari 30 perajin dan menyerap tidak kurang dari 1.000 tenaga kerja.

Selain memberdayakan warga setempat, usaha kerajinan ini juga

memberdayakan tenaga kerja dari luar kecamatan bahkan luar kabupaten.



"Kami pemberdayaan, ketika diminta memberikan pelatihan sekaligus yang

dilatih bisa memanfaatkan pekerjaan," katanya.



Kasi Bimbingan Produksi Disperindag-ESDM Kulon Progo Hari Prasetyo

mengatakan kerajinan serat serat menjadi salah satu produk unggulan

Kulon Progo. Hanya saja selama ini ekspornya belum ada yang langsung

tetapi melalui agen dari luar daerah.



"Kami memberikan pelatihan tata niaga ekspor, tapi untuk ekspor

langsung memang masih terkendala keterbatasan SDM," katanya.



Lihat arsip:

http://kwkp.blogspot.com, http://infokwkp.blogspot.com
Share:

Saturday, August 8, 2015

Meski Menipis, Stok Darah PMI Kulonprogo Masih Aman

Bisnis.com, KULONPROGO-Pascalebaran, persediaan darah Palang Merah

Indonesia (PMI) Kabupaten Kulonprogo dinyatakan menipis. Namun, stok

yang disimpan Unit Donor Darah (UDD) di Markas PMI Kulonprogo maupun

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wates masih diklaim aman.



Hingga Kamis (6/8/2015) siang, ada sembilan kantong darah golongan A,

10 kantong darah golongan B, lima kantong darah golongan O, dan tiga

kantong darah golongan AB yang tersedia di UDD Markas PMI Kulonprogo.



"Pasca lebaran, donornya memang berkurang tapi pasiennya tambah," kata

Ikhwan, salah satu petugas paramedis.



Menurut Ikhwan, stok darah yang menipis juga sedang dialami

kabupaten/kota lain di DIY. "Memang lagi pada sepi, tidak cuma

Kulonprogo," ucapnya.



Ditemui terpisah, Koordinator UDD PMI Kulonprogo, Ingusdi membenarkan

jika persediaan darah saat ini lebih sedikit dibanding Ramadan dan

lebaran lalu. Namun, jumlah tersebut dianggap masih aman.



"Stok untuk kondisi darurat masih cukup. Biasanya saat ada kejadian

pendarahan, tidak sampai butuh 10 kantong darah sekaligus, maksimal

empat. Tapi di sini rata-rata cuma butuh dua kantong," paparnya

menjelaskan.



Meski demikian, Ingusdi mengaku PMI Kulonprogo kekurangan persediaan

darah baru dan segar. "Kami kesulitan jika ada kasus pendarahan yang

butuh donor darah segar, misalnya untuk kebutuhan trombosit dan cuci

darah. Itu harus baru, tidak bisa pakai stok," katanya



Ingusdi mengungkapkan, stok darah PMI Kulonprogo rata-rata berusia

lebih dari satu minggu. Padahal, banyak pasien yang butuh darah segar

dengan usia maksimal tujuh hari atau darah baru yang memang didonorkan

pada hari itu juga.



"Pada situasi darurat, kami pasti kirim pesan BC ke pendonor. Namun

kadang ada belum sampai PMI, pasien sudah tidak tertolong," ujarnya.

Menurut Ingusdi, kesadaran masyarakat mendonorkan darah sudah tinggi.

Jumlah pendonor di Kulonprogo pun terbilang melimpah. Namun, tidak

banyak yang sudah rutin donor darah setiap tiga bulan sekali.

"Kalau banyak yang sudah rutin, saya kira kebutuhan darah segar bisa

tertangani," ucap Ingusdi.

Sementara ini, lanjut Ingusdi, dia masih mengandalkan fasilitas sms

gateway untuk mengingatkan pendonor secara berkala, menyebarkan agenda

donor darah massal, maupun informasi darurat. PMI Kulonprogo juga

memanfaatkan beberapa media jejaring sosial. "Kami juga mencoba

menjalin kerja sama dengan sekolah dan kampus," tuturnya.



Editor : Nina Atmasari



Lihat arsip:

http://kwkp.blogspot.com, http://infokwkp.blogspot.com
Share:

ATM Dibobol, Uang Beasiswa Raib

KULONPROGO ( KRjogja.com)- Seorang mahasiswi warga Salamrejo Sentolo,

Monika Desi Anggun Purwandani (19), gagal menikmati uang beasiswa dari

kampus setelah ATM BRI miliknya diduga dibobol oknum tidak

bertanggungjawab. Uang dalam ATM tersebut tiba-tiba raib, padahal

Monik tidak melakukan penarikan.

Merasa telah menjadi korban dugaan pembobolan ATM, Monik kemudian

melapor ke Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polres

Kulonprogo, Jumat (07/08/2015). Mahasiswi berjilbab ini membawa serta

buku tabungan berikut ATM miliknya sebagai barang bukti.



"Semula, uang beasiswa dari kampus yang saya simpan dalam ATM BRI

masih tersisa hampir Rp 2 juta. Tapi tiba-tiba, saldonya berkurang

sekitar Rp 1,5 juta sehingga yang tersisa dalam rekening tinggal Rp

400.000," kata Monik.

Monik menyadari berkurangnya saldo rekening tersebut saat hendak

melakukan penarikan, Kamis (06/08/2015). Ia merasa kaget lantaran uang

yang tersisa hanya Rp 400.000, padahal seharusnya tetap sesuai saldo

awal yakni hampir Rp 2 juta.



"Saya tidak melakukan penarikan baik melalui ATM maupun menggunakan

buku tabungan. Penarikan terakhir saya lakukan pertengahan Juni lalu,

di sebuah Swalayan kawasan Watulunyu Wates. Saat itu, saldonya masih

hampir Rp 2 juta," jelasnya.



Monik menyampaikan, selama ini ATM tersebut selalu berada di tangannya

tanpa dipinjamkan ke siapapun. Monik juga tidak pernah meminta orang

lain untuk mengambilkan uang menggunakan buku tabungan maupun ATM.

Karena itulah, ia merasa telah menjadi korban dugaan pembobolan ATM.



"Saya kemudian berusaha melakukan penelurusan ke bank. Saat petugas

bank memberikan print out buku tabungan, terlihat ada penarikan Rp 1,4

juta tertanggal 21 Juni. Saya tidak tahu dan tidak merasa melakukan

penarikan itu," imbuhnya.

Pejabat Sementara Kanit SPKT Polres Kulonprogo, Aiptu Eko Bareng

Untoro mengatakan, pihaknya telah menindaklanjuti laporan Monik dengan

meneruskan ke Satreskrim. Pendataan telah dilakukan dan diketahui

adanya kehilangan sekitar Rp 1,5 juta. Sementara Kanit II Satreskrim

Polres Kulonprogo, Iptu Archye Nevada mengatakan, pihaknya langsung

melakukan penelusuran atas laporan tersebut.(Unt)





Lihat arsip:

http://kwkp.blogspot.com, http://infokwkp.blogspot.com
Share:

Friday, August 7, 2015

Pemkab KP Siapkan 450 Hektare Sawah Baru

KULONPROGO – Pemkab Kulonprogo berencana mencetak sawah baru di lahan

marginal seluas 450 hektare. Upaya itu dilakukan untuk antisipasi

penyusutan lahan yang mengakibatkan produksi padi menurun."Survei

investigasi desain (SID) sudah selesai disusun, kami akan melaksanakan

cetak sawah baru secara bertahap sesuai kemampuan keuangan daerah,"

terang Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan (Dispertan) Kulonprogo

Bambang Tri Budi Harsono.Bambang mengatakan, pada tahun ini, cetak

sawah baru seluas enam hek-tare direncanakan di daerah Paingan,

Sendangsari, Pengasih. Namun masih terkendala dalam membersihkan lahan

karena membutuhkan alat berat."Sementara kami belum meng-anggarkan

biaya sewa alat berat. Se-hingga, cetak sawah baru di Pengasih

mengalami keterlambatan," katanya.



Menurut Bambang, sawah baru juga membutuhkan dukungan irigasi yang

baik supaya sawah tidak kekurangan air. Sementara cetak sawah di

Paingan, baru ada dua pipa enam inci untuk menyangga Sungai Serang

sepanjang 60 meter. "Cetak sawah baru di Paingan, Pengasih sebetulnya

digadang bisa mencapai 26 hektare. Namun pengairan yang belum memadai

membuat luasan itu belum bisa dimaksimalkan," ujarnya.



Bambang menambahkan, anggaran yang dibutuhkan setiap mencetak sawah

baru seluas satu hektare mencapai Rp 15 juta. Ada beberapa titik

kawasan yang cocok untuk cetak sawah baru, antara lain di wilayah

Kecamatan Pengasih, Sentolo dan sebagian di Nanggulan.Kecamatan

Pengasih yakni di Bendung Tawang Pengasih mencapai 266,43 hektare, di

kawasan Margosari 6,58 hektare dan Sendangsari 30,63 hektare. Kawasan

Bendung Tawang merupakan pengembangan irigasi Balai Besar Wilayah

Sungai Serayu Opak (BBWSSO) tahun 2004.Kecamatan Sentolo meliputi

kawasan Kaliagung seluas 30,25 hektare, Sentolo 14 hektare, dan

Banguncipto 13,79 hektare. Sedangkan di Kecamantan Nanggulan meliputi

Kawasan Dono-mulyo seluas 64,69 hektare."Cetak sawah baru di

Kulonprogo membutuhkan anggaran lebih dari Rp 6,75 miliar. Sangat

membutuhkan bantuan anggaran dari pemerintah pusat dan Pemprov DIJ,"

ungkapnya.



Wakil Ketua DPRD Kulonprogo Ponimin Budi Hartono menyatakan, cetak

sawah baru cukup relevan dalam mengantisipasi penyusutan lahan sawah.

Itu seiring dengan rencana pengembangan Kota Wates dan mega-proyek

pembangunan lainnya."Diperkirakan lahan sawah di Kulon-progo terjadi

penyusutan 350 hektare hingga tahun 2020. Hal ini perlu diantisipasi

sejak dini yakni dengan mencetak sawah baru," tandasnya.Ponimin

menegaskan, leading sector atau satuan kerja perangkat daerah (SKPD)

yang menangani yakni dinas pertanian dan kehutanan. Juga dinas

kelautan, perikanan, dan peternakan (dinkepenak) serta bidang

pengairan dinas pekerjaan umum."Semua harus mulai menyusun lang-kah

strategis untuk mencetak sawah baru dan membangun infrastruktur

saluran irigasi. Pemkab Kulonprogo juga harus menggandeng Balai Besar

Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSSO) DIJ terkait kebutuhan irigasinya,"

tegas-nya.(tom/ila/ong)



radarjogja





Lihat arsip:

http://kwkp.blogspot.com, http://infokwkp.blogspot.com
Share:

Kulonprogo Gelar Pemilihan Dimas-Diajeng

PAGUYUBAN Dimas Diajeng Kulonprogo siap menggelar Pemilihan Dimas

Diajeng Kulonprogo 2015. Dimas Diajeng terpilih akan bertugas sebagai

Duta Kabupaten Kulonprogo merepresentasikan Kabupaten Kulonprogo

sebagai daerah yang memiliki semboyan The Jewel of Java. Pemilihan

Dimas Diajeng Kulonprogo 2015 ini merupakan penyelenggaraan keempat,

setelah beberapa ajang sebelumnya pada 2009, 2012 dan 2014.



Pada penyelenggaraan kali ini mengusung tema 'Leladi Sesameng Mudha,

Memayu Hayuning Budaya'. Pendaftaran dibuka sejak 27 Juli hingga 31

Agustus 2015 mendatang. "Pemilihan Dimas Diajeng Kulonprogo ini

memiliki misi meningkatkan peran generasi muda dalam mendukung

pariwisata sebagai salah satu komponen pembangunan. Selain itu sebagai

salah satu upaya generasi muda Yogyakarta untuk melestarikan budaya

daerah yang menjadi sumber kekayaan dan kekuatan nasional bangsa

Indonesia," tutur Ketua Paguyuban Dimas Diajeng Kulonprogo dr Dianing

Pratiwi dalam keterangannya kepada <I>KR<P>, Kamis (6/8).



Kesempatan ini terbuka bagi pria maupun wanita yang belum menikah,

berpenampilan menarik, berusia 17-24 tahun, lulus SMA/sederajat, sehat

jasmani dan rohani, serta memiliki KTP Kulonprogo. Untuk mengikuti

pemilihan, peserta mengumpulkan fotokopi KTP, foto close up ukuran 4R,

foto seluruh badan ukuran 4R, pasfoto berwarna ukuran 3x4, fotokopi

ijazah terakhir, fotokopi sertifikat kejuaraan, curriculum vitae (CV),

mengisi formulir pendaftaran (formulir diunduh di http://bit.ly

/FormulirPDDKP15) serta membayar biaya pendaftaran sebesar Rp 35 ribu.



Berkas persyaratan dimasukkan dalam map biru untuk dimas dan map merah

untuk diajeng. Berkas dapat dikumpulkan di Dinas Kebudayaan,

Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kulonprogo di Jalan Sugiman 12 Wates

atau di Radio Unisi FM Jalan Demangan Baru 24 Yogyakarta. Info lengkap

dapat melalui email dimjengkulonprogo@ gmail.com, Twitter @DimjengKP

atau Facebook Dimas Diajeng Kulon Progo.(M-5)



Lihat arsip:

http://kwkp.blogspot.com, http://infokwkp.blogspot.com
Share:

Sawah Mengering, Petani Jual Bongkahan Tanah

KULONPROGO ( KRjogja.com)- Kemarau panjang yang terjadi saat ini,

membuat sawah petani mengering hingga menimbulkan rekahan-rekahan. Di

Desa Nomporejo Kecamatan Galur, rekahan-rekahan sawah tersebut

dicungkil para petani untuk dijual sebagai bahan baku pembuatan

batu-bata.



Salah satu petani di Nomporejo, Hadi Sutrisno beralasan, tanah sawah

yang disewanya dari pemerintah desa tersebut harus dikelupas lantaran

mulai mengering dan sulit digarap. Bongkahan tanah tersebut, kemudian

dijualnya kepada produsen batu-bata melalui pemesan dengan harga Rp

70.000 per pick-up.



"Sudah banyak yang pesan, mereka datang ke sini untuk mengambil," kata

Hadi, saat dijumpai di area sawahnya, Kamis (6/8/2015).



Hadi menambahkan, penjualan tanah sebagai bahan pembuatan batu-bata

sebenarnya bukanlah merupakan tujuan utama. Ia lebih memperhatikan

kondisi tanah sawah yang kering dan susah digarap karena tidak bisa

menyerap air.



"Karena kemarau tahun ini cukup panjang, tanah sawah jadi mengering,

susah menyerap air. Pengelupasan ini dilakukan demi kelancaran aliran

air dari saluran irigasi, karena setelah dikelupas, posisinya jadi

lebih rendah," terangnya.



Setelah dikelupas, lanjutnya, sawah tersebut kemudian diberi pupuk

kandang. Selain meninggikan lahan agar tidak banjir, lapisan pupuk

kandang juga akan menyuburkan tanah hingga berdampak pada peningkatan

kualitas hasil panen.



"Setelah ini, akan kami tanami padi, hasilnya akan lebih bagus," imbuhnya.

Di lahan pertanian Nomporejo, banyak pembeli yang memesan bongkahan

tanah petani untuk pembuatan batu bata atau keperluan bangunan yakni

sebagai tanah urug. Saryanto, salah satu pembeli mengungkapkan,

pesanan permintaan tanah bongkahan di area persawahan mengalami

peningkatan di musim kemarau ini.



"Bongkahan tanah sawah ini kami jual dengan harga kisaran Rp 75.000

hingga Rp 100.000 per pick up, tergantung jauh dekat lokasi,"

ungkapnya.

Menurut Saryanto, sebagian besar tanah ini dipesan perajin gerabah dan

produsen batu-bata. Setiap musim kemarau, ia selalu datang ke lokasi

untuk membeli bongkahan tanah petani.



"Sama-sama menguntungkan, karena petani juga ingin mengelupas tanah

agar lahannya bisa dialiri air," tandasnya.(Unt)





Lihat arsip:

http://kwkp.blogspot.com, http://infokwkp.blogspot.com
Share:

Archive

Breaking News

Wikipedia

Search results