Bisnis-com, KULONROGO-Hingga Juli lalu, Kabupaten Kulonprogo sudah
menyuplai sekitar 3.000 ton kepada Bulog untuk dialokasikan sebagai
beras miskin (raskin). Meski demikian, para petani masih harus bekerja
keras untuk memenuhi permintaan Bulog yang sebenarnya mencapai 7.000
ton.
Hal tersebut diungkapkan Bupati Kulonprogo, Hasto Wardoyo,
dikonfirmasi pada Sabtu (22/8/2015). "Meski belum 100 persen, ini
adalah komitmen petani melawan beras dari luar negeri," kata Hasto.
Hasto memaparkan, Kulonprogo tetap bertekad mengganti raskin dengan
beras daerah (rasda) meski banyak pihak yang meragukannya. Pemkab
Kulonprogo merangkul gabungan kelompok tani (gapoktan) agar secara
bertahap menggeser suplai beras dari Vietnam dan India kepada Bulog
yang selama ini dialokasikan untuk program raskin.
"Memang belum bisa diganti rasda semua tapi kabupaten lain malah belum
sama sekali," ucapnya.
Hasto juga mengatakan, penggantian rasda untuk raskin di Kulonprogo
telah dijadikan proyek percontohan oleh pemerintah pusat. Program itu
akan diukur efektivitasnya dan bagaimana jika konsep serupa diterapkan
di daerah lain. "Kulonprogo jadi pilot project sejak Juli sampai
Desember. Nanti kita evaluasi bersama," ujar Hasto.
Hasto kemudian kembali mengingatkan, akhir tahun nanti Indonesia akan
diserbu produk-produk luar negeri, termasuk beras, yang bisa jadi
harganya jauh lebih murah. "Vietnam berasnya sangat murah dan bisa
datangkan beras ke Balikpapan hanya dalam empat jam. Padahal kalau
kita kirim dari Surabaya bisa empat hari," paparnya.
Menurut Hasto, Indonesia bisa jadi langsung kalah jika menghadapi
perdagangan bebas dengan teknologi. Solusi alternatif yang paling
mungkin dilakukan adalah melawannya dengan ideologi, yaitu cinta
produk dalam negeri. "Kalau beli beras sendiri, nanti uangnya lari ke
petani kita juga," ungkap Hasto.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Gapoktan Kulonprogo, Margiono
mengatakan, kebutuhan beras setiap bulan sebenarnya relatif sama.
Namun, produksi dari hasil panen cenderung tidak stabil.
"Panen raya kemarin hanya mencapai 60 persen dari target karena
kebanjiran. Di sisi lain, saat ini petani disulitkan dengan kekeringan
karena masa tanam duanya gaka mundur," ucap Margiono.
Margiono berpendapat, infrastruktur pengairan irigasi perlu dibenahi
agar Kulonprogo bisa memenuhi permintaan Bulog. Kualitas irigasi
dinilai menjadi salah satu kebutuhan paling krusial bagi keberhasilan
panen.
"Selama ini airnya susah dibuang saat banjir sehingga tanaman banyak
yang mati. Sebaliknya saat kekeringan, petani harus menunggu lama
untuk airnya," jelasnya.
Editor : Nina Atmasari
Lihat arsip:
http://kwkp.blogspot.com
0 komentar:
Post a Comment