TRIBUNJOGJA.COM, KULONPROGO -Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan
Olahraga Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, menggelar
"Festival Padhang Bulan" akan berlangsung Rabu (14/5/2014).
Plh Disbudparpora Kulon Progo Triyono di Kulon Progo, Sabtu,
mengatakan festival ini menjadi ajang pestanya para penabuh "alu
lesung" atau yang lebih dikenal sebagai "gejog lesung".
Selain itu juga bertujuan untuk membangkitkan semangat persatuan dan
kesatuan bangsa, menyalurkan minat dan bakat masyarakat dalam bidang
seni budaya.
Hal lainnya yang tidak kalah penting untuk melestarikan, membina dan
mengembangkan kesenian dan sebagai bahan evaluasi terhadap pelaksanaan
pembinaan seni bagi masyarakat, ujar Triyono.
Ia menceritakan bahwa alu dan lesung menjadi alat utama dalam
permainan suara "gejog lesung" yang pada awalnya adalah aktivitas
untuk menumbuk bulir padi agar terlepas dari tangkainya.
Alu, kata Triyono, terbuat dari kayu yang berfungsi untuk menumbuk,
sedangkan lesung dari batang kayu
besar yang dibentuk sedemikan rupa seperti perahu sehingga bisa
menampung ikatan-ikatan padi yang akan ditumbuk.
"Sebelum ada alat penggiling padi, masyarakat desa biasanya menumbuk
padi yang dilakukan secara bersama-sama oleh beberapa penumbuk. Hasil
suara tumbukan antara alu dan lesung itu menghasilkan suara-suara kayu
yang khas kemudian dirangkai menjadi alunan suara kayu yang berirama.
Buliran pada yang sudah terlepas dari merang kemudian ditumbuk pada
alat yang disebut lumpang yang biasanya terbuat dari batu," kata dia.
Ia mengatakan tahap ini untuk menghasilkan beras, dimana bulir padi
ditumbuk dengan alu pada lumpang untuk melepaskan cangkangnya.
Tumbukan alu lumpang juga menghasilkan suara tumbukan yang berat dan
khas.
Eloknya irama suara alu lesung atau alu lumpang ini biasanya juga
untuk mengiringi tembang-tembang yang dilantunkan atau diciptakan
langsung oleh para penabuh.
Bekerja sambil bermain, tetap menyenangkan sehingga tidak bosan selama
menumbuk padi.
Dia mengatakan aktivitas menumbuk padi dari tangkainya atau "merang"
dengan alu lesung yang menjadi permainan suara "berirama" yang populer
pada masanya inilah yang disebut sebagai gejog lesung.
Di beberapa daerah, lanjut Triyono, gejog lesung menjadi bagian
upacara tradisi sebagai ucapan syukur kepada Dewi Sri atau Dewi Padi
atas panen padi yang melimpah atau untuk permainan saja di malam hari
ketika malam bulan purnama atau terjadi gerhana bulan.
"Itulah gejog lesung, salah satu seni tradisional wujud syukur
melimpahnya panen padi yang sekarang tergilas peradaban dan terancam
punah karena padi-padi tidak lagi ditumbuk dengan alu lesung dan alu
lumpang tetapi menggunakan mesin pengilingan padi modern," katanya.
Kini, kata dia, suara alu lesung dan alu lumpang dalam aktivitas kerja
menumbuk padi hampir tidak ada lagi. Kalaupun ada hanya tersisa pada
lomba-lomba tradisi, upacara tradisional, atau justru sebagai aset
wisata atau koleksi barang antik saja.
Untuk itu, kegiatan "Festival Padhang Bulan 2014" untuk mengingatkan
kembali budaya luhur nenek moyang. Adapun, 12 kelompok gejog lesung
peserta festival merupakan perwakilan dari sertiap kecamatan. (ANT)
0 komentar:
Post a Comment